Skip to main content

Arti penting Sunnah sebagai solusi bagi problema ummat (2)

Al-Mab-hats

Arti penting Sunnah sebagai solusi bagi problema ummat (2)

(Fadhilatusy Syaikh Salim bin 'Id al-Hilali hafizhohuLLOOH berkata:)

Dalam hadits yang dibawakan Syaikh 'Ali hafizhohuLLOOH tadi (lihat pembahasan Mengapa Musibah Terus Mendera? Red.) (*) Rosululloh shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam telah menjelaskan dua kategori manusia yang muncul dalam memegang kendali ummat.

Pertama. Orang-orang yang diridhoi ALLOH dan (merekapun) ridho kepada ALLOH. Yaitu para 'Ulama robaniyun.

Kedua. Kelompok yang dipimpin syaithon, yang merasa mempunyai kapasitas tertentu, akan tetapi sebenarnya tidak mempunyai apa-apa. Yaitu, kelompok pemimpin kesesatan, yang Rosululloh shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam telah menjelaskan sifat mereka dalam hadits:

"Apabila 'ilmu telah dicabut dengan diwafatkannya 'Ulama, maka manusia mengangkat para pemimpin yang bodoh. Lalu mereka ditanya dan berfatwa tanpa dasar 'ilmu. (Dalam riwayat lain: berfatwa dengan ro'yunya).

Dalam hadits ini, tersirat pujian terhadap 'ilmu dan celaan terhadap ro'yu dan qiyas. Karena ro'yu dan qiyas ini sama sekali bukan merupakan 'ilmu, walaupun pemiliknya memandangnya sebagai 'ilmu. Sabda Rosululloh shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam:

"Maka manusia mengangkat para pemimpin yang bodoh. Lalu mereka ditanya dan berfatwa tanpa dasar 'ilmu."

Di sini, Rosululloh shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam menjelaskan tentang dasar yang mereka jadikan landasan untuk mengeluarkan fatwa. Mereka berfatwa dengan dasar ro'yu (pikiran murni). Sebagai dampak buruknya, adalah "fadhollu wa adholluu" (mereka sesat dan menyesatkan). Mereka sendiri sesat dan menyesatkan ummat, katena merekalah pemegang keputusan dan pihak yang diserahi tanggung jawab kepemimpinan. Akibatnya, amanat robbaniyyah (amanah dari ALLOH) lenyap sia-sia di tangan mereka, sebagaimana disabdakan oleh Rosululloh shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam ketika Beliau ditanya tentang kondisi menjelang hari Kiamat:

"Apabila urusan sudah dipegang -dalam riwayat lain: disandarkan- kepada selain ahlinya, (maka tunggulah saat kehancurannya)."
(Hadits Riwayat Imam al-Bukhori)

Rosululloh shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam telah menjelaskan perkara ini, yaitu perkara Sunnah dan arti pentingnya dalam memberikan solusi problematika ummat pada hadits Irbadh bin Sariyah yang berbunyi:

Rosululloh shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam telah menasihati kami dengan nasihat yang menyentuh, sehingga bercucuran air mata dan bergetar hati-hati. Lalu kami berkata, "Wahai Rosululloh! Berilah kami wasiat, seakan-akan ini adalah nasihat perpisahan." Beliau shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam bersabda, "Aku wasiatkan kepada kalian untuk bertaqwa kepada ALLOH; dan mendengar serta ta'at, walaupun kepada budak habasyi. Karena, barangsiapa yang hidup dari kalian setelahku, maka akan melihat perselisihan yang banyak. Maka wajib bagi kalian berpegang teguh kepada Sunnahku dan Sunnah para Khulafa-ur Rosyidin al-Mahdiyyin (yang memberi petunjuk) setelahku, dan gigitlah dengan gigi geraham kalian. Hati-hatilah terhadap perkara baru, karena perkara baru itu bid'ah, dan semua bid'ah adalah sesat, dan seluruh kesesatan ada di Neraka."
(Hadits Riwayat Imam Ahmad, Imam at-Tirmidzi, Imam Abu Dawud, dan Imam Ibnu Majah)

Dalam hadits ini, Rosululloh shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam menyampaikan nasihat yang sangat menyentuh, seperti layaknya wasiat terakhir yang disampaikan orang yang hendak pergi berpisah. Pernyataan shohabat al-'Irbadh bin Sariyah ro-dhiyaLLOOHU 'anhu mengenai nasihat Beliau shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam ini sebagai pesan perpisahan. Seakan-akan shohabat ini menilai, bahwa melalui pesan tersebut, Rosululloh shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam telah menjelaskan semua faktor kebaikan kepada kita semua dan meletakkannya di depan mata kita, agar kita bisa memandang dan berjalan mengikutinya.

Beliau shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam juga telah bersabda,

"Sungguh telah aku tinggalkan kalian di atas Islam yang jelas, malamnya seperti siangnya, tidak menyimpang darinya, kecuali orang yang binasa."
(Hadits Riwayat Imam Ibnu Majah)

Orang yang akan berpisah, tentu akan berwasiat dengan wasiat yang mencakup semua unsur kebaikan kepada orang yang diberi wasiat, sebagaimana Nabi Ya'qub 'alay-his salam berwasiat kepada anak-anaknya:

"Hai anak-anakku! Sesungguhnya ALLOH telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam."
(Qur-an Suroh al-Baqoroh (2): ayat 132)

Nabi Ya'qub 'alay-his salam berwasiat kepada mereka dengan sebuah wasiat yang menyentuh dan agung, agar mereka memilih Islam sebagai agama dan tidak mati kecuali dalam keadaan Islam. Demikian juga Rosululloh shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam seakan-akan menyatakan kepada para Shohabatnya, bahwa ALLOH telah memilihkan Sunnah Rosululloh shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam untuk kalian (wahai para Shohabat) sebagai agama dan pedoman hidup, maka berpegang teguhlah dan gigitlah Sunnah tersebut. Nasihat ini memiliki arti penting bagi kehidupan pribadi Muslim dan kehidupan ummat Islam.

Rosululloh shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam dalam wasiat ini menjelaskannya dalam beberapa tahapan:

Wasiat pertama, adalah wasiat bertaqwa kepada ALLOH, dalam sabdanya,

"Kalian wajib bertaqwa kepada ALLOH."
Maknanya, konsistenlah kalian dalam ketaqwaan kepada ALLOH.

Inti ketaqwaan adalah 'ilmu, ittiba', dan ikhlash. Tidak mungkin seseorang dapat merealisasikan ketaqwaan kepada ALLOH, kecuali dengan tiga perkara yang menjadi rukun taqwa ini, yaitu ikhlash, ittiba', dan 'ilmu.

Oleh karena itu, ketika sebagian Tabi'in ditanya tentang masalah fitnah Ibnu al-Asy'ats, ia menjawab, "Padamkanlah dengan ketaqwaan kepada ALLOH!" Ketika ditanya tentang taqwa, Tabi'in tersebut menjawab, "Engkau menta'ati ALLOH berdasarkan cahaya petunjuk dari ALLOH karena mengharap pahala ALLOH, dan meninggalkan kemaksiatan berdasarkan cahaya petunjuk dari ALLOH karena takut adzab ALLOH."

Jadi, taqwa tidak bisa lepas dari cahaya, yaitu 'ilmu. Dengan demikian Rosululloh shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam membimbing mereka, pertama kali, agar berpegang teguh pada 'ilmu. Karena ketaqwaan adalah kunci keadilan. Dan keadilanlah yang menegakkan kekuasaan. Keadilanlah yang dapat membangun kejayaan ummat. Dan keadilanlah yang menyebabkan ALLOH memenangkan negara kafir yang adil atas negeri Muslim yang zholim.

"Kalian wajib bertaqwa kepada ALLOH."
Karena orang yang bertaqwa kepada ALLOH adalah orang adil terhadap dirinya sendiri, terhadap kaumnya dan terhadap musuh-musuhnya.

ALLOH Sub-haanahu wa Ta'aala berfirman,

"Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada taqwa."
(Qur-an Suroh al-Ma-idah (5): ayat 8)

Bersambung...

===

(*) Rosululloh shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam bersabda, "Sesungguhnya ALLOH tidak akan mencabut 'ilmu dari hamba-hamba secara langsung, tetapi dia mencabut 'ilmu dengan mewafatkan 'Ulama. Sehingga ketika ALLOH tidak menyisakan seorang 'alim pun, lalu mereka itu ditanya, lantas berfatwa tanpa 'ilmu. Akibatnya, mereka sesat dan menyesatkan."
(Hadits Riwayat Imam al-Bukhori nomor 100)

Rosululloh shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam bersabda, "Akan datang kepada manusia tahun-tahun yang menipu, orang yang berdusta dibenarkan, orang yang benar didustakan, orang yang berkhianat diberi amanah, orang yang amanah dianggap khianat, dan Ruwaibidhoh akan berbicara pada masa itu.' Beliau shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam ditanya, 'Apakah Ruwaibidhoh?' Beliau shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam bersabda, 'Seorang yang hina lagi bodoh (berbicara tentang) urusan orang banyak."
(Hadits Riwayat Imam Ibnu Majah nomor 4036, dari Abu Huroiroh ro-dhiyaLLOOHU 'anhu. Dishohihkan oleh Imam al-Albani)

===

Sumber:
Majalah as-Sunnah, Upaya menghidupkan Sunnah, Edisi 01/ Tahun XI/ 1428 H/ 2007 M.

===

Layanan gratis estimasi biaya rangka atap baja ringan, genteng metal, dan plafon gypsum:
http://www.bajaringantangerang.com

===
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT