Skip to main content

Muqaddimah | Bekam Cara Pengobatan Menurut Sunnah Nabi

Manhajus Salaamah fiimaa Warada fil Hijaamah.

Bekam Cara Pengobatan Menurut Sunnah Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam.

Syaikh Dr. Muhammad Musa Alu Nashr hafizhahullaah.

Muqaddimah.

Sesungguhnya segala puji hanyalah bagi Allah, kepada-Nya kita memanjatkan pujian dan memohon pertolongan. Kita juga berlindung kepada Allah dari kejahatan diri kita dan keburukan amal perbuatan kita. Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tidak ada yang dapat menyesatkannya dan barangsiapa yang telah disesatkan-Nya, maka tidak ada yang dapat memberikan petunjuk kepadanya. Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar melainkan hanya Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya, dan aku juga bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya.

Amma ba'du:

Ini adalah buku saya yang berjudul "Manhajus Salaamah fiimaa Warada fil Hijaamah." Saya menulis buku ini sebagai upaya mengingatkan diri sendiri dan juga saudara-saudara saya di belahan timur dan barat bumi, agar menghidupkan Sunnah yang ditinggalkan ini, yang telah diperintahkan oleh Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam yang berada di al-Mala-ul A'la dan beliau pesankan kepada ummatnya ketika beliau bersabda:

"Sebaik-baik -dalam sebuah riwayat: yang paling ideal- cara yang kalian pergunakan untuk berobat adalah hijamah (bekam)." (1)

Dan sabda beliau shallallaahu 'alaihi wa sallam:

"Jika penyembuhan terdapat dalam suatu hal, maka ia ada di dalam tiga hal: sayatan alat bekam, tegukan madu, dan sundutan api. Dan aku melarang ummatku melakukan sundutan api (kayy)." (2)

Hadits di atas menjelaskan tentang pemfokusan kesembuhan pada tiga penyembuhan Nabawi di atas. Sedang pengobatan dengan menggunakan sundutan api tidak dianjurkan, kecuali dalam keadaan terpaksa dan menjadi alternatif/ pengobatan terakhir.

Di dalam buku ini, saya menyebutkan lebih dari 40 hadits di beberapa bab mengenai keutamaan bekam, bagian-bagian posisi bekam, waktu-waktu dan syarat-syaratnya. Saya bukanlah orang yang pertama kali menulis buku tentang pengobatan bekam ini, sudah banyak penulis zaman dahulu dan zaman sekarang yang telah mendahului saya. Tetapi pembahasan yang saya berikan mudah-mudahan dengan kemurahan Allah Ta'ala melebihi semua buku tentang bekam yang telah ditulis sebelumnya, baik dalam hal ciri khusus maupun tata caranya. Mencakup pula sesuatu yang paling shahih yang bersumber dari Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam di mana saya telah berusaha untuk tidak mencantumkan hadits-hadits dha'if dalam buku ini pada saat memberikan argumentasi. Oleh karena itu, saya telah mencantumkan pasal khusus untuk memberikan peringatan terhadap hadits-hadits dha'if tersebut.

Hadits-hadits shahih ini ditopang pula oleh penjelasan para ulama dan para ahli medis yang disertai dengan berbagai pengalaman mereka.

Selain itu, saya sebutkan beberapa manfaat hijamah (bekam) dan al-fashdu (pengeluaran darah dengan ukuran tertentu) dan penggunaan keduanya dalam pengobatan serta kebutuhan ummat padanya sekarang ini. Juga tentang kecenderungan kebanyakan orang yang tidak mengenal pengobatan Nabawi (cara Nabi) dan tradisional alamiah sehingga lebih mengutamakan pengobatan kedokteran yang menggunakan unsur-unsur kimiawi yang dapat merusak jiwa dan badan.

Sebagaimana pembahasan saya ini juga ditopang oleh beberapa gambar yang memperjelas bagian-bagian posisi bekam sekaligus mengenalkannya, dan inilah di antara kelebihan buku ini.

Saya telah mempelajari beberapa buku yang ditulis oleh para penulis terdahulu, baik yang sudah dicetak maupun dalam bentuk manuskrip. Saya menulis buku ini setelah menjalani pengalaman panjang dalam praktek bekam. Secara pribadi, alhamdulillaah saya pernah membekam puluhan orang dan telah tampak pula hasil dari pengobatan Nabawi tersebut yang telah ditinggalkan oleh banyak orang.

Adapun para penuntut ilmu yang menimba ilmu bekam ini dari saya serta menerapkannya, maka alhamdulillaah, mereka masih terus membekam banyak orang dengan senantiasa mengharapkan pahala dari Allah, sebagaimana mereka menimbanya dari orang yang mengajarinya (hanya semata-mata mengharap pahala dari Allah), meski ada sebagian di antaranya tidak mau berterima kasih kepada orang yang telah mengajarinya. Sama dengan keadaan kebanyakan orang di mana realita mereka adalah (seperti) apa yang diceritakan oleh Allah Ta'ala mengenai Qarun, di mana dia berkata seraya mengingkari nikmat Allah yang telah dianugerahkan kepadanya:

"Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu karena ilmu yang ada padaku..." (QS. Al-Qashash: 78)

Orang-orang seperti mereka ini sama sekali tidak akan pernah beruntung, karena mereka tidak mau bersyukur kepada Rabb mereka, lalu bagaimana mereka akan berterima kasih kepada sesama hamba, yang telah mengajari mereka, memajukan, mensucikan mereka, serta mengenalkan (kepiawaiannya) kepada orang-orang setelah sebelumnya mereka tidak dikenal oleh siapapun. Sementara Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam sendiri telah bersabda:

"Orang yang tidak bersyukur kepada orang lain, berarti dia tidak bersyukur kepada Allah." (3)

Di antara berkah ilmu adalah penisbatannya kepada ahlinya.

Buku ini juga saya bekali dengan kaidah-kaidah dalam mengenali pengobatan Nabawi sehingga para penuntut ilmu akan merujuk kepadanya serta tidak segan untuk mengenali pengobatan cara Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam.

Ensiklopedi yang kami jadikan rujukan (ditulis), oleh saudara Syaikh Salim al-Hilali hafizhahullaah yang diterbitkan oleh Daar Ibnil Jauzi telah memberikan penjelasan mengenai semua itu, yaitu merupakan ensiklopedi yang lengkap dan shahih mengenai pengobatan Nabawi, semoga Allah memudahkan penyelesaian dan penerbitannya dalam waktu dekat ini.

Terakhir, saya tidak mengklaim buku ini sempurna dan sampai pada puncak kehebatannya. Oleh karena itu, barangsiapa menemukan kebaikan, maka hendaklah dia memanjatkan pujian kepada Allah, dan barangsiapa mendapatkan selain dari itu maka hendaklah menyampaikan nasihat (kritik) secara lembut dan dengan cara yang baik serta tepat.

Dan penutup do'a kami yaitu: "Alhamdulillaahi Rabbil 'Aalaamiin (segala puji hanyalah milik Allah Rabb semesta alam)."

Baca selanjutnya:

Kembali ke Daftar Isi Buku ini.

Kembali ke Daftar Buku Perpustakaan ini.

===

Catatan Kaki:

1. Mukhtashar asy-Syamaa-ilil Muhammadiyyah, hal. 188.

2. Lihat kitab, Shahiihul Jaami' (no. 3026) dan Silsilah al-Ahaadiits ash-Shahiihah, (no. 245).

3. Diriwayatkan oleh Ahmad (III/ 33), at-Tirmidzi (no. 1955) dan adh-Dhiya', dari Abu Sa'id al-Khudri, yang dinilai shahih oleh Syaikh al-Albani di dalam kitab, Shahiihul Jaami', (no. 6417).

===

Maraji'/ Sumber:

Kitab: Manhajus Salaamah fiimaa Warada fil Hijaamah, Penulis: Syaikh Dr. Muhammad Musa Alu Nashr hafizhahullaah, Penerbit: Markaz al-Imam al-Albani lid Dirasat al-Manhajiyyah wal Abhats al-'Ilmiyyah, Cetakan Pertama, 2000 M/ 1421 H, Judul Terjemahan: Bekam Cara Pengobatan Menurut Sunnah Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam, Penerjemah: M. Abdul Ghoffar E.M., Pengedit Isi: Zaki Rahmawan, dr. Zaky Basulaiman, Penerbit: Pustaka Imam Asy-Syafi'i, Bogor - Indonesia, Cetakan Pertama, Muharram 1426 H - Maret 2005 M.

===

Abu Sahla Ary Ambary bin Ahmad Awamy bin Muhammad Noor al-Bantani
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT