Skip to main content

Metode Pengobatan Nabawi | Keajaiban Thibbun Nabawi

Bagian 3

Beberapa Pedoman Teori Pengobatan Nabawi

Antara Pengobatan Nabawi dan Pengobatan Konvensional

Metode Pengobatan Nabawi

Ibnul Qoyyim berkata, "Metode pengobatan Nabawi tidak sebagaimana metode pengobatan para dokter. Pengobatan Nabawi sifatnya pasti, qoth'i, dan ilahi, bersumber dari wahyu, pelita kenabian, dan kesempurnaan akal. Adapun pengobatan lainnya kebanyakan berlandaskan perkiraan, dugaan, dan percobaan-percobaan. Memang tidak perlu dibantah bahwa banyak orang sakit yang tidak merasakan manfaat pengobatan Nabawi, karena yang bisa mendapatkan manfaat pengobatan Nabawi adalah siapa yang mau menerimanya dengan percaya dan yakin akan diperolehnya kesembuhan. Ia menerimanya dengan sepenuh hati, dengan keimanan dan kepatuhan. Al-Quran yang merupakan penyembuh apa yang ada di dalam hati ini, jika tidak diterima dengan penerimaan sepenuh hati, juga tidak akan bisa mewujudkan kesembuhan hati dari berbagai macam penyakitnya, bahkan tidak menambahkan kepada orang-orang munafik selain dosa-dosa dan penyakit-penyakit yang bertumpuk-tumpuk.

Bagaimana dengan pengobatan jasmani?! Metode pengobatan Nabawi tidak cocok kecuali untuk jasmani yang baik, sebagaimana penyembuhan Al-Quran tidak cocok kecuali untuk ruh yang baik dan hati yang hidup. Berpalingnya manusia dari metode pengobatan Nabawi sebagaimana berpalingnya mereka dari pengobatan dengan Al-Quran yang merupakan penyembuh manjur. Itu bukan disebabkan kekurangan pada obat, tetapi buruknya karakter, rusaknya tempat, dan tidak adanya penerimaan." (48)

Pengobatan Nabawi adalah metode pengobatan yang digunakan, diperintahkan, dan dianjurkan oleh Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam dan beliau melarang kebalikannya.

Mari kita cermati ucapan Ibnul Qoyyim tentang pengobatan para Nabawi, "Ada obat-obatan yang menyembuhkan berbagai penyakit, yang tidak terjangkau oleh nalar para pakar pengobatan serta oleh pengetahuan, eksperimen, dan analogi mereka, yaitu obat-obatan hati dan ruhani, kekuatan hati, ketergantungan, tawakal, bersandarnya hati kepada Alloh, patahnya harapan di hadapan-Nya, ketundukan kepada-Nya, sedekah, doa, taubat, istighfar, berbuat baik kepada sesama manusia, menolong orang kesusahan, dan memberikan jalan keluar orang yang kesulitan.

Obat-obatan ini sudah dicoba oleh bangsa-bangsa dengan berbagai macam agama mereka, maka mereka merasakan pengaruhnya dalam penyembuhan penyakit, yang belum bisa dicapai oleh pengetahuan, eksperimen, dan analogi dokter yang paling ahli sekalipun.

Saya dan banyak orang lain telah mencoba obat-obatan ini dan kami mendapati obat-obatan ini berkhasiat melebihi khasiat obat-obatan yang bersifat materi." (49)

Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam menyayangi kita dan telah memberi kita petunjuk tentang banyak obat-obatan, mengajari kita cara untuk memanfaatkannya, sehingga diperoleh kesembuhan dengan izin Alloh. Jika kita mencermati sabda-sabda beliau tentang pengobatan, baik pengobatan yang beliau laksanakan untuk mengobati diri sendiri, atau beliau resepkan dan anjurkan kepada orang lain, maka di dalamnya akan kita temukan hikmah yang tidak mampu dinalar oleh akal kebanyakan dokter.

Ibnul Qoyyim juga berkata, "Bahkan, perbandingan metode pengobatan para dokter dengan metode pengobatan Nabawi adalah seperti perbandingan antara metode pengobatan yang dilakukan oleh orang-orang bodoh dengan metode pengobatan para dokter. Hal ini telah diakui oleh pakar-pakar dan tokoh-tokoh kedokteran." (50)

=====

48) Ath-Thibbun Nabawi, Ibnu Qoyyim Al-Jauziyah, hal. 11-12.

49) Ath-Thibbun Nabawi, Ibnu Qoyyim Al-Jauziyah, hal. 11-36.

50) Ath-Thibbun Nabawi, Ibnu Qoyyim Al-Jauziyah, hal. 11-36.

=====

Maraji'/ Sumber:
Kitab: Asy-Syifaa' min Wahyi Khaatamil Anbiyaa', Penulis: Aiman bin 'Abdul Fattah, Penerbit: Darush Shohifah, Cetakan I, 1425 H/ 2004 M, Judul Terjemahan: Keajaiban Thibbun Nabawi Bukti Ilmiah dan Rahasia Kesembuhan dalam Pengobatan Nabawi, Penerjemah: Hawin Murtadlo, Editor: Muhammad Albani, Editor Medis: dr. Wadda' A. Umar, Penerbit: al-Qowam, Solo - Indonesia, Cetakan VIII, Nopember 2012 M.

Popular posts from this blog