Skip to main content

Penjelasan Sikap Ahlus Sunnah wal Jama'ah Terhadap Ilmu Kalam | Syarah 'Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah

Bab III.

Penjelasan Kaidah-kaidah dalam Mengambil dan Menggunakan Dalil.

Penjelasan Sikap Ahlus Sunnah wal Jama'ah Terhadap Ilmu Kalam

Imam Abu Hanifah rahimahullah berkata: "Aku telah menjumpai para ahli ilmu kalam. Hati mereka keras, jiwanya kasar, tidak peduli jika mereka bertentangan dengan al-Qur-an dan as-Sunnah. Mereka tidak memiliki sifat wara' dan tidak juga takwa." (90)

Imam Abu Hanifah rahimahullah juga berkata saat ditanya tentang pembahasan dalam ilmu kalam dari sosok dan bentuk, ia berkata: "Hendaklah engkau berpegang teguh kepada as-Sunnah dan jalan yang telah ditempuh oleh Salafush Shalih. Jauhi olehmu setiap hal baru, karena ia adalah bid'ah." (91)

Al-Qadhi Abu Yusuf (wafat th. 182 H) rahimahullah (92), murid dari Abu Hanifah rahimahullah, berkata kepada Bisyr bin Ghiyaats al-Mariisi (93): "Ilmu kalam adalah suatu ilmu. Seseorang, manakala menjadi pemuka agama atau tokoh ilmu kalam, maka ia adalah zindiq atau dicurigai sebagai zindiq (kafir)." Dan beliau berkata pula: "Barangsiapa yang belajar ilmu kalam, ia akan menjadi zindiq." (94)

Imam Ahmad rahimahullah berkata: "Pemilik ilmu kalam tidak akan beruntung selamanya. Para ulama kalam itu adalah orang-orang zindiq (kafir)." (95)

Imam Ibnul Jauzy rahimahullah (wafat th. 597 H) berkata: "Para ulama dan fuqaha (ahli fuqaha) umat ini dahulu mendiamkan (mengabaikan) ilmu kalam bukan karena mereka tidak mampu, tetapi karena mereka menganggap ilmu kalam itu tidak mampu menyembuhkan seorang yang haus, bahkan dapat menjadikan seorang yang sehat menjadi sakit. Oleh karena itu, mereka tidak memberi perhatian kepadanya dan melarang untuk terlibat di dalamnya." (96)

Imam Syafi'i rahimahullah berkata: "Barangsiapa yang memiliki ilmu kalam, ia tidak akan beruntung." Beliau juga mengucapkan: "Hukum untuk ahli kalam menurutku adalah mereka harus dicambuk dengan pelepah kurma dan sandal atau sepatu dan dinaikkan ke unta, lalu diiring keliling kampung. Dan dikatakan: 'Inilah balasan orang yang meninggalkan al-Kitab dan as-Sunnah dan mengambil ilmu kalam." (97)

Beliau rahimahullah juga menyatakan: (98)

Segala ilmu selain al-Qur-an hanyalah menyibukkan,
terkecuali ilmu hadits dan fiqh untuk mendalami agama.

Ilmu adalah yang tercantum di dalamnya: "Qoola Hadatsana (Telah menyampaikan hadits kepada kami)."
selain itu adalah 'gangguan syaitan' belaka.

=====

Catatan Kaki:

90. Lihat Manhaj Imam asy-Syafi'i fii Itsbaatil 'Aqiidah (I/74) oleh Dr. Muhammad bin 'Abdil Wahhab al-'Aqiil.

91. Ibid, I/75.

92. Beliau adalah murid Abu Hanifah yang paling pintar, seorang ahli hadits dan termasuk Qadhi yang masyhur. Lihat Siyar A'laamin Nubalaa' (VII/535-539).

93. Ia adalah seorang tokoh Ahlul Bid'ah yang sesat, ayahnya seorang yahudi. Ia mengambil pendapat-pendapat Jahm bin Shafwan dan berhujjah dengannya. Ia termasuk orang yang menguasai ilmu kalam.

Qutaibah bin Sa'id berkata: "Bisyr al-Mariisi adalah kafir." Dan Abu Zur'ah ar-Raaziy berkata: "Bisyr al-Mariisi adalah zindiq." Bisyr mati pada tahun 218 H. Lihat Miizanul I'tidal karya Imam adz-Dzahabi (I/322-323 no. 1214).

94. Syarah 'Aqiidah ath-Thahawiyyah, tahqiq Syu'aib al-Arnauth dan 'Abdullah bin 'Abdil Muhsin at-Turki (hal. 17).

95. Lihat kitab Talbis Iblis (hal. 112).

96. Lihat Manhaj Imam asy-Syafi'i fii Itsbaatil 'Aqiidah (I/75) oleh Dr. Muhammad bin 'Abdil Wahhab al-'Aqiil.

97. Lihat Ahaadits fii Dzammil Kalam wa Ahlihi (hal. 99) karya Imam Abul Fadhl al-Maqri' (wafat th. 454 H), tahqiq Dr. Nashir bin 'Abdirrahman bin Muhammad al-Juda'i; Jaami'ul Bayaanil 'Ilmi wa Fadhlihi karya Ibnu 'Abdil Barr (II/941), dan Syarah 'Aqiidah Thahawiyyah, takhrij dan ta'liq oleh Syu'aib al-Arnauth dan 'Abdullah bin 'Abdil Muhsin at-Turki, hal. 17-18.

98. Lihat Diwan Imam Syafi'i hal. 388 no. 206, tartib dan syarah Muhammad 'Abdurrahim, cet. Daarul Fikri 1415 H.

=====

Maraji'/ sumber:

Buku: Syarah 'Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah, Penulis: Ustadz Yazid bin 'Abdul Qadir Jawas hafizhahullaah, Penerbit: Pustaka at-Taqwa, Bogor - Indonesia, Cetakan Pertama, Jumadil Akhir 1425 H/ Agustus 2004 M.

Popular posts from this blog