Skip to main content

Cara Permulaan Turunnya Wahyu Kepada Rasulullah | Fathul Baari Syarah Shahih Al Bukhari

Fathul Baari Syarah Shahih Al Bukhari.

Fathul Baari, Penjelasan Kitab Shahih Al Bukhari

Al Imam Al Hafidz Ibnu Hajar Al Asqalani rahimahullaah.

Bismillaahir Rahmaanir Rahiim.

Kitaabu Bad`il Wahyii.

1. Kitab Permulaan Turunnya Wahyu.

Syaikh Al Imam Al Hafizh Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Mughirah Al Bukhari berkata:

1. Cara Permulaan Turunnya Wahyu Kepada Rasulullah (shallallahu 'alaihi wa sallam).

Allah berfirman dalam Al Qur`an,

"Sesungguhnya Kami menurunkan wahyu kepadamu (Muhammad) seperti Kami menurunkan wahyu kepada Nabi Nuh dan Nabi-nabi setelahnya." (QS. An-Nisaa` [4]: 163)

Imam Bukhari berkata, "Bismillaahirrahmaanirrahiim, cara permulaan turunnya wahyu kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam."

Ada pertanyaan yang ditujukan kepada Imam Bukhari tentang tidak dimulainya penulisan kitab ini dengan kalimat hamdalah dan syahadat, sebagai pengamalan dari hadits Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, "Setiap pekerjaan yang tidak dimulai dengan membaca hamdalah (memuji Allah), maka pekerjaan itu terputus (dari rahmat-Nya)." Pada hadits yang lain disebutkan, "Setiap khutbah yang tidak terdapat di dalamnya syahadat, maka khutbah itu seperti tangan yang terpotong." Kedua hadits ini diriwayatkan oleh Abu Daud dari Abu Hurairah (radhiyallahu 'anhu).

Jawaban pertama, bahwa yang terpenting dalam khutbah adalah memulainya dengan apa yang dimaksudkan. Imam Bukhari telah memulai kitab ini dengan membahas "Permulaan Turunnya Wahyu" dan menjelaskan, bahwa maksud pekerjaan itu harus sesuai dengan niatnya, seakan-akan beliau mengatakan, "Aku memulai pembahasan wahyu yang berasal dari Allah untuk menunjukkan ketulusan pekerjaan dan niatku. Sesungguhnya perbuatan yang dilakukan setiap manusia adalah tergantung niat yang ada dalam hatinya, maka cukuplah kita memahami masalah ini dengan makna yang tersirat." Cara seperti ini banyak kita temukan dalam metode penulisan kitab-kitab yang lain.

Jawaban kedua, bahwa kedua hadits tersebut bukan hadits yang memenuhi syarat Bukhari, bahkan kedua hadits tersebut masih mendapat kritikan. Kita setuju dengan kedua hadits ini sebagai hujjah, akan tetapi maksud hadits ini bukan berarti harus diucapkan dan ditulis. Mungkin beliau telah mengucapkan hamdalah dan syahadat ketika menulis, sehingga setelah itu beliau hanya cukup menulis basmalah saja, karena maksud ketiga hal tersebut (hamdalah, syahadat dan basmalah) adalah mengingat Allah Subhanahu wa Ta'ala, dan itu cukup dengan mengucapkan basmalah. Sebagaimana ayat Al Qur`an yang pertama turun, "Bacalah dengan nama Allah." (QS. Al 'Alaq [96]: 1) yang berarti, bahwa mengawali suatu perbuatan dengan basmalah telah mewakili hamdalah dan syahadat.

Kemudian juga surat-surat Rasulullah yang dikirimkan kepada beberapa raja, beliau hanya menulis di awal surat tersebut dengan basmalah tidak dengan hamdalah dan syahadah, seperti hadits yang diriwayatkan oleh Abu Sufyan tentang cerita Raja Hercules tentang bab ini, hadits yang diriwayatkan oleh Barra` tentang kisah Suhail bin Amar dalam bab "Perjanjian Hudaibiah", dan hadits-hadits lainnya.

Untuk itu kita dapat memahami bahwa, hamdalah dan syahadah hanya dianjurkan ketika khutbah bukan dalam penulisan surat atau dokumen, maka Imam Bukhari dalam memulai tulisannya memakai metode penulisan surat kepada ulama, dengan tujuan agar mereka dapat mengambil manfaat yang sebesar-besarnya.

Para penyarah kitab Bukhari telah mengemukakan pendapat dalam masalah ini, meskipun pendapat mereka masih harus diteliti kembali. Mereka berpendapat bahwa memulai kitab ini dengan menyebut basmalah dan hamdalah adalah termasuk dua hal yang bertentangan menurut Imam Bukhari, karena jika ia memulai dengan hamdalah, hal itu akan bertentangan dengan adat (kebiasaan), dan seandainya ia memulai dengan basmalah, maka ia telah meninggalkan hamdalah, dengan demikian ia hanya memulai dengan basmalah.

=====

Maraji'/ Sumber:

Kitab: Fathul Baari Syarah Shahih Al Bukhari, Penulis: Al Imam Al Hafidz Ibnu Hajar rahimahullaah, Peneliti: Syaikh Abdul Aziz Abdullah bin Baz rahimahullaah, Penerbit: Dar Al-Kotob Al-Ilmiyah, Beirut - Lebanon, Tanpa Keterangan Cetakan, Tanpa Keterangan Tahun, Judul Terjemahan: Fathul Baari, Penjelasan Kitab Shahih Al Bukhari, Penerjemah: Gazirah Abdi Ummah, Penerbit: Pustaka Azzam, Jakarta - Indonesia, Cetakan Kesebelas, Juli 2013 M.

Popular posts from this blog