Skip to main content

Wasilah Kauniyah dan Syar'iyah | Tawassul

At-Tawassul An Wa'uhu wa AhkamuhuA.

Tawassul.

Imam Muhammad Nashiruddin Al-Albani rahimahullah.

Ustadz Aunur Rafiq hafizhahullah.

Ustadz Fariq Qasim Anuz hafizhahullah.

Wasilah Kauniyah dan Syar'iyah.

Telah kita ketahui bahwa wasilah adalah sebab yang menghantarkan kepada sesuatu yang ingin dicapai dengan penuh kesungguhan. Maka kita ketahui pula bahwa wasilah itu ada dua: wasilah kauniyah dan wasilah syar'iyah.

Wasilah kauniyah ialah tiap-tiap sebab alami atau natural atau kauni yang menyampaikan kepada tujuan dengan watak kemakhlukannya yang telah Allah ciptakan, dan menghantarkan kepada yang diinginkan dengan fitrahnya yang telah Allah tetapkan kepadanya. Wasilah ini berlaku bagi orang Mukmin dan kafir, tanpa perbedaan. Contoh, air adalah wasilah (sarana) untuk menghilangkan dahaga manusia, makan adalah wasilah untuk mengenyangkannya, pakaian adalah wasilah untuk melindunginya dari panas dan dingin, mobil adalah wasilah untuk transportasi dari satu tempat ke tempat lain, dan lain sebagainya.

Wasilah syar'iyah ialah setiap sebab yang menghantarkan kepada tujuan, melalui cara yang telah disyariatkan Allah dan dijelaskan di dalam Kitab-Nya dan Sunnah Nabi-Nya. Wasilah ini khusus bagi orang Mukmin yang mengikuti perintah Allah dan Rasul. Contohnya mengucapkan dua kalimat syahadat dengan keikhlasan dan memahami artinya merupakan wasilah untuk masuk Surga dan keselamatan dari kekekalan di dalam Neraka. Mengganti kejahatan dengan kebaikan adalah wasilah untuk menghapus kejahatan itu. Mengucapkan doa yang ma'tsur (diajarkan oleh Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam) setelah adzan adalah wasilah untuk memperoleh syafaat Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam, silaturrahim adalah wasilah memperpanjang umur dan meluaskan rizki, dan lain sebagainya.

Semua ini dan yang semisalnya kita ketahui sebagai wasilah yang dapat mewujudkan tercapainya tujuan hanya melalui syariat semata, bukan melalui ilmu, pengalaman atau perasaan. Kita mengetahui silaturrahim dapat memanjangkan umur dan melapangkan rizki dari sabda Rasulullah (Shallallahu 'alaihi wa Sallam),

"Barangsiapa ingin dilapangkan rizkinya dan diperpanjangkan umurnya, hendaklah ia menyambung tali persaudaraannya." [7]

Demikian pula contoh-contoh lain.

Banyak orang yang melakukan kesalahan besar dalam memahami dua macam wasilah ini. Kadang mereka menyangka bahwa suatu sebab kauni (alami) dapat menyampaikan kepada tujuan tertentu, padahal persoalan tersebut justru sebaliknya. Dan kadang mereka penganggap suatu sebab syar'i dapat menghantarkan kepada tujuan syar'i tertentu, padahal kenyataan tersebut justru sebaliknya.

Di antara contoh wasilah yang batil secara syar'i dan kauni sekaligus, adalah apa yang sering dilihat para pejalan kaki di jalan An-Nashr Damaskus. Di sana kita dapati sekelompok orang yang meletakkan meja-meja kecil didepannya, sementara di atas meja terdapat seekor binatang kecil seperti tikus, dan disampingnya diletakkan kumpulan kartu yang berisi ramalan-ramalan nasib manusia. Kartu-kartu itu ditulis oleh pemilik binatang atau didiktekan oleh sebagian orang kepadanya, sesuai dengan hawa nafsu dan kebohongannya. Orang-orang berdatangan ke tempat itu untuk melihat nasibnya dengan membayar beberapa qirsy (mata uang Turki, pent.) kepada pemilik binatang. Kemudian ia mengisyaratkan kepada binatang itu untuk mengambil salah satu kartu, lalu diberikan kepada peminat yang telah membayarnya. Dari kartu itulah -menurut sangkaannya- ia bisa melihat nasibnya.

Anda bisa melihat, di manakah nilai akal manusia yang menjadikan binatang sebagai pembimbing dan memberitahukan kepadanya hal-hal yang gaib, jika ia benar-benar meyakini bahwa hewan tersebut mengetahui hal yang gaib, maka hewan lebih baik dari dirinya. Dan jika ia tidak meyakini tetapi melakukannya, maka perbuatannya itu merupakan kesia-siaan, ketololan dan pemborosan waktu serta uang yang tidak akan pernah dilakukan oleh orang yang berakal sehat. Di samping itu, praktik-praktik seperti ini merupakan penipuan, penyesatan dan pengambilan harta orang lain secara batil.

Tidak diragukan pula, bahwa penyandaran manusia kepada binatang untuk mengetahui perkara ghaib -menurut anggapan mereka- adalah wasilah kauniyah. Akan tetapi anggapan ini tidak benar, ditolak oleh pengalaman dan tidak bisa diterima pemikiran yang sehat. Ia adalah wasilah khurafiyah yang diakibatkan oleh kebodohan dan kedustaan. Sedang menurut pandangan syara', ia pun batil pula, menyalahi Al-Kitab, As-Sunnah dan ijma'. Allah berfirman,

"Dia adalah Rabb yang mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorang pun tentang yang ghaib itu, kecuali kepada Rasul yang diridhai-Nya." (Al-Jin: 26-27)

Baca selanjutnya:

Daftar Isi Buku Ini.

Daftar Buku Perpustakaan Ini.

===

Catatan Kaki:

7. Diriwayatkan oleh Bukhary, Muslim dan lainnya. Hadits ini telah ditakhrij di dalam kitab Shahih Abu Daud (1487).

===

Maraji'/ sumber:

Kitab: At-Tawassul An Wa'uhu wa AhkamuhuA, Penulis: Imam Muhammad Nashiruddin Al-Albani rahimahullah, Tanpa Keterangan Penerbit, Tanpa Keterangan Cetakan, Tanpa Keterangan Tahun, Judul Terjemahan: Tawassul, Penerjemah: Ustadz Aunur Rafiq hafizhahullah, Penyunting: Ustadz Fariq Qasim Anuz hafizhahullah, Penerbit: Pustaka Al-Kautsar, Jakarta - Indonesia, Cetakan Ketiga, April 2003 M.

===

Abu Sahla Ary Ambary bin Ahmad Awamy bin Muhammad Noor al-Bantani
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

Popular posts from this blog