Skip to main content

Tawassul Menurut Bahasa | Tawassul

At-Tawassul An Wa'uhu wa AhkamuhuA.

Tawassul.

Imam Muhammad Nashiruddin Al-Albani rahimahullah.

Ustadz Aunur Rafiq hafizhahullah.

Ustadz Fariq Qasim Anuz hafizhahullah.

Tawassul Menurut Bahasa.

Sebelum membahas masalah ini secara rinci, perlu dijelaskan salah satu sebab yang menimbulkan terjadinya salah paham mengenai makna tawassul. Pada dasarnya, salah paham itu terjadi karena kebanyakan orang tidak memahami makna tawassul secara lughawi (bahasa), dan menunjukkan (dalalah)nya yang asli. Kata tawassul berasal dari bahasa Arab asli, disebutkan di dalam Al-Qur'an, hadits, pembicaraan orang Arab, syair dan natsr (prosa), yang artinya mendekat (taqarrub) kepada yang dituju dan mencapainya dengan keinginan keras.

Ibnu Atsir mengatakan di dalam kitabnya An-Nihayah, jilid 5 hal. 185: Al-Wasil artinya orang yang berkeinginan (mencapai sesuatu). Al-Wasilah artinya pendekatan, perantara, dan sesuatu yang dijadikan untuk menyampaikan serta mendekatkan kepada sesuatu. Bentuk jamaknya adalah wasa'il.

Al-Fairuzabadi mengatakan di dalam Al-Qamus, jilid 4 halaman 65: Wassala ilallahi tausilan, artinya dia mengamalkan sesuatu amalan yang dengannya ia dapat mendekatkan diri kepada-Nya, sebagai perantara.

Ibnu Faris mengatakan di dalam Al-Mu'jam Al-Maqayis, jilid 6 halaman 110: Al-Wasilah artinya keinginan dan tuntutan. Dikatakan wasala apabila ia berkeinginan. Al-Wasil artinya orang yang ingin (sampai) kepada Allah, seperti pada perkataan Labid, "Aku lihat manusia tidak mengetahui apa batas persoalan mereka. Tentu setiap orang yang mempunyai agama ingin (sampai) kepada Allah."

Ar-Raghib Al-Ashfahani berkata di dalam Al-Mufradat, halaman 560-561: Al-Wasilah artinya pencapaian sesuatu dengan penuh keinginan. Ia lebih khusus daripada al-washilah, karena ia (al-wasilah) memuat makna keinginan. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, "...dan carilah jalan yang mendekatkan diri (wasilah) kepada-Nya." (Al-Maidah: 35)

Hakikat wasilah (jalan mendekatkan diri) kepada Allah ialah menjaga jalan-Nya dengan amal dan ibadah, dan mencari keutamaan syariat, ia seperti taqarrub. Sedangkan al-wasil ialah orang yang ingin sampai kepada Allah.

Selain itu wasilah juga mempunyai makna yang lain, yaitu kedudukan di sisi raja, derajat dan kedekatan.

Di dalam hadits berikut ini kata wasilah dipakai untuk pengertian kedudukan tertinggi di Surga,

"Apabila kamu mendengar (ucapan) mu'adzin, maka ucapkanlah seperti apa yang diucapkannya, kemudian bershalawatlah kepadaku, karena sesungguhnya orang yang membaca satu shalawat kepadaku, maka Allah akan membalasnya sepuluh kali. Kemudian mintalah kepada Allah untukku wasilah, karena ia adalah kedudukan di Surga yang tidak layak kecuali bagi seorang hamba di antara hamba-hamba Allah, dan aku berharap menjadi orang tersebut. Maka barangsiapa meminta untukku wasilah tersebut, ia berhak memperoleh syafaat." [2]

Maka jelaslah bahwa dua makna yang terakhir dari kata wasilah ini sangat erat kaitannya dengan maknanya yang asli, akan tetapi bukan kedua makna itu yang menjadi tujuan pembahasan kita.

Baca selanjutnya:

Daftar Isi Buku Ini.

Daftar Buku Perpustakaan Ini.

===

Catatan kaki:

2. Diriwayatkan oleh Muslim. Ashahabus-Sunan dan lainnya. Hadits ini telah ditakhrij (diteliti shahih tidaknya) di dalam kitab Penulis Irwa'ul-Ghalil (242).

===

Maraji'/ sumber:

Kitab: At-Tawassul An Wa'uhu wa AhkamuhuA, Penulis: Imam Muhammad Nashiruddin Al-Albani rahimahullah, Tanpa Keterangan Penerbit, Tanpa Keterangan Cetakan, Tanpa Keterangan Tahun, Judul Terjemahan: Tawassul, Penerjemah: Ustadz Aunur Rafiq hafizhahullah, Penyunting: Ustadz Fariq Qasim Anuz hafizhahullah, Penerbit: Pustaka Al-Kautsar, Jakarta - Indonesia, Cetakan Ketiga, April 2003 M.

===

Abu Sahla Ary Ambary bin Ahmad Awamy bin Muhammad Noor al-Bantani
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

Popular posts from this blog