Skip to main content

Syarah Kasyfu Syubuhat 66

Syarh Kasyf Asy Syubuhaat.

Syarah Kasyfu Syubuhat Membongkar Akar Kesyirikan.

Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah.

Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah.

Fahd bin Nashir bin Ibrahim As-Sulaiman.

Bayu Abdurrahman.

Mereka, orang-orang bodoh itu mengakui bahwa orang yang mengingkari hari kebangkitan diperangi walaupun dia mengucapkan kalimat la ilaha illallah dan mengakui bahwa orang yang mengingkari salah satu rukun Islam, maka dia kafir dan boleh diperangi walaupun dia mengucapkan syahadat. Dalam hal ini syahadatnya tidak memberi manfaat kepadanya ketika dia mengingkari salah satu cabang agama. Oleh karena itu, bagaimana mungkin kalimat syahadat akan memberi manfaat kepada orang yang menentang tauhid yang merupakan pokok agama para Rasul? [1]

Musuh-musuh Allah memang tidak bisa memahami hadits-hadits Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam. Memang, dalam sebuah hadits disebutkan bahwa Usamah membunuh seseorang yang mengaku Islam, karena ia menyangka orang tersebut mengaku Islam hanya karena takut terhadap darah dan hartanya. Kita tidak diperbolehkan membunuh seseorang yang menampakkan keislamannya, sampai jelas adanya perkara-perkara yang bertentangan dengan pengakuannya itu. Dan Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menurunkan ayat yang berkaitan dengan hal itu,

"Hai orang-orang yang beriman, apabila kalian pergi berperang di jalan Allah, carilah dulu kejelasannya." (QS. An Nisa': 94)

Maksudnya telitilah terlebih dahulu. Ayat ini menunjukkan wajibnya seseorang menahan diri dari membunuh seseorang yang mengaku Islam sebelum ada kejelasan tentang diri orang tersebut. Apabila telah jelas bahwa ada sesuatu pada dirinya yang menyelisihi Islam, barulah dia boleh dibunuh karena firman Allah Subhanahu wa Ta'ala, "Maka carilah dulu kejelasannya." Kalau dia tidak boleh dibunuh setelah jelas pengingkarannya, tentu tidak ada gunanya perintah tersebut. [2]

Penjelasan.

[1] Kalimat di atas merupakan konsekwensi bagi mereka, dan sekaligus bantahan terhadap mereka. Mereka mengatakan, "Sesungguhnya barangsiapa yang mengingkari hari kebangkitan maka dia dibunuh karena kekafirannya itu." Dan mereka mengatakan, "Barangsiapa yang menentang kewajiban salah satu dari rukun-rukun Islam, dia pun dihukumi kafir dan dibunuh walaupun dia mengucapkan la ilaha illallah." Bagaimana tidak dikafirkan dan tidak dibunuh orang yang menentang tauhid yang merupakan pokok agama sekalipun dia mengucapkan la ilaha illallah?! Bukankah dia lebih layak dikafirkan daripada orang yang menentang kewajiban shalat atau kewajiban zakat?! Ini adalah suatu konsekwensi yang tepat dan logis.

[2] Yakni makna hadits-hadits yang mereka samarkan yang kemudian dijelaskan oleh Syaikh rahimahullah dengan mengatakan, "Memang ada hadits yang mengisahkan bahwa Usamah membunuh orang yang mengucapkan kalimat la ilaha illallah ketika berperang dengannya. Ketika hendak dibunuh, orang itu mengucapkan la ilaha illallah, tetapi Usamah tetap membunuhnya karena menyangka orang itu tidak ikhlas dalam mengucapkannya, hanya karena ingin melindungi darah dan hartanya.

Hadits tersebut tidak menjadi dalil bahwa barangsiapa yang mengucapkan la ilaha illallah, dia muslim dan terjaga darahnya. Akan tetapi, hadits ini menjadi dalil atas wajibnya menahan diri dari membunuh orang yang mengucapkan la ilaha illallah, setelah itu dilihat keadaannya hingga jelas. Syaikh rahimahullah berkata seperti itu berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala,

"Hai orang-orang yang beriman, apabila kalian pergi (berperang) di jalan Allah, maka telitilah terlebih dahulu."

Dalam ayat di atas Allah memerintahkan kita agar melakukan tabayyun (penelitian) atau mencari keterangan. Apabila seseorang jelas-jelas menyelisihi apa yang ada padanya maka dia wajib diperlakukan sesuai dengan keadaan dirinya. Kalau jelas dia menyelisihi Islam maka dia boleh dibunuh. Seandainya dia tidak dibunuh, padahal dia jelas-jelas menyelisihi Islam, maka tidak ada faedahnya perintah untuk tabayyun dan tatsabbut (meneliti atau mencari keterangan yang lebih jelas).

Apapun alasannya, hadits Usamah radhiyallahu 'anhu bukan dalil untuk mengatakan bahwa orang yang mengucapkan la ilaha illallah, tetapi dia musyrik, yaitu menyembah berhala, orang yang telah mati, Malaikat, jin, dan sebagainya, tetap disebut Muslim.

Baca selanjutnya:

Daftar Isi Buku Ini.

Daftar Buku Perpustakaan Ini.

===

Maraji'/ sumber:

Kitab: Syarh Kasyf Asy Syubuhaat wa Yaliihi Syarh Al Ushul 'alaihis salam Sittah, Penulis Matan: Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahhab, Penulis Syarah: Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin, Penerbit: Dar Ats Tsarayya, Kerajaan Saudi Arabia, Tanpa Keterangan Cetakan, Tahun: 1416 H/ 1996 M, Judul Terjemahan: Syarah Kasyfu Syubuhat Membongkar Akar Kesyirikan dilengkapi Syarah Ushulus Sittah, Penerjemah: Bayu Abdurrahman, Penerbit: Media Hidayah, Jogjakarta - Indonesia, Cetakan Pertama, Rabi'uts Tsani 1425 H/ Juni 2004 M.

===

Abu Sahla Ary Ambary bin Ahmad Awamy bin Muhammad Noor al-Bantani
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

Popular posts from this blog