Skip to main content

Posts

Showing posts from July, 2017

Pendahuluan Muhaqqiq (12) | Kemuliaan Rasulullah

Bidayatu As-Suul fi Tafdili Ar-Rasul. Kemuliaan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam. Imam Ibnu Abdussalam As-Sulami Asy-Syafi'i Ad-Dimasyqi. Imam Muhammad Nashiruddin Al-Albani. Muhammad Iqbal Kadir. Oleh karena itu, tidak selayaknya orang yang mengetahui tentang ilmu ini (takhrij) berdiam diri dan membiarkannya. Atau bahkan sudah seharusnya dinyatakan secara transparan -baik dukungan atau kritikan- sesuai dengan kondisi real sanadnya. Apabila benar, maka nyatakanlah dengan lugas, dan apabila tidak benar, maka tinjau ulanglah lagi. Dan andai kemudian ditemukan riwayat lain yang memperkuatnya, maka tampakkanlah kebenaran dan kelemahan dari riwayat tersebut juga. Dan inilah yang seharusnya dilakukan secara syariat. Berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam, "Agama adalah nasehat (peringatan) akan (kebenaran) kepada Allah, Kitab-Nya, Rasul-Nya, para pemuka kaum Muslimin, dan masyarakat umum." (HR. Muslim) Dan saya melihat penulis juga kerap mela

Wasilah Kauniyah dan Syar'iyah | Tawassul

At-Tawassul An Wa'uhu wa AhkamuhuA. Tawassul. Imam Muhammad Nashiruddin Al-Albani rahimahullah. Ustadz Aunur Rafiq hafizhahullah. Ustadz Fariq Qasim Anuz hafizhahullah. Wasilah Kauniyah dan Syar'iyah. Telah kita ketahui bahwa wasilah adalah sebab yang menghantarkan kepada sesuatu yang ingin dicapai dengan penuh kesungguhan. Maka kita ketahui pula bahwa wasilah itu ada dua: wasilah kauniyah dan wasilah syar'iyah. Wasilah kauniyah ialah tiap-tiap sebab alami atau natural atau kauni yang menyampaikan kepada tujuan dengan watak kemakhlukannya yang telah Allah ciptakan, dan menghantarkan kepada yang diinginkan dengan fitrahnya yang telah Allah tetapkan kepadanya. Wasilah ini berlaku bagi orang Mukmin dan kafir, tanpa perbedaan. Contoh, air adalah wasilah (sarana) untuk menghilangkan dahaga manusia, makan adalah wasilah untuk mengenyangkannya, pakaian adalah wasilah untuk melindunginya dari panas dan dingin, mobil adalah wasilah untuk transportasi dari satu tempat ke tempat lain,

Kapankah Amal itu Bernilai Shalih | Tawassul

At-Tawassul An Wa'uhu wa AhkamuhuA. Tawassul. Imam Muhammad Nashiruddin Al-Albani rahimahullah. Ustadz Aunur Rafiq hafizhahullah. Ustadz Fariq Qasim Anuz hafizhahullah. Tawassul. Kapankah Amal itu Bernilai Shalih. Al-Qur'an dan As-Sunnah telah menjelaskan bahwa suatu amal akan bernilai shalih, diterima dan dapat mendekatkan diri kepada Allah, apabila memenuhi persyaratan penting. Pertama, bahwa amal tersebut harus ditujukan kepada Allah semata dengan ikhlas. Kedua, bahwa amal tersebut harus sesuai dengan apa yang disyariatkan Allah di dalam Kitab-Nya atau apa yang dijelaskan oleh Rasul-Nya di dalam Sunnahnya. Jika salah satunya tidak dipenuhi, maka amal tersebut tidak bernilai shalih dan tertolak. Hal ini ditunjukkan di dalam firman-Nya. "Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Rabbnya, maka hendaklah ia mengerjakan amal shalih dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Rabbnya." (Al-Kahfi: 110) Di dalam ayat ini Allah me

Wasilah dengan Amal Shalih | Tawassul

At-Tawassul An Wa'uhu wa AhkamuhuA. Tawassul. Imam Muhammad Nashiruddin Al-Albani rahimahullah. Ustadz Aunur Rafiq hafizhahullah. Ustadz Fariq Qasim Anuz hafizhahullah. Wasilah dengan Amal Shalih. Anehnya ada sementara orang yang mengaku sebagai ahli ilmu, telah terbiasa menggunakan dua ayat tersebut (Al-Maidah: 35 dan Al-Isra': 57) sebagai dalil untuk membenarkan praktik tawassul dengan melalui para Nabi, hak mereka atau kemuliaan mereka. Ini adalah suatu cara pengambilan dalil (istidhal) yang keliru. Tidaklah benar mengartikan dua ayat tersebut dengan tindakan demikian. Oleh karena di dalam syara' tidak pernah dinyatakan bahwa tawassul seperti ini disyariatkan dan dianjurkan. Itulah sebabnya mengapa istidhal seperti ini tidak pernah disebutkan oleh seorang pun dari ulama salaf, dan mereka pun tidak pernah tawassul seperti itu. Sebaliknya, yang mereka pahami dari dua ayat tersebut ialah bahwa Allah memerintahkan kepada kita agar bertaqarrub kepada-Nya dengan penuh kesunggu

Makna Wasilah Menurut Al-Qur'an | Tawassul

At-Tawassul An Wa'uhu wa AhkamuhuA. Tawassul. Imam Muhammad Nashiruddin Al-Albani rahimahullah. Ustadz Aunur Rafiq hafizhahullah. Ustadz Fariq Qasim Anuz hafizhahullah. Makna Wasilah Menurut Al-Qur'an. Penjelasan tentang makna wasilah yang telah saya kemukakan di atas telah dikenal dalam pengertian bahasa dan tidak seorang pun membantahnya. Dengan pengertian yang sama pula para salaf yang shalih dan imam tafsir menafsirkan dua ayat Al-Qur'an yang menyebutkan kata wasilah, yaitu firman Allah, "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri (wasilah) kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan." (Al-Maidah: 35) "Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan (wasilah) kepada Rabb mereka, siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan adzab-Nya, sesungguhnya adzab Rabbmu adalah sesuatu yang (harus) ditakuti."

Tawassul Menurut Bahasa | Tawassul

At-Tawassul An Wa'uhu wa AhkamuhuA. Tawassul. Imam Muhammad Nashiruddin Al-Albani rahimahullah. Ustadz Aunur Rafiq hafizhahullah. Ustadz Fariq Qasim Anuz hafizhahullah. Tawassul Menurut Bahasa. Sebelum membahas masalah ini secara rinci, perlu dijelaskan salah satu sebab yang menimbulkan terjadinya salah paham mengenai makna tawassul. Pada dasarnya, salah paham itu terjadi karena kebanyakan orang tidak memahami makna tawassul secara lughawi (bahasa), dan menunjukkan (dalalah)nya yang asli. Kata tawassul berasal dari bahasa Arab asli, disebutkan di dalam Al-Qur'an, hadits, pembicaraan orang Arab, syair dan natsr (prosa), yang artinya mendekat (taqarrub) kepada yang dituju dan mencapainya dengan keinginan keras. Ibnu Atsir mengatakan di dalam kitabnya An-Nihayah, jilid 5 hal. 185: Al-Wasil artinya orang yang berkeinginan (mencapai sesuatu). Al-Wasilah artinya pendekatan, perantara, dan sesuatu yang dijadikan untuk menyampaikan serta mendekatkan kepada sesuatu. Bentuk jamaknya adal

Hukum dan Bentuk-bentuknya | Tawassul

At-Tawassul An Wa'uhu wa AhkamuhuA. Tawassul. Imam Muhammad Nashiruddin Al-Albani rahimahullah. Ustadz Aunur Rafiq hafizhahullah. Ustadz Fariq Qasim Anuz hafizhahullah. Hukum dan Bentuk-bentuknya. Segala puji bagi Allah, kami memuji-Nya, kami memohon pertolongan dan ampunan kepada-Nya. Kami berlindung kepada Allah dari kejahatan diri kami dan dari keburukan perbuatan kami. Barangsiapa memperoleh petunjuk Allah, maka tidak seorang pun dapat menyesatkan. Dan barangsiapa disesatkan Allah, maka tidak seorang pun dapat menunjukinya. Saya bersaksi bahwa tidak ada Tuhan kecuali Allah yang tiada sekutu bagi-Nya, dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba serta Rasul-Nya. "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benarnya takwa kepada-Nya, dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam." (Ali Imran: 102) "Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Rabbmu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan daripadanya Al

Pendahuluan | Tawassul

At-Tawassul An Wa'uhu wa AhkamuhuA. Tawassul. Imam Muhammad Nashiruddin Al-Albani rahimahullah. Ustadz Aunur Rafiq hafizhahullah. Ustadz Fariq Qasim Anuz hafizhahullah. Pendahuluan. Segala puji bagi Allah, Rabb seluruh alam. Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad, keluarga, para shahabat dan setiap orang yang mengikuti petunjuknya sampai hari Kiamat. Pada mulanya buku ini berbentuk dua buah muhadharah (ceramah ilmiah) yang disampaikan oleh Ustadz Muhammad Nashiruddin Al-Albany kepada para pemuda Muslim, pada musim panas tahun 1392 H, di rumahnya (Mukhayyam Al-Yarmuk) di kota Damaskus Al-Faiha'. Di dalam kedua Muhadharah itu beliau membahas masalah tawassul dari segala seginya. Ustadz Muhammad Nashiruddin Al-Albany adalah seorang yang dikenal luas dalam ilmunya dan berpandangan kritis, di samping sebagai seorang pakar di bidang penelitian hadits yang sulit dicari bandingannya sekarang ini. Kajian yang sangat berharga ini benar-benar telah mengundang kekaguman

Pendahuluan Muhaqqiq (11) | Kemuliaan Rasulullah

Bidayatu As-Suul fi Tafdili Ar-Rasul. Kemuliaan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam. Imam Ibnu Abdussalam As-Sulami Asy-Syafi'i Ad-Dimasyqi. Imam Muhammad Nashiruddin Al-Albani. Muhammad Iqbal Kadir. b. Takhir Risalah. Seperti telah kami jelaskan sebelumnya, bahwa ketika kami hampir menyelesaikan pengantar buku ini, dan proses takhrij dan tahqiq risalah ini juga selesai, tiba-tiba Bapak Zuhair Asy-Syawisy mengagetkan saya dengan menyodorkan sebuah naskah hasil cetakan Mesir dengan ta'liq (komentar) oleh Abu Al Fadhal Abdullah bin Muhammad Ash-Shiddiq Al Ghumari Al Maghribi. Kemudian saya membacanya dan mendapat manfaat untuk meluruskan kesalahan-kesalahan yang ada pada manuskrip yang kami miliki, dan saya mengkoreksinya dalam komentar (ta'liq) hingga semuanya relevan dengan edisi cetakan tersebut. Telah terjadi satu kesalahan akan tetapi dapat saya perbaiki, yakni dari pembahasan nomor 13, berupa pencantuman nama Isa 'alaihis salam yang mengakibatkan rusaknya e

Pendahuluan Muhaqqiq (10) | Kemuliaan Rasulullah

Bidayatu As-Suul fi Tafdili Ar-Rasul. Kemuliaan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam. Imam Ibnu Abdussalam As-Sulami Asy-Syafi'i Ad-Dimasyqi. Imam Muhammad Nashiruddin Al-Albani. Muhammad Iqbal Kadir. Perhatikan bagaimana Dr. Khalil berasumsi bahwa Sa'id yang dimaksud dalam rangkaian riwayat hadits tersebut adalah Az-Zubaidi, yang dipastikan meriwayatkan dari Hisyam. Artinya dia meriwayatkannya dari thaabi' ath-thaabi' (generasi pasca tabi'iin). Dr. Khalil tidak menyadari bahwa maksud sebenarnya adalah Sa'id bin Abu Sa'id Al Maghrabi yang banyak meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu dan para perawi sesudahnya. Seharusnya dia (Dr. Khalil) melakukan re-check (meneliti dan merujuk ulang) dari buku-buku Tarajum (biografi) baik dari kitab "Al Mizan" atau literatur lainnya. Karena dia sendirilah yang telah menulis biografi Al Magbari sebelum Az-Zubaidhi melakukannya, dan (dalam buku hasil karya tersebut) disebutkan bahwa Al

Pendahuluan Muhaqqiq (9) | Kemuliaan Rasulullah

Bidayatu As-Suul fi Tafdili Ar-Rasul. Kemuliaan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam. Imam Ibnu Abdussalam As-Sulami Asy-Syafi'i Ad-Dimasyqi. Imam Muhammad Nashiruddin Al-Albani. Muhammad Iqbal Kadir. (Jilid II) Hal: 111 - Jibril melihat bumi untuk menshalati jenazah Mu'awiyah Al-Laits. Hal: 275 - Mukjizat biawak padang pasir: Asy-Syaukani menyangka masih ada riwayat lain dari Abu Nu'aim. Seperti yang termaktub di halaman 321 dari riwayat pertama. Hal: 348 - Beliau Shallallahu 'alaihi wa Sallam berkumpul dengan Khidhir, Isa dan seseorang dari kaum 'Aad. (Jilid III) Hal: 120 - Balasan matahari kepada Ali. Hal: 153 - "Sesungguhnya Allah ...telah memberikanku penglihatan..." Hal: 167 - Saya lebih mendahulukan kekasihku daripada temanku. Hal: 171 - Allah Subhanahu wa Ta'ala memperkuat saya dengan 4 hal. Hal: 174 - Orang yang dikarunia dengan 3 orang anak dan tidak menamakan salah satunya dengan nama "Muhammad" maka dia adalah bodoh. Hal:

Pendahuluan Muhaqqiq (8) | Kemuliaan Rasulullah

Bidayatu As-Suul fi Tafdili Ar-Rasul. Kemuliaan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam. Imam Ibnu Abdussalam As-Sulami Asy-Syafi'i Ad-Dimasyqi. Imam Muhammad Nashiruddin Al-Albani. Muhammad Iqbal Kadir. a. Bantahan Hal Kitab. Ada baiknya saya akan memperjelas segala sesuatunya dengan mempersembahkan kepada para pembaca sekalian beberapa contoh yang diangkat oleh As-Suyuthi dalam buku "Khashaish" tersebut, yang secara spesifik semoga dapat menjadi peringatan bagi para pembaca yang telah agak lalai dan sedikit melewatkan kekeliruan ini. As-Suyuthi di dalam beberapa bab kitabnya menyebutkan bahwa dia telah menukil ucapannya dari makalah ini tanpa menyebutkan sumbernya. Dan saya telah menyebutkannya pada beberapa alinea. Akan saya sebutkan beberapa contoh hadits maudhu' yang ditulis oleh As-Suyuthi tersebut adalah: 1. Disebutkan pada pasal berikut no. 13 tentang kisah hidupnya ibunda Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam serta keimanannya (juz 2 hal. 280), yang mer

Pendahuluan Muhaqqiq (7) | Kemuliaan Rasulullah

Bidayatu As-Suul fi Tafdili Ar-Rasul. Kemuliaan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam. Imam Ibnu Abdussalam As-Sulami Asy-Syafi'i Ad-Dimasyqi. Imam Muhammad Nashiruddin Al-Albani. Muhammad Iqbal Kadir. 3. Kredibelitas hadits-hadits dalam makalah ini. Sebagaimana telah dikemukakan di atas, bahwa makalah ini mencantumkan hadits-hadits yang dapat dipertanggungjawabkan. Itulah keistimewaan yang dimiliki buku ini dan jarang sekali terdapat dalam buku-buku lainnya, khususnya buku-buku yang membahas tema yang sama tentang "Fadhilah". Karena biasanya banyak yang meremehkan kredibelitas riwayat dari hadits dalam topik ini, begitu pula dalam topik "Targhib wa Tarhib". Meskipun kami sendiri mempunyai pendapat tentang masalah tersebut yang telah saya jelaskan pada mukaddimah kitab, "Shahih At-Targhib wa At-Tarhib" karya Al Hafizh Al Mundziri, [8] -dan tidak perlu dibahas lagi di sini-. Namun saya berpendapat bahwa anggapan untuk terlalu meremehkan (dengan j

Pendahuluan Muhaqqiq (6) | Kemuliaan Rasulullah

Bidayatu As-Suul fi Tafdili Ar-Rasul. Kemuliaan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam. Imam Ibnu Abdussalam As-Sulami Asy-Syafi'i Ad-Dimasyqi. Imam Muhammad Nashiruddin Al-Albani. Muhammad Iqbal Kadir. e. Ajakan Untuk Ikhlas (Kesimpulan). Saya menganjurkan kepada setiap pembaca yang membaca karya ini, agar tidak lekas merasa cukup dengan ilmu yang telah diperolehnya atau apa yang ada di dalamnya (ilmu tersebut). Namun hendaknya dapat berjalan beriring dengan buah perbuatannya, yakni ikhlas dan tulus mengikuti dan meneladani Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam, yang kemudian akan melahirkan dampak kecenderungan cinta kepadanya. Semoga kita tergolong dalam kelompok mereka. 2. Simplikasi Isi Makalah Tentang Data-data. Karena, penyusun telah mengumpulkan lebih dari 40 keutamaan dan keistimewaan Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam lebih luas lagi, anda dapat menemukannya pada kitab "Al Khashaish Al Kubra" karya As-Suyuthi dalam 3 jilid yang tebal, "Dalail An-

Pendahuluan Muhaqqiq (5) | Kemuliaan Rasulullah

Bidayatu As-Suul fi Tafdili Ar-Rasul. Kemuliaan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam. Imam Ibnu Abdussalam As-Sulami Asy-Syafi'i Ad-Dimasyqi. Imam Muhammad Nashiruddin Al-Albani. Muhammad Iqbal Kadir. d. Fenomena Nasyid. Jangan pernah tertipu dengan orang-orang sesat seperti kaum sufi ataupun orang-orang yang suka lalai. Yang menjadikan agama dipenuhi dengan hiburan, main, nasyid dan lagu. Mereka menyangka bahwa sikap dan tindakan seperti itu dapat membuat Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam ridha dengan apa yang mereka sebut dengan nasyid-nasyid agama yang selalu mereka bawakan dalam dzikir atau acara perkumpulan mereka yang dilangsungkan pada hari perayaan tertentu yang tidak ada landasan hukumnya dalam Islam sama sekali. Seperti perayaan maulid, dan perayaan lain sebagainya. Saya tegaskan di sini, bahwa sebenarnya mereka telah tersesat dan beranjak jauh dari kebenaran. Bagaimana tidak, mereka telah mencampuradukkan agama yang benar dengan dimensi kesenangan nisbi yang

Pendahuluan Muhaqqiq (4) | Kemuliaan Rasulullah

Bidayatu As-Suul fi Tafdili Ar-Rasul. Kemuliaan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam. Imam Ibnu Abdussalam As-Sulami Asy-Syafi'i Ad-Dimasyqi. Imam Muhammad Nashiruddin Al-Albani. Muhammad Iqbal Kadir. c. Kronologi Penyusunan. Beberapa tahun lalu, saya telah meringkas kitab "Asy-Syamail Al-Muhammadiyyah" karya Imam At-Tirmidzi. Dalam buku tersebut saya menyajikan komentar saya seputar hadits-hadits yang termaktub dalam kitab tersebut antara shahih dan dha'if. Ketika itu saya sedang berada di tempat migrasi kami yang baru -yakni negara Oman- dalam kesempatan dan peristiwa yang berbeda, khususnya kesibukan saya saat itu dalam merenovasi kediaman saya yang baru tersebut. Selang beberapa bulan kemudian setelah saya menetap di Oman, saya dikejutkan dengan sesuatu yang memaksa saya untuk meninggalkan Oman dan keluarga saya untuk -dengan terpaksa- kembali ke lokasi migrasi awal saya (Damaskus). Saya tinggal dua hari di sana, kemudian hijrah ke Libanon yang penuh denga

Pendahuluan Muhaqqiq (3) | Kemuliaan Rasulullah

Bidayatu As-Suul fi Tafdili Ar-Rasul. Kemuliaan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam. Imam Ibnu Abdussalam As-Sulami Asy-Syafi'i Ad-Dimasyqi. Imam Muhammad Nashiruddin Al-Albani. Muhammad Iqbal Kadir. b. Ittiba' Rasul. Tipe perlindungan seperti yang ditawarkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala ini hanya akan didapati oleh hamba-Nya yang paling dicintai-Nya. Dan sudah merupakan keharusan bagi setiap Muslim untuk bersegera mengejar kecintaan Allah Subhanahu wa Ta'ala atas dirinya. Dan cara untuk segera mencapai kecintaan dari-Nya ini adalah dengan jalan mencintai Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam semata, dan cara inilah yang dapat membuka kesempatan untuk menuju kecintaan dari Allah Subhanahu wa Ta'ala. Karena kita tidak akan dapat mengetahui determinasi hal-hal yang wajib (fardhu') dan hal-hal yang dianjurkan (nafilah) kecuali dengan mengikuti apa yang telah dilakukan oleh beliau Shallallahu 'alaihi wa Sallam (Sunnah). Tidak perlu diragukan la

Pendahuluan Muhaqqiq (2) | Kemuliaan Rasulullah

Bidayatu As-Suul fi Tafdili Ar-Rasul. Kemuliaan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam. Imam Ibnu Abdussalam As-Sulami Asy-Syafi'i Ad-Dimasyqi. Imam Muhammad Nashiruddin Al-Albani. Muhammad Iqbal Kadir. a. Monotheisme. Ketahuilah wahai saudaraku, bahwa seseorang tidak mungkin dapat mencapai derajat cinta seperti itu, kecuali dengan mengesakan Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam ibadah dan hanya mengikuti dan meneladani Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam. Karena Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, "Barangsiapa yang menaati Rasul, sesungguhnya dia telah menaati Allah." (QS. An-Nisaa` (4): 80) "Katakanlah: 'Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah akan mengasihi dan mengampuni dosa-dosa kamu." (QS. Aali 'Imraan (3): 31) Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda, "Tidak demi jiwaku yang berada di Tangan-Nya, seandainya Musa masih hidup, yang hanya dapat dilakukannya adalah mengikutiku." (HR. Ad

Pendahuluan Muhaqqiq | Kemuliaan Rasulullah

Bidayatu As-Suul fi Tafdili Ar-Rasul. Kemuliaan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam. Imam Ibnu Abdussalam As-Sulami Asy-Syafi'i Ad-Dimasyqi. Imam Muhammad Nashiruddin Al-Albani. Muhammad Iqbal Kadir. Bagian Pertama. A. Pendahuluan Muhaqqiq. Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta'ala, hanya kepada-Nya kami memuji, memohon pertolongan, ampunan dan kami berlindung kepada-Nya dari segala keburukan jiwa dan amal. Barangsiapa yang diberi hidayah, niscaya tak akan tersesat sedangkan yang jauh dari petunjuk-Nya, niscaya tidak akan ada yang dapat memberi petunjuk kepadanya. Saya bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah Subhanahu wa Ta'ala dan tiada sekutu bagi-Nya. Dan saya bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya. Ketika saya hampir selesai mengindentifikasi kitab "Raf Al Astar 'An Buthlani Adillah Al Qa`ilin bi Fina An-Nar" karya Ash-Shan'ani, dan membereskan mukadimah buku tersebut serta mengajukannya ke penerbit, tiba

Daftar Isi | Kemuliaan Rasulullah

Bidayatu As-Suul fi Tafdili Ar-Rasul. Kemuliaan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam. Imam Ibnu Abdussalam As-Sulami Asy-Syafi'i Ad-Dimasyqi. Imam Muhammad Nashiruddin Al-Albani. Muhammad Iqbal Kadir. Daftar Isi. Pengantar Penerbit. Bagian Pertama. A. Pendahuluan Muhaqqiq. B. Keistimewaan Isi Buku. 1. Judul Makalah. a. Monotheisme. b. Ittiba' Rasul. c. Kronologi Penyusunan. d. Fenomena Nasyid. e. Ajakan Untuk Ikhlas (Kesimpulan). 2. Simplikasi Isi Makalah Tentang Data-data. 3. Kredibelitas Hadits-hadits dalam Makalah ini. a. Bantahan Hal Kitab. b. Takhir Risalah. Bagian Kedua. Bidayatu As-Suul fi Tafdili Ar-Rasul. Ibnu Abdussalam As-Sulami Asy-Syafi'i Ad-Dimasyqi. A. Pendahuluan. B. Kemuliaan Rasul. a. Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam adalah pemimpin anak Adam. b. Pemimpin yang tidak sombong. c. Syafaat Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam. d. Penangguhan doa Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam. e. Sumpah Allah atas nama. f. Kemuliaan nama panggilan. g. M

Syarah Kasyfu Syubuhat 75

Syarh Kasyf Asy Syubuhaat. Syarah Kasyfu Syubuhat Membongkar Akar Kesyirikan. Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah. Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah. Fahd bin Nashir bin Ibrahim As-Sulaiman. Bayu Abdurrahman. Dari ayat ini dapat kita pahami dua hal: [1] Pertama. Firman-Nya, "Kecuali orang yang dipaksa" menunjukkan bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala hanya mengecualikan orang yang dipaksa. Dan kita telah maklum bahwa manusia hanya dapat dipaksa pada ucapan atau perbuatannya. Adapun keyakinan hati, maka tidak ada seorang pun yang bisa memaksanya. Kedua. [2] Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala, "Yang demikian itu karena mereka lebih mencintai kehidupan dunia daripada akhirat" menjelaskan bahwa kekafiran dan ditimpakannya azab kepada seseorang bukan karena keyakinan, kebodohan, kebenciannya kepada agama atau kecintaannya kepada kekafirannya, tetapi karena adanya kepentingan-kepentingan duniawi yang kemudian berpengaruh terhadap agama

Syarah Kasyfu Syubuhat 74

Syarh Kasyf Asy Syubuhaat. Syarah Kasyfu Syubuhat Membongkar Akar Kesyirikan. Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah. Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah. Fahd bin Nashir bin Ibrahim As-Sulaiman. Bayu Abdurrahman. Ayat pertama [1] adalah firman Allah Subhanahu wa Ta'ala, "Janganlah kalian mengemukakan alasan. Sungguh, kalian telah kafir setelah kalian beriman." (QS. At Taubah: 96) Apabila telah jelas bagimu bahwa sebagian sahabat yang memerangi bangsa romawi bersama Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam itu bisa menjadi kafir disebabkan kalimat kekufuran yang mereka ucapkan dengan bercanda dan main-main, maka orang yang mengucapkan kalimat kekufuran, lalu mengamalkannya karena takut kekurangan harta atau kedudukannya atau karena basa-basi kepada seseorang, lebih besar kekafirannya daripada orang yang mengatakannya dengan canda dan main-main. Kedua, [2] firman Allah Subhanahu wa Ta'ala, "Barangsiapa yang kafir kepada Allah set

Syarah Kasyfu Syubuhat 73

Syarh Kasyf Asy Syubuhaat. Syarah Kasyfu Syubuhat Membongkar Akar Kesyirikan. Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah. Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah. Fahd bin Nashir bin Ibrahim As-Sulaiman. Bayu Abdurrahman. Apabila seseorang melaksanakan tauhid secara zhahir (yang nampak) [1], tetapi dia tidak memahaminya atau tidak meyakininya dalam hati, maka orang tersebut adalah munafik. Keadaannya lebih buruk daripada orang yang kafir murni, karena firman Allah Subhanahu wa Ta'ala, "Sesungguhnya orang-orang munafik itu berada dalam keraknya api Neraka." (QS. An Nisaa': 145) Masalah ini besar dan panjang (pembahasannya). [2] Apabila engkau mau memperhatikan perkataan-perkataan manusia, engkau akan melihat ada orang yang mengetahui kebenaran, lalu tidak mau berbuat berdasar kebenaran itu karena takut kehilangan dunianya atau kedudukannya atau karena basa-basi menyesuaikan diri dengan orang. Engkau juga akan melihat ada orang yang secara zhahir