Skip to main content

Syarah Ushulus Sittah (5/3)

Syarh Al Ushul As Sittah.

Syarah Ushulus Sittah.

Penjelasan Enam Landasan Utama.

Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah.

Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah.

Bayu Abdurrahman.

Kisah di atas sangat masyhur. Kisah tersebut diriwayatkan dari Abu Sa'id Sa'ad bin Malik bin Sinan Al Khudri radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda,

"Dulu, pada masa sebelum kalian hidup, ada seorang laki-laki yang membunuh 99 jiwa. Dia bertanya kepada orang yang paling berilmu di muka bumi ini. Ditunjukkanlah kepadanya seorang rahib. Dia pun mendatanginya dan berkata bahwa dirinya telah membunuh 99 jiwa, apakah dirinya masih bisa bertaubat. Si rahib mengatakan tidak bisa, maka dibunuhlah rahib itu sehingga genaplah 100 orang yang dibunuhnya. Kemudian dia bertanya lagi, siapa penduduk bumi yang paling berilmu. Ditunjukkanlah kepadanya seorang yang berilmu. Lalu datanglah dia kepadanya dan berkata bahwa dirinya telah membunuh 100 jiwa, apakah dirinya masih bisa bertaubat. Orang yang berilmu tersebut mengatakan bisa, dan mengatakan lagi bahwa tidak ada yang bisa menghalangi orang tersebut dari taubat. Dan selanjutnya orang yang berilmu tadi menganjurkan kepada laki-laki itu untuk pergi ke suatu negeri yang kebanyakan penduduknya adalah orang-orang shalih dan taat beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala; dan dia juga menganjurkan kepadanya untuk hidup dan beribadah bersama mereka dan tidak kembali ke negeri asalnya, karena sesungguhnya negeri asalnya itu adalah negeri yang jelek. Kemudian dia pun berangkatlah. Ketika masih berada di paruh perjalanannya, ajal menjemput. Malaikat rahmat dan Malaikat azab memperebutkan orang ini. Malaikat rahmat berkata, "Dia mati sebagai orang yang bertaubat menghadapkan hatinya kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala." Lalu Malaikat azab berkata, "Dia belum beramal shalih sedikit pun." Kemudian datanglah Malaikat dalam bentuk manusia yang diperintahkan oleh Allah sebagai hakim. Dia berkata, "Ukurlah jarak di antara kedua negeri, mana yang lebih dekat, itulah yang kita jadikan patokan." Jarak tempat dia meninggal diukur dan hasilnya ternyata lebih dekat ke negeri yang hendak dituju. Nyawa orang tersebut diambil oleh Malaikat rahmat. Dalam riwayat lain disebutkan, "Demi Allah, karena jaraknya ke negeri orang-orang shalih lebih dekat 1 jengkal, maka dia dihitung sebagai penghuni negeri tersebut." Dalam riwayat lainnya disebutkan, "Allah mewahyukan kepada jarak (negeri asalnya) supaya menjauh dan jarak (negeri orang-orang shalih) supaya mendekat. Kemudian memerintahkan Malaikat (yang bertindak sebagai haki, -ed.) untuk mengukur jarak kedua negeri tersebut. Hasilnya ternyata jarak ke negeri orang-orang shalih lebih dekat 1 jengkal. Dalam riwayat lain disebutkan, "Dadanya mengarah ke arah negeri orang-orang shalih." (HR. Bukhari dan Muslim)

Lihatlah perbedaan antara orang yang berilmu dengan orang yang bodoh.

Sekarang perkaranya telah jelas. Oleh karena itu, tentu sekarang kita mengetahui siapa yang disebut ulama yang sebenarnya, yang terbimbing dengan ajaran Allah dan mendidik manusia berdasarkan syari'at-Nya dan siapa yang hanya meniru-niru mereka, baik dalam penampilan, pemikiran, perkataan dan perbuatan, namun pada hakekatnya bukan ulama. Orang-orang seperti itu tidak menasehati manusia dan tidak menghendaki kebenaran. Mereka hanyalah mencampur-adukkan kebenaran dengan kebatilan dengan polesan ungkapan-ungkapan yang indah dan menipu. Ungkapan mereka hanyalah fatamorgana, penuh dengan bid'ah yang menyesatkan, meskipun orang awam yang mendengarnya bisa saja menganggap sebagai ilmu yang perlu diamalkan. Mereka juga menganggap kebenaran yang menyelisihi keyakinan mereka hanyalah bualan orang-orang zindiq atau gila.

Nampaknya yang dimaksud oleh Syaikh rahimahullah adalah para pemuka ahlu bid'ah yang menyesatkan yang menjuluki ulama ahlus sunnah dengan julukan-julukan yang tidak benar. Julukan yang dilontarkan dengan tujuan menghalangi manusia mengambil ilmu dari mereka. Sikap yang muncul karena kedengkian mereka dan karena mereka mendustkan para Rasul sebagaimana disitir dalam firman Allah Subhanahu wa Ta'ala,

"Demikianlah, tidaklah datang para Rasul kepada orang-orang yang sebelum mereka melainkan mereka mengatakan, 'Dia tukang sihir atau dia gila.'" (QS. Adz Dzaariyaat: 52)

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,

"Apakah mereka saling berpesan terhadap apa yang dikatakan itu? Mamng, mereka itu adalah kaum yang melampaui batas." (QS. Adz Dzariyat: 53)

Baca selanjutnya:

Daftar Isi Buku Ini.

Daftar Buku Perpustakaan Ini.

===

Maraji'/ sumber:

Kitab: Syarh Kasyf Asy Syubuhaat wa Yaliihi Syarh Al Ushul 'alaihis salam Sittah, Penulis Matan: Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahhab, Penulis Syarah: Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin, Penerbit: Dar Ats Tsarayya, Kerajaan Saudi Arabia, Tanpa Keterangan Cetakan, Tahun: 1416 H/ 1996 M, Judul Terjemahan: Syarah Kasyfu Syubuhat Membongkar Akar Kesyirikan dilengkapi Syarah Ushulus Sittah, Penerjemah: Bayu Abdurrahman, Penerbit: Media Hidayah, Jogjakarta - Indonesia, Cetakan Pertama, Rabi'uts Tsani 1425 H/ Juni 2004 M.

===

Abu Sahla Ary Ambary bin Ahmad Awamy bin Muhammad Noor al-Bantani
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

Popular posts from this blog