Skip to main content

Syarah Ushulus Sittah (4)

Syarh Al Ushul As Sittah.

Syarah Ushulus Sittah.

Penjelasan Enam Landasan Utama.

Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah.

Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah.

Bayu Abdurrahman.

Landasan Ketiga.

Sesungguhnya untuk lebih menyempurnakan landasan yang kedua, yaitu bersatu dalam menjalankan agama, diperlukan sikap mau mendengar dan taat kepada para pemegang pemerintahan, walaupun dia seorang budak Habsyi. Allah telah menjelaskan hal ini dengan penjelasan yang indah, lengkap dan sempurna, baik dari sisi syar'i maupun qadari (13), sehingga tidak membutuhkan penjelasan lagi. Kemudian perkara ini berubah menjadi satu hal yang tidak diketahui oleh kebanyakan orang yang mengaku berilmu. Oleh karena itu, bagaimana mereka bisa mengamalkannya?

Penjelasan.

Syaikh rahimahullah menyebutkan bahwa untuk lebih menyempurnakan persatuan umat Islam, diperlukan sikap mau mendengar dan taat kepada penguasa dengan cara melaksanakan apa-apa yang diperintahkan dan menjauhi apa-apa yang dilarang walaupun yang memerintah itu adalah seorang budak Habsyi.

Masalah tersebut dijelaskan secara syar'i dalam firman Allah,

"Hai orang-orang yang beriman, taatlah kalian kepada Allah dan taatlah kalian kepada Rasul dan ulil amri kalian." (QS. An Nisa': 59)

Allah berfirman,

"Dan taatlah kalian kepada Allah dan janganlah kalian saling berselisih, karena akan menyebabkan kalian menjadi lemah dan hilang kekuatan, dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar." (QS. Al Anfal: 46)

Allah berfirman,

"Dan berpegang teguhlah kalian semua kepada tali agama Allah dan janganlah kalian berpecah-belah." (QS. Ali 'Imran: 103)

Kemudian dalam hadits masalah tersebut juga dijelaskan, sebagaimana disebutkan dalam Shahih Bukhari dan Muslim dari 'Ubadah bin Shamit radhiyallahu 'anhu, dia berkata, "Kami berbai'at kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam untuk senantiasa mau mendengar dan taat kepada beliau dalam semua perkara, baik yang kami senangi ataupun yang kami benci, baik dalam keadaan susah atau dalam keadaan senang, dan lebih mendahulukan beliau atas diri-diri kami dan supaya kami menyerahkan setiap perkara itu kepada ahlinya." Beliau Shallallahu 'alaihi wa Sallam kemudian bersabda,

"Kecuali apabila kalian melihat kekafiran yang nyata yang bisa kau jadikan hujjah di hadapan Allah." (14)

Beliau Shallallahu 'alaihi wa Sallam juga bersabda,

"Barangsiapa yang melihat pada diri pemimpinnya suatu perkara (yang dia benci), maka hendaknya dia bersabar, karena sesungguhnya barangsiapa yang memisahkan diri dari jama'ah satu jengkal saja kemudian dia mati, maka dia mati dalam keadaan jahiliyah." (15)

Beliau Shallallahu 'alaihi wa Sallam juga bersabda,

"Barangsiapa yang melepaskan tangannya (bai'atnya) hingga tidak taat (kepada pemimpin) dia akan menemui Allah dalam keadaan tidak memiliki hujjah apa-apa." (HR. Muslim)

Beliau (Shallallahu 'alaihi wa Sallam) juga bersabda,

"Dengar dan taatlah kepada pemimpin kalian, walaupun dia seorang budak Habsyi." (16) (HR. Bukhari)

Dalam hadits lain beliau Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda,

"Wajib atas seorang Muslim untuk mendengar dan taat (kepada pemimpin, -ed.) baik dalam perkara yang dia sukai atau dia benci, kecuali dalam kemaksiatan. Apabila dia diperintah untuk maksiat, tidak boleh mendengar dan taat." (17) (Muttafaq 'alaihi)

Abdullah bin 'Umar radhiyallahu 'anhuma berkata, "Kami pernah bersama Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam dalam suatu perjalanan. Tatkala waktu shalat telah tiba, singgahlah kami di suatu tempat, lalu muadzin Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam menyeru untuk shalat berjama'ah. Kami pun shalat berjama'ah. Setelah itu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda,

'Sesungguhnya setiap Nabi yang diutus oleh Allah wajib menunjukkan kebaikan dan memperingatkan umatnya dari kejelekan. Dan sesungguhnya umat kalian ini pada awalnya diberikan kelapangan. Namun pada akhirnya nanti akan ditimpakan bencana serta perkara-perkara (yang jika kalian hidup pada masa itu maka, -ed.) kalian akan mengingkarinya, juga kekacauan yang hebat, hingga seorang Mukmin akan berkata, "Inilah saat kebinasaanku." Pada masa kekacauan tersebut (masing-masing) orang akan berkata begini dan begitu. Barangsiapa yang ingin dijauhkan dari Neraka serta dimasukkan ke dalam Surga, hendaknya dia berusaha agar mati dalam keadaan beriman kepada Allah dan hari Akhir, dan hendaknya dia memperlakukan orang dengan baik sebagaiman memperlakukan dirinya. Barangsiapa berbai'at kepada imam, maka hendaknya dia berikan kedua tangannya dan suara hatinya dan taat kepadanya. Apabila ada seseorang hendak merebutnya maka bunuhlah dia." (18)

Baca selanjutnya:

Daftar Isi Buku Ini.

Daftar Buku Perpustakaan Ini.

===

Catatan Kaki:

13. Biasa juga diistilahkan dengan ayat kauniyah yang maksudnya adalah bukti kejadian yang Allah tunjukkan kepada manusia.

14. Diriwayatkan oleh Bukhari, kitab Al Fitan bab "Qaul An Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam Satarauna Ba'di Umuran Tunkirunaha" dan Muslim kitab Al Imarah bab "Wujubu Tha'ati Al Umara fi Ghairi Ma'shiyah."

15. Diriwayatkan oleh Bukhari, kitab Al Fitan bab "Qaul An Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam Satarauna Ba'di Umuran Tunkirunaha" dan Muslim kitab Al Imarah bab "Wujubu Mulazamah Jamaah Al Muslimin 'inda Zhuhur Al Fitan."

16. Diriwayatkan oleh Bukhari, kitab Al Ahkam bab "As Sam'u wa At Tha'ah lil Imam ma Lam Takun Ma'shiyah."

17. Diriwayatkan oleh Bukhari, kitab Al Ahkam bab "As Sam'u wa At Tha'ah lil Imam ma Lam Takun Ma'shiyah" dan Muslim kitab Al Imarah bab "Wujubu Tha'ati Al Umara fi Ghairi Ma'shiyah."

18. Diriwayatkan Muslim kitab Al Imarah bab "Wujubu Al Wafa bi Bai'ah Al Khulafa Al Awwal fa Al Awwal."

===

Maraji'/ sumber:

Kitab: Syarh Kasyf Asy Syubuhaat wa Yaliihi Syarh Al Ushul 'alaihis salam Sittah, Penulis Matan: Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahhab, Penulis Syarah: Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin, Penerbit: Dar Ats Tsarayya, Kerajaan Saudi Arabia, Tanpa Keterangan Cetakan, Tahun: 1416 H/ 1996 M, Judul Terjemahan: Syarah Kasyfu Syubuhat Membongkar Akar Kesyirikan dilengkapi Syarah Ushulus Sittah, Penerjemah: Bayu Abdurrahman, Penerbit: Media Hidayah, Jogjakarta - Indonesia, Cetakan Pertama, Rabi'uts Tsani 1425 H/ Juni 2004 M.

===

Abu Sahla Ary Ambary bin Ahmad Awamy bin Muhammad Noor al-Bantani
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

Popular posts from this blog