Skip to main content

Syarah Al-Qawa'id Al-Arba' (11/2)

Syarah Al-Qawa'id Al-Arba' (Syarah Mutun Al-Aqidah).

Syarah Al-Qawa'id Al-Arba'.

Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah.

Syaikh Saad bin Nashir Asy-Syatsriy hafizhahullah (Dewan Penasihat Kerajaan Saudi Arabia dan Mantan Anggota Haiah Kibaril Ulama).

Muflih Safitra.

Syarah (Penjelasan) Al-Qawa'id Al-Arba' (11/2).

Orang-orang musyrik dan kafir di zaman Nabi (Shallallahu 'alaihi wa Sallam), dalam kondisi aman dan tenteram, melakukan kesyirikan (menyekutukan Allah) dengan memalingkan ibadah dan doa mereka kepada yang selain-Nya. Namun, jika datang ketakutan atau kesulitan dalam urusan mereka maka mereka akan memalingkan wajah mereka kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala semata, berdoa, dan mengikhlaskan doa itu hanya kepada-Nya sehingga dengan itu Allah pun menolong mereka.

Adapun orang musyrik di zaman ini justru tidak seperti itu. Dalam kondisi terdesak dan semakin tertekan dalam suatu masalah, mereka justru berpaling kepada manusia atau makhluk lain yang mereka sembah, dengan berdoa, tunduk, memelas dan meminta-minta kepada sembahan mereka agar dibebaskan dari kesulitan dan masalah mereka itu.

Penulis membawakan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:

"Maka apabila mereka naik kapal mereka berdoa kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dan tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai ke darat, tiba-tiba mereka (kembali) mempersekutukan (Allah)." (QS. Al-Ankabuut [29]: 65)

Artinya, orang-orang musyrik itu kembali melakukan kesyirikan (menyekutukan Allah Subhanahu wa Ta'ala) setelah selamat, meskipun mereka di saat kesulitan dan ketakutan mentauhidkan Allah dalam doanya.

Permisalan yang semacam ini terdapat pula dalam banyak ayat dalam surah yang berbeda-beda di dalam Kitabullah (Al-Qur'an). Semua ayat itu menegaskan bahwa orang-orang musyrik mentauhidkan Allah Subhanahu wa Ta'ala dan mengesakan-Nya dalam doa mereka saat dalam kesulitan dan ketakutan. Allah pun mencela mereka, karena bagaimana mungkin mereka tidak mengesakan Allah saat kondisi aman dan tenteram, lantas berpaling kepada berhala-berhala dan sembahan-sembahan mereka selain Allah Subhanahu wa Ta'ala. Sementara itu orang musyrik di zaman ini tetap saja berbuat syirik dalam kondisi tertekan.

Orang-orang musyrik di zaman ini suka membantah, "Kamu bukan siapa-siapa dibandingkan wali yang kami sembah. Kalau kamu dalam keadaan sulit maka tidak ada yang dapat menolongmu selain wali itu."

Begitulah permisalan keadaan kaum musyrikin di zaman kita ini, yang kesyirikannya lebih parah daripada kaum musyrikin yang hidup di zaman Nabi (Shallallahu 'alaihi wa Sallam).

Contoh lain yang bisa kita ambil dalam masalah ini adalah orang musyrikin di zaman Nabi (Shallallahu 'alaihi wa Sallam) menetapkan tauhid rububiyyah, mengakui bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala yang mengatur semua makhluk, Allah yang menciptakan seluruh lapis langit, daratan dan lautan, Allah yang menahan keduanya di posisinya masing-masing ataupun menabrakkannya. Demikianlah sehingga dikatakan kepada mereka, "Jika kalian memang menetapkan tauhid rububiyyah dan mengesakan Allah di dalamnya, maka sudah seharusnya kalian juga menetapkan tauhid uluhiyyah dan wajibnya mengesakan Allah dalam ibadah kepada-Nya."

Nah, orang-orang di zaman belakangan ini justru lebih rusak daripada orang-orang terdahulu di masa Nabi (Shallallahu 'alaihi wa Sallam). Di zaman ini mereka meyakini bahwa para walilah yang mengatur makhluk, yang memberikan anak dan rezeki (bukan Allah, -pent).

Baca selanjutnya:

Daftar Isi Buku Ini.

Daftar Buku Perpustakaan Ini.

===

Maraji'/ sumber:

Kitab: Syarah Al-Qawa'id Al-Arba' (Syarah Mutun Al-Aqidah), Penulis Matan: Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahhab, Penulis Syarah: Syaikh Saad bin Nashir Asy-Syatsriy hafizhahullah (Dewan Penasihat Kerajaan Saudi Arabia dan Mantan Anggota Haiah Kibaril Ulama), Tanpa Keterangan Penerbit, Tanpa Keterangan Cetakan, Tanpa Keterangan Tahun, Judul Terjemahan: Syarah Al-Qawa'id Al-Arba', Penerjemah: Muflih Safitra, Penerbit: Naashirussunnah, Jakarta - Indonesia, Cetakan ke-1, Rabi'ul Akhir 1437 H/ Februari 2016 M.

===

Wakaf dari Ibu Anny - Jakarta untuk Perpustakaan Baitul Kahfi Tangerang. Semoga Allah menjaganya dan memudahkan segala urusan kebaikannya.

===

Abu Sahla Ary Ambary bin Ahmad Awamy bin Muhammad Noor al-Bantani
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

Popular posts from this blog