Skip to main content

Bantahan Terhadap Orang yang Berdalih dengan Takdir dalam Meninggalkan Kewajiban dan Melakukan Kemaksiatan | Rukun Kelima: Iman Kepada Takdir | Rukun Iman yang Enam | Tingkatan Kedua: Iman | Tingkatan-tingkatan Din | Syarah Tsalatsatul Ushul

Syarh Tsalaatsatil Ushuul.

Syarah Tsalaatsatul Ushuul.
Mengenal Allah, Rasul dan Dinul Islam.
Penjelasan Singkat Tentang Ilmu-ilmu yang Wajib Diketahui Setiap Muslim.

Syaikhul Islam Muhammad bin 'Abdul Wahhab rahimahullah.

Syaikh Muhammad bin Shalih al-'Utsaimin rahimahullah.

Syaikh Fahd bin Nashir bin Ibrahim as-Sulaiman.

Syarah Tsalatsatul Ushul.

Kedua.

Ma'rifatud Din.
Mengenal Dinul Islam.

Dan karena alam seluruhnya adalah milik Allah, maka tak satu pun dari milik-Nya itu yang tidak diketahui dan tidak dikehendaki-Nya. Iman kepada qadar (takdir) seperti yang kita sebutkan di atas tidak memberikan peluang bagi manusia untuk beralasan dalam meninggalkan kewajiban-kewajiban atau melakukan kemaksiatan-kemaksiatan. Dengan demikian, maka alasan semacam ini adalah batil (gugur) ditinjau dari beberapa sudut:

Pertama: Firman Allah 'Azza wa Jalla:

"Orang-orang musyrik mengatakan, 'Jika Allah menghendaki, niscaya kami dan bapak-bapak kami tidak mempersekutukan-Nya, dan kami tidak pula mengharamkan barang sesuatu apa pun.' Demikian juga orang-orang sebelum mereka yang telah mendustakan (para Rasul) sampai mereka merasakan siksaan Kami. Katakanlah, 'Adakah kamu mempunyai sesuatu pengetahuan sehingga kamu dapat mengemukakannya kepada kami? Kamu tidak mengikuti kecuali prasangka belaka, dan kamu tidak lain hanya berdusta.'" (Al-An'am [6]: 148)

Seandainya alasan mereka dengan qadar itu dapat dibenarkan tentu Allah 'Azza wa Jalla tidak akan menimpakan siksa-Nya kepada mereka.

Kedua: Firman Allah 'Azza wa Jalla:

"Mereka diutus sebagai Rasul-rasul pembawa kabar gembira dan pemberi perintah agar tidak ada alasan bagi manusia untuk membantah Allah sesudah diutusnya Rasul-rasul itu. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (An-Nisa' [4]: 165)

Seandainya qadar itu dapat dijadikan alasan oleh orang-orang yang menyelisihi itu, maka alasan itu tidak ternafikan dengan diutusnya para Rasul itu. Sebab, penyelisihan setelah diutusnya mereka itu terjadi dengan qadar Allah 'Azza wa Jalla.

Ketiga: Hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dari Ali bin Abi Thalib (radhiyallahu 'anhu) bahwa Nabi (Shallallahu 'alaihi wa Sallam) telah bersabda:

"Tak seorang pun di antara kamu kecuali telah ditulis tempat duduknya di Surga atau Neraka." Salah seorang sahabat bertanya, "Mengapakah kita tidak pasrah saja, ya Rasulullah?" Beliau menjawab, "Tidak! Berbuatlah karena masing-masing dimudahkan!" Selanjutnya, beliau membaca ayat, "Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa..." (51)

Ini adalah lafal hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari. Sedangkan lafal hadits yang diriwayatkan oleh Muslim adalah:

"...karena masing-masing dimudahkan atas apa yang tercipta untuknya." (52)

Jadi Nabi (Shallallahu 'alaihi wa Sallam) memerintakan untuk berbuat, dan melarang pasrah (menyerah) begitu saja kepada qadar.

Keempat: Allah 'Azza wa Jalla memberikan perintah dan larangan kepada manusia, namun tidak membebaninya, kecuali yang ia mampu.

Allah 'Azza wa Jalla berfirman:

"Bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu..." (At-Taghabun [64]: 16)

"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya..." (Al-Baqarah [2]: 286)

Kalau saja manusia itu dipaksakan untuk melakukan sesuatu, berarti ia dibebani sesuatu yang ia tidak dapat melepaskan diri darinya. Ini adalah batil. Oleh karena itu, jika dia melakukan suatu maksiat disebabkan karena kejahilan (ketidaktahuan), lupa, atau terpaksa, maka ia tidak berdosa, karena ia dimaafkan dalam hal seperti itu.

Baca selanjutnya:

Daftar Isi Buku Ini.

Daftar Buku Perpustakaan Ini.

===

Catatan Kami:

51. HR. Bukhari, Kitabut Tafsir.

52. HR. Muslim, Kitabul Qadr, Kaifiyatul Khalq Al-Adami.

===

Maraji'/ sumber:

Kitab: Syarh Tsalaatsatil Ushuul, Penulis Matan: Syaikhul Islam Muhammad bin 'Abdul Wahhab rahimahullah, Penulis Syarah: Syaikh Muhammad bin Shalih al-'Utsaimin rahimahullah, Penyusun: Syaikh Fahd bin Nashir bin Ibrahim as-Sulaiman, Penerbit: Darul Tsarya, Riyadh - Kerajaan Arab Saudi, Cetakan III, Tahun 1997 M, Judul Terjemahan: Syarah Tsalaatsatul Ushuul (Mengenal Allah, Rasul dan Dinul Islam, Penjelasan Singkat Tentang Ilmu-ilmu yang Wajib Diketahui Setiap Muslim), Penerjemah: Hawin Murtadlo, Salafuddin Abu Sayyid, Editor: Muhammad Albani, Penerbit: Al-Qowam, Sukoharjo - Indonesia, Cetakan XIII, Maret 2016 M.

===

Wakaf dari Ibu Anny - Jakarta untuk Perpustakaan Baitul Kahfi Tangerang.
Semoga Allah menjaganya dan memudahkan segala urusan kebaikannya.

===

Abu Sahla Ary Ambary bin Ahmad Awamy bin Muhammad Noor al-Bantani
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

Popular posts from this blog