Skip to main content

Mempelajari sihir Termasuk Kekufuran | Al-Baqarah, Ayat 99-103 | Shahih Tafsir Ibnu Katsir

Al-Mishbaahul Muniiru fii Tahdziibi Tafsiiri Ibnu Katsiir.

Shahih Tafsir Ibnu Katsir.

Syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri.

Al-Baqarah, Ayat 99-103.

Mempelajari sihir Termasuk Kekufuran.

Firman Allah, "Sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorang pun sebelum mengatakan, 'Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), maka janganlah kamu kafir,'" Abu Ja'far ar-Razi meriwayatkan dari ar-Rabi' bin Anas, dari Qais bin 'Ibad dari Ibnu 'Abbas, ia mengatakan, "Jika ada orang yang mendatangi keduanya karena menghendaki sihir, maka dengan tegas keduanya melarang orang tersebut seraya berkata, 'Sesungguhnya kami ini hanyalah cobaan bagimu, maka janganlah kamu kafir,' karena keduanya mengetahui kebaikan, keburukan, kekufuran dan keimanan, sehingga keduanya mengetahui bahwa sihir termasuk kekufuran."

Ia melanjutkan, "Jika dia tidak mau menurutinya maka keduanya menyuruhnya mendatangi tempat begini dan begini. Jika dia mendatangi tempat itu, dia akan bertemu dengan syaitan lalu syaitan itu akan mengajarinya. Jika dia mempelajarinya maka cahaya akan keluar dari dirinya. Dia dapat melihat cahaya itu naik ke langit, lalu dia berkata, 'Celaka aku, apa yang telah aku lakukan?'" (372)

Diriwayatkan dari al-Hasan al-Bashri bahwa ia menjelaskan tentang tafsir ayat ini, "Benar, kedua Malaikat ini diturunkan dengan membawa ilmu sihir, untuk mengajari manusia sebagai bala' (cobaan) yang hendak Allah berikan kepada manusia. Dan Allah mengambil perjanjian atas keduanya untuk tidak mengajarkan ilmu tersebut kepada siapa pun sampai keduanya mengatakan, 'Sesungguhnya kami hanyalah cobaan bagimu, maka janganlah kamu kafir.'" (373) Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim.

Qatadah berkata, "Allah telah mengambil perjanjian atas keduanya untuk tidak mengajarkannya kepada siapa pun hingga keduanya mengatakan, 'Sesungguhnya kami hanyalah cobaan, yaitu bala' yang telah menimpa kami, maka janganlah kamu kafir.'" (374)

As-Suddi mengatakan bahwa jika seseorang mendatangi keduanya karena ingin mempelajari ilmu sihir, maka keduanya akan menasihatinya. Keduanya akan berkata kepadanya, "Janganlah kamu kafir, sesungguhnya kami hanyalah cobaan semata." Jika orang itu tetap bersikukuh, maka keduanya akan berkata kepadanya, "Pergilah ke abu (bekas pembakaran) itu lalu kencingilah." Jika ia mengencinginya maka cahaya akan keluar darinya dan bergerak ke atas lalu masuk ke langit. Itulah iman. Lalu datanglah kepadanya sesuatu yang hitam menyerupai awan hingga masuk ke dalam relung pendengarannya dan menjalar ke seluruh persendiannya. Itulah murka Allah. Jika ia menceritakan kepada keduanya demikian (yakni ia telah melakukannya dan mendapati kejadian seperti itu), barulah keduanya mengajarinya ilmu sihir. Itulah makna firman Allah Ta'ala, "Sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorang pun sebelum mengatakan, 'Sesungguhnya kami hanyalah cobaan (bagimu), maka janganlah kamu kafir.'" (375)

Sunaid meriwayatkan dari Hajjaj, dari Ibnu Juraij tentang ayat ini: "Tidak ada yang berani mempelajari ilmu sihir kecuali orang kafir. Adapun fitnah yang dimaksud dalam ayat ini adalah cobaan dan ujian." (376)

Sebagian ulama menjadikan ayat ini sebagai dalil untuk mengkafirkan orang yang mempelajari sihir, dan diperkuat lagi dengan hadits yang diriwayatkan oleh al-Hafizh Abu Bakar al-Bazzar dari 'Abdullah (bin Mas'ud), ia berkata, "Barangsiapa yang mendatangi dukun atau tukang sihir, lalu ia mempercayai ucapannya, berarti ia telah kafir terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad shallallaahu 'alaihi wa sallam." (377)

(Ibnu Katsir berkata) Sanad ini shahih dan memiliki beberapa penguat lainnya.

Baca selanjutnya:

Kembali ke Daftar Isi Buku ini.

Kembali ke Daftar Buku Perpustakaan ini.

===

Catatan Kaki:

372. Ibnu Abi Hatim (I/ 312).

373. Ibnu Abi Hatim (I/ 310).

374. Ath-Thabari (II/ 443).

375. Ath-Thabari (II/ 443).

376. Ath-Thabari (II/ 443).

377. Kasyful Astaar (II/ 443). [Shahih: Hadits yang serupa dengan ini diriwayatkan secara marfu' dari Sahabat Abu Hurairah radhiyallaahu 'anhu yang diriwayatkan oleh al-Hakim (I/ 49) dan Ahmad (II/ 429), dan dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Shahiihul Jaami' (no. 5939)].

===

Maraji'/ sumber:

Kitab: al-Mishbaahul Muniiru fii Tahdziibi Tafsiiri Ibnu Katsiir, Penyusun: Tim Ahli Tafsir di bawah pengawasan Syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri, Penerbit: Daarus Salaam lin Nasyr wat Tauzi', Riyadh - Kerajaan Saudi Arabia, Cetakan terbaru yang telah direvisi dan disempurnakan, April 2000 M/ Muharram 1421 H, Judul terjemahan: Shahih Tafsir Ibnu Katsir Jilid 1, Penerjemah: Abu Ihsan al-Atsari, Edit Isi: Abu Ahsan Sirojuddin Hasan Bashri Lc, Penerbit: Pustaka Ibnu Katsir, Jakarta - Indonesia, Cetakan Keempat Belas, Jumadal Awwal 1436 H/ Maret 2015 M.

===

Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Popular posts from this blog