Skip to main content

Posts

Showing posts from December, 2015

Hijab dan Pakaian Wanita Muslimah dalam Shalat: Aurat Wanita dan Laki-laki yang Harus Ditutupi (7)

Hijabul Mar'ah wa libasuha fish shalah Hijab dan Pakaian Wanita Muslimah dalam Shalat Aurat Wanita dan Laki-laki yang Harus Ditutupi (7) Masih ada satu jenis lagi pakaian yang mereka kenakan, yaitu kain yang biasa mereka panjangkan melebihi telapak kaki mereka. Mengenai panjang kain yang mereka lebihkan, mereka pernah bertanya kepada Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam, lalu beliau bersabda: "Sejengkal." Mereka berkata, bahwa jika demikian, betis mereka bisa tersingkap. Maka beliau (shallallaahu 'alaihi wa sallam) bersabda: "Sehasta, jangan lebih." (41) Mengenai ini, Ibnu Rabi'ah berkata: "Membunuh dan berperang diwajibkan kepada kita. Sedangkan wanita-wanita muhshanat diwajibkan menyeret dzuyul." Dzuyul (ujung kain, pancung kain yang dilebihkan di bawah telapak kaki) ini, hanya wajib mereka kenakan apabila mereka keluar dari rumah. Karena itu, beliau (shallallaahu 'alaihi wa sallam) pernah ditanya mengenai bagaimana jika seorang

Hijab dan Pakaian Wanita Muslimah dalam Shalat: Aurat Wanita dan Laki-laki yang Harus Ditutupi (6)

Hijabul Mar'ah wa libasuha fish shalah Hijab dan Pakaian Wanita Muslimah dalam Shalat Aurat Wanita dan Laki-laki yang Harus Ditutupi (6) Berdasarkan ini semua, bisa disimpulkan bahwa pakaian yang dikenakan dalam shalat, lebih ketat aturannya daripada yang dikenakan untuk menutupi aurat laki-laki dari pandangan laki-laki lain dan menutupi aurat wanita dari pandangan wanita lain. Karena itu wanita diperintahkan untuk mengenakan khimar di dalam shalat. Adapun mengenai wajah, dua tangan, dan dua kakinya, maka ia dilarang untuk memperlihatkannya hanya kepada laki-laki ajnabi, dan tidak dilarang untuk memperlihatkannya kepada kaum wanita atau laki-laki yang memiliki hubungan mahram dengannya. Maka, jelaslah bahwa hal itu tidak sebagaimana aurat laki-laki di hadapan laki-laki lain atau aurat wanita di hadapan wanita lain, yang dilarang diperlihatkan disebabkan buruknya membuka aurat. Larangan memperlihatkannya adalah disebabkan ia merupakan muqaddimah (pengantar) terjadinya fakhisyah. Seb

Hijab dan Pakaian Wanita Muslimah dalam Shalat: Aurat Wanita dan Laki-laki yang Harus Ditutupi (5)

Hijabul Mar'ah wa libasuha fish shalah Hijab dan Pakaian Wanita Muslimah dalam Shalat Aurat Wanita dan Laki-laki yang Harus Ditutupi (5) Ada perselisihan mengenai kewajiban menutup aurat bagi seseorang yang shalat dalam keadaan sendirian, tetapi tidak ada perselisihan bahwa apabila seseorang melaksanakan shalat, ia wajib mengenakan pakaian, dan tidak diperbolehkan melaksanakan shalat dalam keadaan telanjang, apabila mampu untuk mengenakan pakaian, berdasarkan kesepakatan para ulama. Oleh karena itu, Imam Ahmad memperbolehkan orang-orang yang dalam keadaan telanjang melaksanakan shalat dengan duduk sedangkan Imam mereka berada di tengah-tengah mereka. Berbeda dengan di luar shalat. Penutupan ini berkaitan dengan penghormatan terhadap shalat, bukan berkaitan dengan larangan melihat. Bahz bin Hakim meriwayatkan dari ayahnya, dari kakeknya, ia bertanya: "Ya Rasulullah, bagaimana pendapatmu jika salah seorang dari kami dalam keadaan seorang diri?" Maka beliau (shallallaahu 

Hijab dan Pakaian Wanita Muslimah dalam Shalat: Aurat Wanita dan Laki-laki yang Harus Ditutupi (4)

Hijabul Mar'ah wa libasuha fish shalah Hijab dan Pakaian Wanita Muslimah dalam Shalat Aurat Wanita dan Laki-laki yang Harus Ditutupi (4) Dan Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam melarang seseorang berthawaf di Baitullah dalam keadaan telanjang, (31) maka larangan shalat dalam keadaan telanjang jelas lebih utama. Beliau (shallallaahu 'alaihi wa sallam) ditanya mengenai shalat dengan mengenakan satu kain, lalu beliau (shallallaahu 'alaihi wa sallam) bersabda, "Apakah setiap kalian mempunyai dua kain?" (32) Mengenai satu kain beliau (shallallaahu 'alaihi wa sallam) bersabda, "Bila kain itu lebar, maka gunakanlah untuk menyelimuti tubuh, tetapi bila kain itu sempit, maka gunakan untuk bersarung." (33) Beliau (shallallaahu 'alaihi wa sallam) melarang seorang pria melakukan shalat dengan mengenakan satu kain sedangkan di atas pundaknya tidak terdapat kain sedikitpun. (34) Ini merupakan dalil bahwa di dalam shalat diperintahkan untuk menutup aurat, p

Hijab dan Pakaian Wanita Muslimah dalam Shalat: Aurat Wanita dan Laki-laki yang Harus Ditutupi (3)

Hijabul Mar'ah wa libasuha fish shalah Hijab dan Pakaian Wanita Muslimah dalam Shalat Aurat Wanita dan Laki-laki yang Harus Ditutupi (3) Kebalikannya adalah mengenai wajah, dua tangan, dan dua telapak kaki. Seorang wanita, berdasarkan pendapat yang paling shahih di antara dua pendapat yang ada, tidak diperbolehkan untuk memperlihatkan bagian-bagian tubuh tersebut kepada kaum pria ajnabi, bahkan ia tidak diperbolehkan memperlihatkan apapun selain pakaian, tidak sebagaimana hukum sebelum adanya naskh. Tetapi, bagian-bagian tersebut tidak wajib ditutupnya berdasarkan pendapat yang disepakati oleh kaum muslimin. Bahkan, berdasarkan ijma', ia diperbolehkan memperlihatkan wajahnya, sekalipun ini termasuk perhiasan bathin. Demikian halnya kedua tangan, boleh diperbolehkan menurut pendapat jumhur 'ulama, seperti (Imam) Abu Hanifah, (Imam) asy-Syafi'i, dan 'ulama lainnya. Ia juga merupakan salah satu dari dua riwayat yang berasal dari Imam Ahmad. Demikian pula dua telapak ka

Hijab dan Pakaian Wanita Muslimah dalam Shalat: Aurat Wanita dan Laki-laki yang Harus Ditutupi (2)

Hijabul Mar'ah wa libasuha fish shalah Hijab dan Pakaian Wanita Muslimah dalam Shalat Aurat Wanita dan Laki-laki yang Harus Ditutupi (2) Adapun dalam shalat adalah soal lain, yaitu apabila seorang wanita melaksanakan shalat seorang diri, maka ia diperintahkan untuk menutup kepalanya dengan khimar (kerudung) (23), sedangkan di luar shalat, ia diperbolehkan membuka kepalanya di rumahnya. Mengenakan perhiasan di dalam shalat adalah berkaitan hak Allah. Maka, tidak seorangpun diperbolehkan berthawaf di Baitullah dalam keadaan telanjang, sekalipun seorang diri di waktu malam. Ia juga tidak boleh melaksanakan shalat dalam keadaan telanjang, sekalipun sendirian. Maka, diketahuilah bahwa mengenakan "pakaian yang indah" dalam shalat tidak sama dengan mengenakan hijab dari pandangan orang. Keduanya merupakan hal yang memiliki hukum yang berbeda satu sama lain. Karena itu, terkadang orang yang melaksanakan shalat harus menutupi apa yang boleh diperlihatkan di luar shalat dan terkada

Hijab dan Pakaian Wanita Muslimah dalam Shalat: Aurat Wanita dan Laki-laki yang Harus Ditutupi

Hijabul Mar'ah wa libasuha fish shalah Hijab dan Pakaian Wanita Muslimah dalam Shalat Aurat Wanita dan Laki-laki yang Harus Ditutupi Berikut ini adalah masalah aurat yang harus ditutup oleh kaum wanita dari pandangan kaum pria, begitu juga yang harus ditutup oleh kaum pria dari pandangan kaum pria, dan yang harus ditutup oleh kaum wanita dari pandangan kaum wanita. Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Janganlah seorang pria melihat aurat pria yang lain, dan jangan pula seorang wanita melihat aurat wanita yang lain." (19) Beliau (shallallaahu 'alaihi wa sallam) juga bersabda: "Jagalah auratmu, kecuali dari isteri dan budak-budakmu!" Aku (shahabat) bertanya, "Bagaimana jika suatu kaum berkumpul satu sama lain yang sejenis?" Beliau (shallallaahu 'alaihi wa sallam) bersabda, "Bila engkau bisa mengusahakan agar tidak seorangpun melihatnya, maka jangan sampai ia melihatnya." Aku bertanya, "Bagaimana jika salah seorang dar

Syarah Kasyfu Syubuhat (24)

Syarhu Kasyfusy Syubuhaat Syarah Kasyfu Syubuhat Membongkar Akar Kesyirikan Dengan kita mengetahui bahwa pada jalan Allah pasti ada musuh-musuh yang menghadang dari kalangan orang-orang yang pandai berbicara, mempunyai banyak ilmu dan hujjah, maka kita wajib mempelajari agama Allah sebagai senjata untuk memerangi setan-setan itu. Pemimpin dan penghulu mereka, (yaitu iblis) pernah berkata kepada Rabbmu 'Azza wa Jalla; "Aku benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus. Kemudian aku akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka dan Engkau tidak akan mendapati banyak dari mereka yang bersyukur." (QS. Al-A'raf: 16-17) [1] === Penjelasan [1] Apabila kita telah mengetahui bahwa musuh-musuh kebenaran memiliki kitab, ilmu, dan hujjah untuk mencampur-adukkan kebenaran dengan kebatilan maka wajib bagi kita memiliki persiapan dalam menghadapi mereka. Persiapan tersebut bisa dilakukan dengan cara: a. Sepert

Shahih Fiqih Sunnah: Bolehkah Memotong Jenggot yang Lebih dari Satu Genggaman?

Shahih Fiqh as-Sunnah Wa Adillatuhu wa Taudhih Madzahib al-A'immah Shahih Fiqih Sunnah Sunan al-Fithrah Memelihara Jenggot Bolehkah Memotong Jenggot yang Lebih dari Satu Genggaman? Sebagian ulama berpendapat bolehnya memotong jenggot yang lebih dari satu genggaman. Mereka berdalil dengan hadits Ibnu 'Umar (ra-dhiyallaahu 'anhuma), jika dia mengerjakan hajji atau umrah, maka dia menggenggam jenggotnya dan memotong yang selebihnya. (185) Mereka mengatakan, Ibnu 'Umar adalah perawi hadits yang memerintahkan untuk memelihara jenggot. Tentulah dia lebih tahu tentang apa yang diriwayatkannya. Mereka tidak memiliki hujjah dalam atsar ini, karena beberapa alasan berikut: (186) 1. Ibnu 'Umar melakukannya ketika bertahallul dari ihramnya dalam hajji atau umrah. Sementara mereka membolehkannya di setiap saat. 2. Perbuatan Ibnu 'Umar ini dilakukan berdasarkan takwilnya atas firman Allah Sub-haanahu wa Ta'aala: "Dengan mencukur rambut kepala dan mengguntingnya.&quo

Shahih Fiqih Sunnah: Hukum Memelihara Jenggot

Shahih Fiqh as-Sunnah Wa Adillatuhu wa Taudhih Madzahib al-A'immah Shahih Fiqih Sunnah Sunan al-Fithrah Memelihara Jenggot Hukum Memelihara Jenggot Memelihara jenggot hukumnya wajib bagi kaum lelaki, berdasarkan alasan-alasan berikut ini: 1. Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam memerintahkan untuk memelihara jenggot, dan perintah itu menunjukkan kewajiban. Sementara tidak ada indikasi yang memalingkannya kepada istihbab (anjuran). Di antaranya adalah sabda beliau (shallallaahu 'alaihi wa sallam): "Selisihilah kaum musyrikin. Peliharalah jenggot dan potonglah kumis." (180) Dan sabda beliau (shallallaahu 'alaihi wa sallam): "Potonglah kumis dan peliharalah jenggot. Selisihilah orang-orang majusi." (181) 2. Mencukur jenggot merupakan perbuatan menyerupai orang-orang kafir, sebagaimana dijelaskan dalam dua hadits yang lalu. 3. Mencukur jenggot termasuk perbuataan merubah ciptaan Allah dan menaati setan yang mengatakan: "Dan akan aku suruh mereka (me

Anda dan Harta: Sebab-sebab Terjaganya Harta dan Bertambahnya Harta: Melakukan Kebaikan

Anta wa Maala Anda dan Harta Sebab-sebab Terjaganya Harta dan Bertambahnya Harta 4. Melakukan Kebaikan Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Sesungguhnya Allah tidak akan zhalim pada hamba-Nya yang berbuat kebaikan. Dia akan dibalas dengan diberi rezeki di duniaa dan akan dibalas dengan pahala di akhirat." (1) Dalam riwayat lain dijelaskan, "Sesungguhnya Allah tidak akan zhalim pada hamba mukmin yang berbuat kebaikan. Dia akan membalasnya di dunia dan akhirat. Adapun orang kafir yang berbuat kebaikan, maka akan dibalas sesuai perbuatan baiknya di dunia. Ketika di akhirat nanti, tidak ada kebaikan yang akan dibalas untuknya." (2) Tidak seorang muslim pun yang berbuat kebaikan di dunia ini kecuali Allah akan membalasnya di dunia dan di akhirat; di dunia dengan diluaskan rezekinya dan diberi rezeki yang baru untuknya, dan di akhirat derajatnya ditinggikan di Surga. Allah berfirman, "Barangsiapa melakukan satu kebaikan, maka akan dibalas dengan y

Tafsir wanita: Hukum Ilaa' (3)

Tafsir wanita Surat al-Baqarah Hukum Ilaa' (3) Mungkin salah satu hikmah dari sikap syari'at yang demikian terhadap masalah ilaa' adalah bahwa membiarkan seorang isteri adalah dianggap sebagai salah satu cara untuk memberi didikan (pelajaran) terhadapnya. Seperti saat dia tidak peduli dengan urusan rumah tangganya atau berlaku tidak baik terhadap suaminya atau masalah-masalah lain yang mengharuskan bagi seorang suami untuk memberikan pelajaran kepadanya. Sehingga dengan adanya tindakan ini, dia bisa kembali pada sikap dewasanya dan kembali melakukan tindakan-tindakan yang benar dan lurus. Dalam kondisi demikian, seorang suami bisa menempuh tindakan ilaa' ini dengan bertekad untuk tidak mendekati isterinya sebagai sarana untuk pendidikan dan sebagai usaha untuk memperbaiki isterinya itu, atau untuk tujuan-tujuan lain yang disyari'atkan agama. Dengan demikian, syari'at Islam tidak sepenuhnya menghapus total praktek ilaa' itu, dengan harapan ia bisa dijadikan s

Tafsir wanita: Hukum Ilaa' (2)

Tafsir wanita Surat al-Baqarah Hukum Ilaa' (2) Sebagian ulama ada yang berkata, "Jika telah lewat dari empat bulan, maka jatuhlah talak ba'in (1) atasnya. Ini adalah pendapat Ibnu 'Abbas dan Ibnu Mas'ud (ra-dhiyallaahu 'anhum). Pendapat ini juga merupakan pendapat Sufyan ats-Tsauri dan para ahli fikih aliran rasional." Sa'id bin Musayyab dan az-Zuhri berkata, "Jatuhlah atassnya talak raj'i (2) andaikata dia bersumpah untuk tidak menggauli isterinya kurang dari empat bulan, seperti ini dia bukan seorang suami yang melakukan ilaa', dia posisinya hanya sebagai seorang yang bersumpah. Maka jika dia menggaulinya sebelum masa yang telah disebutkan, wajib baginya untuk membayar kafarah (tebusan) sebagai orang yang bersumpah. Jika dia bersumpah untuk tidak menggauli isterinya selama empat bulan, maka dia juga tidak dianggap melakukan ilaa', dalam pandangan orang yang berpendapat bahwa hendaknya dihentikan setelah berlalu empat bulan. Sebab ada

Tafsir wanita: Hukum Ilaa'

Tafsir wanita Surat al-Baqarah Hukum Ilaa' Allah berfirman, "Kepada orang-orang yang meng-ilaa' isterinya diberi tangguh empat bulan (lamanya). Kemudian jika mereka kembali (kepada isterinya), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan jika mereka berazzam (bertetap hati untuk) talak (bercerai), maka sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (QS. Al-Baqarah: 226-227) Al-Baghawi dalam tafsirnya 1/264 berkata, "Bahwa firman-Nya, 'Kepada orang-orang yang meng-ilaa' isterinya diberi tangguh empat bulan (lamanya).' Yang dimaksud dengan yu'luuna dalam ayat itu adalah yahlifuuna (bersumpah) sedang al-alyah berarti sumpah. Dan kemudian yang dimaksud dengan hal itu dalam ayat ini adalah bersumpah untuk tidak mencampuri isteri dalam hubungan seks." Qatadah berkata, "Ilaa' adalah merupakan bentuk talak pada masa jahiliyah." Sa'id bin al-Musayyab berkata, "Ini adalah kebiasaan orang-orang jahiliy

Ringkasan Shahih Bukhari (100)

‪ Mukhtashar Shahih al-Imam al-Bukhari Ringkasan Shahih Bukhari Kitaabul wudhu' 4. Kitab Wudhu' 18. Bab: Larangan Istinja' (Cebok) dengan Tangan Kanan 100. Dari Abu Qatadah (ra-dhiyallaahu 'anhu), ia berkata, "Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda, 'Jika seseorang di antara kalian minum, maka janganlah ia bernafas dalam bejana, dan apabila ia masuk ke kamar kecil janganlah ia menyentuh (dalam riwayat lain: maka hendaknya ia tidak memegang) kemaluannya dengan tangan kanannya, dan [jika seseorang kalian bersuci maka hendaknya 6/250] tidak bersuci (dalam riwayat lain: tidak cebok) dengan tangan kanannya.'" === Maraji'/ sumber: Kitab: Mukhtashar Shahih al-Imam al-Bukhari, Penulis: Imam Muhammad Nashiruddin al-Albani rahimahullaah, tanpa keterangan penerbit, tanpa keterangan cetakan, tanpa keterangan tahun, Judul Terjemahan: Ringkasan Shahih Bukhari Jilid 1, Penerjemah: Asep Saefullah FM, M.A., Drs. Kamaluddin Sa'ad

Ringkasan Shahih Bukhari: Bab Membawa Tongkat dan Air untuk Istinja' (Cebok)

‪ Mukhtashar Shahih al-Imam al-Bukhari Ringkasan Shahih Bukhari Kitaabul wudhu' 4. Kitab Wudhu' 17. Bab: Membawa Tongkat dan Air untuk Istinja' (Cebok) (Haditsnya adalah hadits Anas (ra-dhiyallaahu 'anhu) tersebut). === Maraji'/ sumber: Kitab: Mukhtashar Shahih al-Imam al-Bukhari, Penulis: Imam Muhammad Nashiruddin al-Albani rahimahullaah, tanpa keterangan penerbit, tanpa keterangan cetakan, tanpa keterangan tahun, Judul Terjemahan: Ringkasan Shahih Bukhari Jilid 1, Penerjemah: Asep Saefullah FM, M.A., Drs. Kamaluddin Sa'adiyatulharamain, Editor: Abu Rania, Abu Fahmi Huaidi, Fajar Inayati, Penerbit: Pustaka Azzam, Jakarta - Indonesia, Cetakan keenam, Nopember 2013 M. === Abu Sahla Ary Ambary Ibnu Ahmad al-Bantani Sent from my BlackBerry® powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Ringkasan Shahih Bukhari: Bab Membawakan Air untuk Bersuci

‪ Mukhtashar Shahih al-Imam al-Bukhari Ringkasan Shahih Bukhari Kitaabul wudhu' 4. Kitab Wudhu' 16. Bab: Membawakan Air untuk Bersuci 31.(95) Abu ad-Darda' (ra-dhiyallaahu 'anhu) berkata, "Bukankah ada di antara kalian pemilik sepasang sandal, alat untuk bersuci, dan bantal?" (Haditsnya adalah hadits Anas (ra-dhiyallaahu 'anhu) tadi). === (95) Disebutkan secara bersambung oleh pengarang dalam hadits pada kitab ke 62 bab 21. === Maraji'/ sumber: Kitab: Mukhtashar Shahih al-Imam al-Bukhari, Penulis: Imam Muhammad Nashiruddin al-Albani rahimahullaah, tanpa keterangan penerbit, tanpa keterangan cetakan, tanpa keterangan tahun, Judul Terjemahan: Ringkasan Shahih Bukhari Jilid 1, Penerjemah: Asep Saefullah FM, M.A., Drs. Kamaluddin Sa'adiyatulharamain, Editor: Abu Rania, Abu Fahmi Huaidi, Fajar Inayati, Penerbit: Pustaka Azzam, Jakarta - Indonesia, Cetakan keenam, Nopember 2013 M. === Abu Sahla Ary Ambary Ibnu Ahmad al-Bantani

Ringkasan Shahih Bukhari (68)

‪ Mukhtashar Shahih al-Imam al-Bukhari Ringkasan Shahih Bukhari Kitaabul ilmi 3. Kitab Ilmu 37. Bab: Menanyakan Sesuatu yang Didengar Sampai Mengerti 68. Dari Ibnu 'Abi Mulaikah, bahwa 'Aisyah (ra-dhiyallaahu 'anhuma) isteri Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, apabila mendengar sabda Nabi (Shallallaahu 'alaihi wa Sallam) yang tidak ia pahami, maka ia akan menanyakan kembali kepada Nabi (Shallallaahu 'alaihi wa Sallam) sampai mengerti. Pada suatu ketika Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda, "Barangsiapa dihisab maka akan disiksa." (Dalam riwayat lain: "maka akan binasa."). 'Aisyah berkata, "Lalu aku bertanya, [Allah telah menjadikanku tawananmu], bukankah Allah Ta'ala telah berfirman, '[Adapun orang yang diberi kitabnya dari sebelah kanan], maka ia akan dihisab dengan perhitungan yang mudah? {QS. Al-Insyiqaaq (84): 7-8}'" 'Aisyah melanjutkan, "Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam be

Ringkasan Shahih Bukhari: Bab Perlukah Menetapkan Hari Tertentu untuk Mengajarkan 'Ilmu kepada Kaum Wanita?

‪ Mukhtashar Shahih al-Imam al-Bukhari Ringkasan Shahih Bukhari Kitaabul ilmi 3. Kitab Ilmu 36. Bab: Perlukah Menetapkan Hari Tertentu untuk Mengajarkan 'Ilmu kepada Kaum Wanita? (Haditsnya adalah hadits Abu Sa'id al-Khudri (ra-dhiyallaahu 'anhu), yang akan disebutkan pada kitab ke 96 bab 9). === Maraji'/ sumber: Kitab: Mukhtashar Shahih al-Imam al-Bukhari, Penulis: Imam Muhammad Nashiruddin al-Albani rahimahullaah, tanpa keterangan penerbit, tanpa keterangan cetakan, tanpa keterangan tahun, Judul Terjemahan: Ringkasan Shahih Bukhari Jilid 1, Penerjemah: Asep Saefullah FM, M.A., Drs. Kamaluddin Sa'adiyatulharamain, Editor: Abu Rania, Abu Fahmi Huaidi, Fajar Inayati, Penerbit: Pustaka Azzam, Jakarta - Indonesia, Cetakan keenam, Nopember 2013 M. === Disalin pertama kali pada 14 Oktober 2015 pk. 23.59 WIB, dan diperbaiki pada hari ini. === Abu Sahla Ary Ambary Ibnu Ahmad al-Bantani Sent from my BlackBerry® powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Ringkasan Shahih Bukhari (66)

‪ Mukhtashar Shahih al-Imam al-Bukhari Ringkasan Shahih Bukhari Kitaabul ilmi 3. Kitab Ilmu 34. Bab: Antusias untuk Mendapatkan Hadits 66. Dari Abu Hurairah (ra-dhiyallaahu 'anhu), ia berkata, "Aku bertanya kepada Rasulullah (Shallallaahu 'alaihi wa Sallam), 'Siapakah yang paling berbahagia dengan syafa'atmu pada hari Kiamat?' Rasulullah (Shallallaahu 'alaihi wa Sallam) bersabda, 'Aku kira, wahai Abu Hurairah, belum ada orang yang bertanya kepadaku tentang perkara ini sebelummu, mungkin karena aku lihat engkau sangat antusias untuk mendapatkan hadits. Orang yang paling berbahagia mendapatkan syafa'atku di hari Kiamat adalah orang yang mengucapkan 'Laa ilaaha illallaah' dengan benar-benar ikhlash dari hati sanubari dan jiwanya.' (Dalam riwayat lain: dari dalam jiwanya 7/204)." === Maraji'/ sumber: Kitab: Mukhtashar Shahih al-Imam al-Bukhari, Penulis: Imam Muhammad Nashiruddin al-Albani rahimahullaah, tanpa ketera

Ringkasan Shahih Bukhari: Bab Memberikan Nasihat dan Pelajaran kepada Kaum Wanita

‪ Mukhtashar Shahih al-Imam al-Bukhari Ringkasan Shahih Bukhari Kitaabul ilmi 3. Kitab Ilmu 33. Bab: Memberikan Nasihat dan Pelajaran kepada Kaum Wanita (Haditsnya adalah hadits Ibnu 'Abbas (ra-dhiyallaahu 'anhuma), yang akan disebutkan pada kitab ke 12 bab 19). === Maraji'/ sumber: Kitab: Mukhtashar Shahih al-Imam al-Bukhari, Penulis: Imam Muhammad Nashiruddin al-Albani rahimahullaah, tanpa keterangan penerbit, tanpa keterangan cetakan, tanpa keterangan tahun, Judul Terjemahan: Ringkasan Shahih Bukhari Jilid 1, Penerjemah: Asep Saefullah FM, M.A., Drs. Kamaluddin Sa'adiyatulharamain, Editor: Abu Rania, Abu Fahmi Huaidi, Fajar Inayati, Penerbit: Pustaka Azzam, Jakarta - Indonesia, Cetakan keenam, Nopember 2013 M. === Disalin pertama kali pada 14 Oktober 2015 pk. 23.36 WIB, dan diperbaiki pada hari ini. === Abu Sahla Ary Ambary Ibnu Ahmad al-Bantani Sent from my BlackBerry® powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Ringkasan Shahih Bukhari (64)

‪ Mukhtashar Shahih al-Imam al-Bukhari Ringkasan Shahih Bukhari Kitaabul ilmi 3. Kitab Ilmu 31. Bab: Mengulang Hadits Sebanyak Tiga Kali Supaya Dipahami 29.(67) Nabi (Shallallaahu 'alaihi wa Sallam) bersabda, "Hindarilah perkataan keji." Beliau (Shallallaahu 'alaihi wa Sallam) terus mengulang ulangnya. 30.(68) Ibnu 'Umar (ra-dhiyallaahu 'anhuma) berkata, "Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda, 'Bukankah aku sudah menyampaikan?'" Beliau (Shallallaahu 'alaihi wa Sallam) mengucapkannya tiga kali. 64. Dari Anas (ra-dhiyallaahu 'anhu), dari Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, bahwa jika beliau mengucapkan suatu kata, beliau mengulangnya sampai tiga kali supaya dapat dipahami. Apabila beliau (Shallallaahu 'alaihi wa Sallam) datang kepada suatu kaum, maka beliau mengucapkan salam kepada mereka tiga kali. === (67) Ini adalah bagian dari hadits Abu Bakrah (ra-dhiyallaahu 'anhu), yang disambungkan oleh

Ringkasan Shahih Bukhari: Bab Bersimpuh di Hadapan Imam atau Muhaddits

‪ Mukhtashar Shahih al-Imam al-Bukhari Ringkasan Shahih Bukhari Kitaabul ilmi 3. Kitab Ilmu 30. Bab: Bersimpuh di Hadapan Imam atau Muhaddits (Haditsnya adalah bagian dari hadits Anas (ra-dhiyallaahu 'anhu), yang akan disebutkan pada kitab ke 97 bab 4). === Maraji'/ sumber: Kitab: Mukhtashar Shahih al-Imam al-Bukhari, Penulis: Imam Muhammad Nashiruddin al-Albani rahimahullaah, tanpa keterangan penerbit, tanpa keterangan cetakan, tanpa keterangan tahun, Judul Terjemahan: Ringkasan Shahih Bukhari Jilid 1, Penerjemah: Asep Saefullah FM, M.A., Drs. Kamaluddin Sa'adiyatulharamain, Editor: Abu Rania, Abu Fahmi Huaidi, Fajar Inayati, Penerbit: Pustaka Azzam, Jakarta - Indonesia, Cetakan keenam, Nopember 2013 M. === Disalin pertama kali pada 14 Oktober 2015 pk. 23.21 WIB, dan diperbaiki pada hari ini. === Abu Sahla Ary Ambary Ibnu Ahmad al-Bantani Sent from my BlackBerry® powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Ringkasan Shahih Bukhari (63)

‪ Mukhtashar Shahih al-Imam al-Bukhari Ringkasan Shahih Bukhari Kitaabul ilmi 3. Kitab Ilmu 29. Bab: Marah dalam Memberi Nasihat dan Mengajar Jika Melihat Sesuatu yang Dibenci 63. Dari Abu Musa (ra-dhiyallaahu 'anhu), ia berkata, "Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah ditanya tentang sesuatu yang tidak disukainya, ketika [mereka 1/142] memperbanyak [pertanyaan tersebut] kepada beliau, beliau (Shallallaahu 'alaihi wa Sallam) pun marah kemudian beliau bersabda kepada orang-orang, 'Tanyakan kepadaku apa yang ingin kalian tanyakan.' Seorang laki-laki bertanya, '[Wahai Rasulullah,] siapa ayahku?' Beliau (Shallallaahu 'alaihi wa Sallam) bersabda, 'Ayahmu Hudzafah.' Orang yang lainnya berdiri dan berkata, 'Siapakah ayahku, wahai Rasulullah?' Beliau (Shallallaahu 'alaihi wa Sallam) bersabda, 'Ayahmu Salim, budaknya Syaibah.' Ketika 'Umar (ra-dhiyallaahu 'anhu) melihat [kemarahan] pada wajah Nabi (Shallalla

Ringkasan Shahih Bukhari: Bab Bergantian dalam Menuntut 'Ilmu

‪ Mukhtashar Shahih al-Imam al-Bukhari Ringkasan Shahih Bukhari Kitaabul ilmi 3. Kitab Ilmu 28. Bab: Bergantian dalam Menuntut 'Ilmu (Haditsnya adalah bagian hadits 'Umar (ra-dhiyallaahu 'anhu) yang akan disebutkan pada bab ke 46 no. 25). === Maraji'/ sumber: Kitab: Mukhtashar Shahih al-Imam al-Bukhari, Penulis: Imam Muhammad Nashiruddin al-Albani rahimahullaah, tanpa keterangan penerbit, tanpa keterangan cetakan, tanpa keterangan tahun, Judul Terjemahan: Ringkasan Shahih Bukhari Jilid 1, Penerjemah: Asep Saefullah FM, M.A., Drs. Kamaluddin Sa'adiyatulharamain, Editor: Abu Rania, Abu Fahmi Huaidi, Fajar Inayati, Penerbit: Pustaka Azzam, Jakarta - Indonesia, Cetakan keenam, Nopember 2013 M. === Disalin pertama kali pada 14 Oktober 2015 pk. 23.15 WIB, dan diperbaiki pada hari ini. === Abu Sahla Ary Ambary Ibnu Ahmad al-Bantani Sent from my BlackBerry® powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Ringkasan Shahih Bukhari: Bab Bepergian untuk Mencari Jawaban tentang Masalah yang Terjadi dan Mengajarkan kepada Keluarganya

‪ Mukhtashar Shahih al-Imam al-Bukhari Ringkasan Shahih Bukhari Kitaabul ilmi 3. Kitab Ilmu 27. Bab: Bepergian untuk Mencari Jawaban tentang Masalah yang Terjadi dan Mengajarkan kepada Keluarganya (Haditsnya adalah hadits Uqbah bin al-Harits (ra-dhiyallaahu 'anhu) yang akan disebutkan pada kitab ke 67 bab 24). === Maraji'/ sumber: Kitab: Mukhtashar Shahih al-Imam al-Bukhari, Penulis: Imam Muhammad Nashiruddin al-Albani rahimahullaah, tanpa keterangan penerbit, tanpa keterangan cetakan, tanpa keterangan tahun, Judul Terjemahan: Ringkasan Shahih Bukhari Jilid 1, Penerjemah: Asep Saefullah FM, M.A., Drs. Kamaluddin Sa'adiyatulharamain, Editor: Abu Rania, Abu Fahmi Huaidi, Fajar Inayati, Penerbit: Pustaka Azzam, Jakarta - Indonesia, Cetakan keenam, Nopember 2013 M. === Disalin pertama kali pada 14 Oktober 2015 pk. 23.15 WIB, dan diperbaiki pada hari ini. === Abu Sahla Ary Ambary Ibnu Ahmad al-Bantani Sent from my BlackBerry® powered by Sinyal Kuat IN

Ringkasan Shahih Bukhari: Bab Anjuran Nabi kepada Utusan 'Abdul Qais untuk Menjaga Iman dan 'Ilmu, lalu Menyampaikan kepada Kaumnya

‪ Mukhtashar Shahih al-Imam al-Bukhari Ringkasan Shahih Bukhari Kitaabul ilmi 3. Kitab Ilmu 26. Bab: Anjuran Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam kepada Utusan 'Abdul Qais untuk Menjaga Iman dan 'Ilmu, lalu Menyampaikan kepada Kaumnya 28.(66) Malik bin al-Huwairits berkata: Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda kepada kami, "Kembalilah kepada kaum kalian dan ajarilah mereka." (Haditsnya adalah hadits Ibnu 'Abbas (ra-dhiyallaahu 'anhuma) yang telah disebutkan, yaitu hadits nomor 40). === (66) Disebutkan secara maushul oleh pengarang pada beberapa tempat, yang akan disebutkan pada kitab ke 95 bab 1. === Maraji'/ sumber: Kitab: Mukhtashar Shahih al-Imam al-Bukhari, Penulis: Imam Muhammad Nashiruddin al-Albani rahimahullaah, tanpa keterangan penerbit, tanpa keterangan cetakan, tanpa keterangan tahun, Judul Terjemahan: Ringkasan Shahih Bukhari Jilid 1, Penerjemah: Asep Saefullah FM, M.A., Drs. Kamaluddin Sa'adiyatulharam

Ringkasan Shahih Bukhari (60)

‪ Mukhtashar Shahih al-Imam al-Bukhari Ringkasan Shahih Bukhari Kitaabul ilmi 3. Kitab Ilmu 23. Bab: Keutamaan 'Ilmu 60. Dari Ibnu 'Umar (ra-dhiyallaahu 'anhuma), ia berkata, "Aku mendengar Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda, 'Ketika aku sedang tidur, aku bermimpi diberi secangkir susu, lalu aku minum [darinya 8/79], sehingga kulihat air [mengaliri] dari ujung kukuku, (dalam riwayat lain: jari-jariku 7/74), kemudian sisanya kuberikan kepada 'Umar bin al-Khaththab.' Para Shahabat (ra-dhiyallaahu 'anhum) bertanya, 'Bagaimana engkau menakwilkan mimpi itu, wahai Rasulullah?' Beliau (Shallallaahu 'alaihi wa Sallam) bersabda, 'Ilmu.'" === Maraji'/ sumber: Kitab: Mukhtashar Shahih al-Imam al-Bukhari, Penulis: Imam Muhammad Nashiruddin al-Albani rahimahullaah, tanpa keterangan penerbit, tanpa keterangan cetakan, tanpa keterangan tahun, Judul Terjemahan: Ringkasan Shahih Bukhari Jilid 1, Penerjema

Ringkasan Shahih Bukhari: Bab Hilangnya 'Ilmu dan Munculnya Kebodohan

‪ Mukhtashar Shahih al-Imam al-Bukhari Ringkasan Shahih Bukhari Kitaabul ilmi 3. Kitab Ilmu 22. Bab: Hilangnya 'Ilmu dan Munculnya Kebodohan 24.(64) Rabi'ah berkata, "Tidak sepantasnya seorang yang memiliki 'ilmu untuk menyia-nyiakan dirinya." (Dalam bab ini akan disebutkan hadits Anas (ra-dhiyallaahu 'anhu) yang akan disebutkan pada kitab ke 67 bab 111). === (64) Disebutkan secara maushul oleh al-Khatib dalam kitab al-Jami' dan oleh al-Baihaqi dalam kitab al-Madkhal. === Maraji'/ sumber: Kitab: Mukhtashar Shahih al-Imam al-Bukhari, Penulis: Imam Muhammad Nashiruddin al-Albani rahimahullaah, tanpa keterangan penerbit, tanpa keterangan cetakan, tanpa keterangan tahun, Judul Terjemahan: Ringkasan Shahih Bukhari Jilid 1, Penerjemah: Asep Saefullah FM, M.A., Drs. Kamaluddin Sa'adiyatulharamain, Editor: Abu Rania, Abu Fahmi Huaidi, Fajar Inayati, Penerbit: Pustaka Azzam, Jakarta - Indonesia, Cetakan keenam, Nopember 2013 M. ===

Ringkasan Shahih Bukhari: Bab Pergi Menuntut Ilmu

‪ Mukhtashar Shahih al-Imam al-Bukhari Ringkasan Shahih Bukhari Kitaabul ilmi 3. Kitab Ilmu 20. Bab: Pergi Menuntut Ilmu 23.(62) Jabir bin 'Abdillah (ra-dhiyallaahu 'anhu) menghabiskan waktu satu bulan pergi menemui 'Abdullah bin Unais demi mendapatkan satu hadits. (Haditsnya adalah hadits Ibnu 'Abbas (ra-dhiyallaahu 'anhuma), yang telah disebutkan sebelum dua bab tadi). === (62) Ini adalah bagian dari hadits yang diriwayatkan oleh pengarang dalam kitab al-Adab al-Mufrad, juga oleh Ahmad dan Abu Ya'la dengan sanad hasan. Pengarang juga telah menyatakan mu'allaqnya bagian lain (pada riwayat ini) darinya dalam kitab ke 97 bab 32. === Maraji'/ sumber: Kitab: Mukhtashar Shahih al-Imam al-Bukhari, Penulis: Imam Muhammad Nashiruddin al-Albani rahimahullaah, tanpa keterangan penerbit, tanpa keterangan cetakan, tanpa keterangan tahun, Judul Terjemahan: Ringkasan Shahih Bukhari Jilid 1, Penerjemah: Asep Saefullah FM, M.A., Drs. Kamaluddin S

Ringkasan Shahih Bukhari (55)

‪ Mukhtashar Shahih al-Imam al-Bukhari Ringkasan Shahih Bukhari Kitaabul ilmi 3. Kitab Ilmu 16. Bab: Tekun (Terus) Mencari 'Ilmu dan Hikmah 22.(58) 'Umar ra-dhiyallaahu 'anhu berkata, "Pahamilah 'ilmu agama sebelum kamu diangkat menjadi pemimpin." Para Shahabat Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam tetap menuntut 'ilmu walau sudah lanjut usia. 55. Dari 'Abdullah bin Mas'ud (ra-dhiyallaahu 'anhu), bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda, "Tidak ada iri hati kecuali kepada dua orang, yaitu orang yang diberi Allah harta kemudian dipergunakannya dalam kebenaran, dan orang yang diberi Allah hikmah ('ilmu) kemudian mengamalkan dan mengajarkannya." === (58) Disebutkan secara maushul oleh Abu Khaitsamah dalam al-'Ilm 9 dengan sanad shahih dan juga Ibnu Abi Syaibah. === Maraji'/ sumber: Kitab: Mukhtashar Shahih al-Imam al-Bukhari, Penulis: Imam Muhammad Nashiruddin al-Albani rahimahullaah, ta

Ringkasan Shahih Bukhari: Bab Memahami 'Ilmu

Mukhtashar Shahih al-Imam al-Bukhari Ringkasan Shahih Bukhari Kitaabul ilmi 3. Kitab Ilmu 15. Bab: Memahami 'Ilmu (Haditsnya adalah hadits Ibnu 'Umar (ra-dhiyallaahu 'anhuma) yang ditunjukkan pada bab 4) === Maraji'/ sumber: Kitab: Mukhtashar Shahih al-Imam al-Bukhari, Penulis: Imam Muhammad Nashiruddin al-Albani rahimahullaah, tanpa keterangan penerbit, tanpa keterangan cetakan, tanpa keterangan tahun, Judul Terjemahan: Ringkasan Shahih Bukhari Jilid 1, Penerjemah: Asep Saefullah FM, M.A., Drs. Kamaluddin Sa'adiyatulharamain, Editor: Abu Rania, Abu Fahmi Huaidi, Fajar Inayati, Penerbit: Pustaka Azzam, Jakarta - Indonesia, Cetakan keenam, Nopember 2013 M. === Disalin pertama kali pada 7 Oktober 2015 pk. 20.34 WIB, dan diperbaiki pada hari ini. === Abu Sahla Ary Ambary Ibnu Ahmad al-Bantani Sent from my BlackBerry® powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Ringkasan Shahih Bukhari (52)

Mukhtashar Shahih al-Imam al-Bukhari Ringkasan Shahih Bukhari Kitaabul ilmi 3. Kitab Ilmu 12. Bab: Nabi (Shallallaahu 'alaihi wa Sallam) Memilih Waktu yang Tepat dalam Memberi Nasihat dan Mengajarkan 'Ilmu agar Mereka Tidak Meninggalkan Majelis {karena jenuh atau bosan} 52. Dari Anas bin Malik (ra-dhiyallaahu 'anhu), dari Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, beliau bersabda, "Mudahkanlah dan janganlah kalian mempersulit, berilah berita gembira (dalam riwayat lain: berilah berita yang menenteramkan) dan janganlah kalian memberi berita yang membuat mereka pergi." === Maraji'/ sumber: Kitab: Mukhtashar Shahih al-Imam al-Bukhari, Penulis: Imam Muhammad Nashiruddin al-Albani rahimahullaah, tanpa keterangan penerbit, tanpa keterangan cetakan, tanpa keterangan tahun, Judul Terjemahan: Ringkasan Shahih Bukhari Jilid 1, Penerjemah: Asep Saefullah FM, M.A., Drs. Kamaluddin Sa'adiyatulharamain, Editor: Abu Rania, Abu Fahmi Huaidi, Fajar Inayati, P

Ringkasan Shahih Bukhari: Bab Mengetahui Sebelum Berkata dan Berbuat, Berdasarkan Firman Allah, "Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah." {QS. 47: 19}

Mukhtashar Shahih al-Imam al-Bukhari Ringkasan Shahih Bukhari Kitaabul ilmi 3. Kitab Ilmu ‪ ‪ 11. Bab: Mengetahui Sebelum Berkata dan Berbuat, Berdasarkan Firman Allah, "Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah." {QS. Muhammad (47): 19} 22.(51) Sesungguhnya para 'ulama adalah pewaris para Nabi. Mereka telah mewariskan 'ilmu, dan barangsiapa mengambilnya maka ia telah memperoleh bagian {keuntungan} yang banyak {berharga}. 23.(52) Barangsiapa yang menempuh jalan untuk menuntut 'ilmu {agama}, maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke Surga. Allah berfirman, "Sesungguhnya orang yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah 'ulama." {QS. Faathir (35): 28} "Dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu." {QS. Al-Ankabuut (29): 43} "Dan mereka berkata, 'Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni N

Ringkasan Shahih Bukhari: Bab Sabda Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, "Berapa banyak orang yang diberitahu lebih memahami daripada orang yang {hanya} mendengar?"

Mukhtashar Shahih al-Imam al-Bukhari Ringkasan Shahih Bukhari Kitaabul ilmi 3. Kitab Ilmu ‪ 10. Bab: 21(50). Sabda Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, "Berapa banyak orang yang diberitahu lebih memahami daripada orang yang {hanya} mendengar?" (Haditsnya adalah hadits Abu Bakrah (ra-dhiyallaahu 'anhu) yang akan disebutkan pada kitab ke 64 bab 79) === (50) Ini adalah bagian dari hadits Abu Bakrah ra-dhiyallaahu 'anhu, disambungkan oleh pengarang pada kitab ke 64 bab 79. === Maraji'/ sumber: Kitab: Mukhtashar Shahih al-Imam al-Bukhari, Penulis: Imam Muhammad Nashiruddin al-Albani rahimahullaah, tanpa keterangan penerbit, tanpa keterangan cetakan, tanpa keterangan tahun, Judul Terjemahan: Ringkasan Shahih Bukhari Jilid 1, Penerjemah: Asep Saefullah FM, M.A., Drs. Kamaluddin Sa'adiyatulharamain, Editor: Abu Rania, Abu Fahmi Huaidi, Fajar Inayati, Penerbit: Pustaka Azzam, Jakarta - Indonesia, Cetakan keenam, Nopember 2013 M. === Disali

Ringkasan Shahih Bukhari (51)

Mukhtashar Shahih al-Imam al-Bukhari Ringkasan Shahih Bukhari Kitaabul ilmi 3. Kitab Ilmu 9. Bab: Duduk Paling Belakang dalam Suatu Majelis, dan Bagi yang Melihat Tempat Kosong di Depannya Hendaknya Menempatinya. 51. Dari Abu Waqid al-Laitsi, bahwa ketika Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam sedang duduk dalam masjid bersama orang-orang, datanglah tiga orang; dua orang di antaranya menghampiri Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, sementara satu orang lagi terus saja pergi. {Abu Waqid} berkata, "Dua orang datang kepada Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, dan salah seorang dari keduanya melihat tempat lowong di tengah-tengah jama'ah, lalu ia pun duduk di situ. Sedangkan yang seorang lagi duduk di belakang mereka. Adapun orang yang ketiga terus saja pergi. Begitu selesai memberikan pengajaran, Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda, 'Baiklah, akan aku jelaskan tentang ketiga orang itu; yang seorang mencari tempat di sisi

Adabul Mufrad (100)

Adabul Mufrad Kitab Kasih Sayang 54. Bab Rahmat itu ada seratus bagian. 100. Abu Hurairah (ra-dhiyallaahu 'anhu) berkata, "Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda: 'Allah Ta'ala menciptakan rahmat dalam seratus bagian lalu dipegangnya yang 99, sedang yang satu diturunkan ke bumi. Maka dari satu bagian itulah makhluk saling mencintai sampai seekor kuda mengangkat kakinya dari anaknya karena takut menginjaknya." === Maraji'/ Sumber: Kitab: Adabul Mufrad, Penulis: Imam al-Bukhari rahimahullaah, tanpa keterangan penerbit, tanpa keterangan cetakan, tanpa keterangan tahun, Penerjemah: Muhammad Khalid Abri, Penerbit: Syiar Semesta, Surabaya - Indonesia, Cetakan I, Mei 2004 M. === Abu Sahla Ary Ambary Ibnu Ahmad al-Bantani Sent from my BlackBerry® powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Adabul Mufrad (99)

Adabul Mufrad Kitab Kasih Sayang 53. Bab Siapa yang tidak menyayangi tidak disayangi. 99. Dari Abu 'Utsman bahwa 'Umar ra-dhiyallaahu 'anhu pernah memperkerjakan seseorang lalu orang itu berkata, "Aku punya sekian anak tidak pernah satupun kucium mereka." 'Umar ra-dhiyallaahu 'anhu berkata, "Sesungguhnya Allah Sub-haanahu wa Ta'aala tidak menyayangi hamba-Nya kecuali yang terbaik (18) di antara mereka." === (18) Tentunya orang yang terbaik adalah orang yang terbaik perilakunya dan salah satu sifat orang yang terbaik adalah yang memiliki rasa kasih sayang, seperti yang telah dicontohkan oleh Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam dalam menyayangi anak-anak. === Maraji'/ Sumber: Kitab: Adabul Mufrad, Penulis: Imam al-Bukhari rahimahullaah, tanpa keterangan penerbit, tanpa keterangan cetakan, tanpa keterangan tahun, Penerjemah: Muhammad Khalid Abri, Penerbit: Syiar Semesta, Surabaya - Indonesia, Cetakan I, Mei 2004

Adabul Mufrad (98)

Adabul Mufrad Kitab Kasih Sayang 53. Bab Siapa yang tidak menyayangi tidak disayangi. 98. 'Aisyah (ra-dhiyallaahu 'anhuma) berkata, "Datang seorang badui menemui Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam dan berkata, 'Apakah kalian mencium anak-anak kalian? Demi Allah kami tidak pernah menciumnya.' Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam lalu bersabda: 'Apakah aku bisa menahan jika Allah Ta'ala mencabut rahmat dari hatimu?'" === Maraji'/ Sumber: Kitab: Adabul Mufrad, Penulis: Imam al-Bukhari rahimahullaah, tanpa keterangan penerbit, tanpa keterangan cetakan, tanpa keterangan tahun, Penerjemah: Muhammad Khalid Abri, Penerbit: Syiar Semesta, Surabaya - Indonesia, Cetakan I, Mei 2004 M. === Abu Sahla Ary Ambary Ibnu Ahmad al-Bantani Sent from my BlackBerry® powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Adabul Mufrad (97)

Adabul Mufrad Kitab Kasih Sayang 53. Bab Siapa yang tidak menyayangi tidak disayangi. 97. Jarir bin 'Abdillah (ra-dhiyallaahu 'anhu) berkata, "Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda: 'Siapa yang tidak merahmati manusia dia tidak akan dirahmati oleh Allah.'" === Maraji'/ Sumber: Kitab: Adabul Mufrad, Penulis: Imam al-Bukhari rahimahullaah, tanpa keterangan penerbit, tanpa keterangan cetakan, tanpa keterangan tahun, Penerjemah: Muhammad Khalid Abri, Penerbit: Syiar Semesta, Surabaya - Indonesia, Cetakan I, Mei 2004 M. === Abu Sahla Ary Ambary Ibnu Ahmad al-Bantani Sent from my BlackBerry® powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Adabul Mufrad (96)

Adabul Mufrad Kitab Kasih Sayang 53. Bab Siapa yang tidak menyayangi tidak disayangi. 96. Jarir bin 'Abdillah (ra-dhiyallaahu 'anhu) berkata, "Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda: 'Allah tidak merahmati siapa yang tidak menyayangi manusia.'" === Maraji'/ Sumber: Kitab: Adabul Mufrad, Penulis: Imam al-Bukhari rahimahullaah, tanpa keterangan penerbit, tanpa keterangan cetakan, tanpa keterangan tahun, Penerjemah: Muhammad Khalid Abri, Penerbit: Syiar Semesta, Surabaya - Indonesia, Cetakan I, Mei 2004 M. === Abu Sahla Ary Ambary Ibnu Ahmad al-Bantani Sent from my BlackBerry® powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Adabul Mufrad (95)

Adabul Mufrad Kitab Kasih Sayang 53. Bab Siapa yang tidak menyayangi tidak disayangi. 95. Abu Sa'id (ra-dhiyallaahu 'anhu) berkata bahwa Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Siapa yang tidak menyayangi tidak disayangi." === Maraji'/ Sumber: Kitab: Adabul Mufrad, Penulis: Imam al-Bukhari rahimahullaah, tanpa keterangan penerbit, tanpa keterangan cetakan, tanpa keterangan tahun, Penerjemah: Muhammad Khalid Abri, Penerbit: Syiar Semesta, Surabaya - Indonesia, Cetakan I, Mei 2004 M. === Abu Sahla Ary Ambary Ibnu Ahmad al-Bantani Sent from my BlackBerry® powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Adabul Mufrad (94)

Adabul Mufrad Kitab Kasih Sayang 52. Bab Kebaikan ayah pada anaknya. 94. 'Abdullah bin 'Umar (ra-dhiyallaahu 'anhuma) berkata, "Mereka itu disebut oleh Allah Ta'ala dengan Abrar karena mereka baik kepada ayah dan anak, seperti bagi ayahmu kebaikan darinya untukmu adalah hak bagimu dan, begitu juga bagi anakmu maka kebaikan/ bakti darinya untukmu adalah hak bagimu." Isnadnya dha'if === Maraji'/ Sumber: Kitab: Adabul Mufrad, Penulis: Imam al-Bukhari rahimahullaah, tanpa keterangan penerbit, tanpa keterangan cetakan, tanpa keterangan tahun, Penerjemah: Muhammad Khalid Abri, Penerbit: Syiar Semesta, Surabaya - Indonesia, Cetakan I, Mei 2004 M. === Abu Sahla Ary Ambary Ibnu Ahmad al-Bantani Sent from my BlackBerry® powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Adabul Mufrad (93)

Adabul Mufrad Kitab Kasih Sayang 51. Bab Adab seorang ayah dalam berbuat baik pada anaknya. 93. An-Nu'man bin Basyir (ra-dhiyallaahu 'anhu) berkata bahwa Ayahnya pernah menemui Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam. Lalu ayahnya bertanya, "Wahai Rasulullah, aku memintamu menjadi saksi bahwa aku telah memberi Nu'man ini dan itu." Beliau (shallallaahu 'alaihi wa sallam) lalu bertanya: "Apakah semua anakmu engkau beri seperti itu?" Ayahnya menjawab, "Tidak." Beliau (shallallaahu 'alaihi wa sallam) bersabda: "Kalau begitu carilah orang lain sebagai saksi." Beliau (shallallaahu 'alaihi wa sallam) lalu melanjutkan sabdanya: "Bukankah engkau senang jika mereka itu sama dalam berbakti?" Ayahku menjawab, "Ya." Beliau (shallallaahu 'alaihi wa sallam) lalu bersabda: "Kalau begitu jangan." Imam al-Bukhari berkata, "Bukannya persaksian dari Nabi shallallaahu 'al

Adabul Mufrad (92)

Adabul Mufrad Kitab Kasih Sayang 51. Bab Adab seorang ayah dalam berbuat baik pada anaknya. 92. Dari (al-Walid) bin Numair bin Aus berkata, "Mereka berkata: Shalah (perbaikan) itu dari Allah dan adab dari para ayah." Isnadnya dha'if === Maraji'/ Sumber: Kitab: Adabul Mufrad, Penulis: Imam al-Bukhari rahimahullaah, tanpa keterangan penerbit, tanpa keterangan cetakan, tanpa keterangan tahun, Penerjemah: Muhammad Khalid Abri, Penerbit: Syiar Semesta, Surabaya - Indonesia, Cetakan I, Mei 2004 M. === Abu Sahla Ary Ambary Ibnu Ahmad al-Bantani Sent from my BlackBerry® powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Adabul Mufrad (91)

Adabul Mufrad Kitab Kasih Sayang 50. Bab mencium anak-anak kecil 91. Abu Hurairah (ra-dhiyallaahu 'anhu) berkata, "Pernah Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam mencium Hasan putera 'Ali dimana saat itu ada Aqra bin Habis at-Tamimy duduk. Dia lalu berkata, 'Aku punya sepuluh orang anak tidak pernah satupun dari mereka aku cium.' Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam melihat kepadanya dan bersabda: 'Siapa yang tidak merahmati tidak dirahmati (oleh Allah Ta'ala).'" === Maraji'/ Sumber: Kitab: Adabul Mufrad, Penulis: Imam al-Bukhari rahimahullaah, tanpa keterangan penerbit, tanpa keterangan cetakan, tanpa keterangan tahun, Penerjemah: Muhammad Khalid Abri, Penerbit: Syiar Semesta, Surabaya - Indonesia, Cetakan I, Mei 2004 M. === Abu Sahla Ary Ambary Ibnu Ahmad al-Bantani Sent from my BlackBerry® powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Ringkasan Shahih Bukhari (50)

Mukhtashar Shahih al-Imam al-Bukhari Ringkasan Shahih Bukhari Kitaabul ilmi 3. Kitab Ilmu 8. Bab: Metode Munawalah dan Pengiriman Surat oleh Para Ulama ke Berbagai Daerah 16.(46) Anas (ra-dhiyallaahu 'anhu) berkata, "Utsman menulis beberapa mushhaf dan mengirimkannya ke berbagai daerah." 17-19.(47) 'Abdullah bin 'Umar (ra-dhiyallaahu 'anhuma), Yahya bin Sa'id, dan Malik membolehkan hal itu. 20.(48) Sebagian 'ulama Hijaz berhujjah dalam masalah munawalah dengan hadits Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam ketika menulis surat kepada pemimpin pasukan seraya berkata {kepada utusan pembawa surat}, "Janganlah kamu membacanya kecuali jika telah sampai pada tempat ini dan ini." Ketika utusan itu telah sampai di tempat tujuan, ia membacakannya kepada orang-orang dan menyampaikan kepada mereka apa yang diperintahkan Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam. 50. Dari 'Abdullah bin 'Abbas (ra-dhiyallaahu 'anhuma), bahwa Rasulullah shallalla

Ringkasan Shohih Bukhori (49)

Mukhtashor Shohih al-Imam al-Bukhori Ringkasan Shohih Bukhori Kitaabul ilmi 3. Kitab Ilmu 7. Bab: Qiro'ah (membaca) dan Ardh (menalarkan) kepada Ahli Hadits ‪ 49. Dari Anas bin Malik (rodhiyaLLOOHU 'anhu), ia berkata, "Ketika kami sedang duduk bersama Nabi shollaLLOOHU 'alayhi wa sallam di dalam Masjid, masuklah seorang laki-laki dengan mengendarai unta lalu menghentikan untanya di Masjid dan mengikatnya. Kemudian ia berkata kepada mereka yang ada, 'Siapakah di antara kalian yang bernama Muhammad?' Saat itu Nabi ShollaLLOOHU 'alayhi wa sallam sedang bersandar di antara mereka, maka kami berkata, 'Laki-laki putih yang sedang bersandar.' Lalu orang itu berkata kepada Nabi shollaLLOOHU 'alayhi wa sallam, 'Anak 'Abdul Mutholib?' Nabi shollaLLOOHU 'alayhi wa sallam bersabda kepadanya, 'Aku telah mendengarmu.' Laki-laki itu berkata kepada Nabi shollaLLOOHU 'alayhi wa sallam, 'Aku akan bertanya kepadamu, yang mungkin pe