Skip to main content

Posts

Showing posts from June, 2015

Shahih Tafsir Ibnu Katsir: Surat al-Faatihah (5/3)

Shahih Tafsir Ibnu Katsir Surat al-Faatihah (5/3) Tauhid Uluhiyyah Adh-Dhahhak meriwayatkan dari Ibnu 'Abbas radhiyallaahu 'anhuma, ia berkata: Iyyaaka na'budu (Hanya kepada-Mu kami beribadah), yakni hanya Engkau semata yang kami esakan, kami takuti, dan kami harapkan wahai Rabb kami, bukan selain-Mu." Tauhid Rububiyyah Wa iyaaka nasta'iin (Hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan), untuk mentaati-Mu dan dalam segala urusan kami. (64) Qatadah berkata: "Iyaaka na'budu wa iyyaaka nasta'iin, Dia memerintahkan kepada kalian agar mengikhlaskan ibadah dan meminta pertolongan kepada-Nya dalam segala urusan kalian." (65) "Iyyaaka na'budu (Hanya kepada-Mu kami beribadah)" didahulukan dari "wa iyyaaka nasta'iin (hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan)", karena ibadah kepada-Nya merupakan tujuan. Dan meminta pertolongan merupakan wasilah (sarana) untuk mendapatkannya. Dan perkara yang didahulukan adalah perkara yang lebih pentin

Shahih Tafsir Ibnu Katsir: Surat al-Faatihah (5/2)

Shahih Tafsir Ibnu Katsir Surat al-Faatihah (5/2) Al-Faatihah adalah petunjuk agar kita memuji Allah, maka kita wajib membacanya ketika shalat Ini merupakan dalil bahwasanya awal-awal surat al-Faatihah merupakan pemberitahuan dari Allah 'Azza wa Jalla yang memberikan pujian kepada diri-Nya sendiri dengan berbagai sifat-Nya yang agung, serta petunjuk kepada hamba-hamba-Nya agar memuji-Nya dengan pujian tersebut. Oleh karena itu tidak sah shalat seseorang yang tidak membaca al-Faatihah di dalamnya, sedangkan ia mampu melakukannya, sebagaimana hadits yang terdapat dalam kitab Shahiih al-Bukhari dan Shahiih Muslim dari 'Ubaidah bin ash-Shamit radhiyallaahu 'anhu, ia berkata: "Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: 'Tidak sah shalat bagi orang yang tidak membaca Faatihatul Kitaab.'" (62) Dan dalam Shahiih Muslim diriwayatkan sebuah hadits dari Abu Hurairah radhiyallaahu 'anhu, dari Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, beliau bersa

Shahih Tafsir Ibnu Katsir: Surat al-Faatihah (5)

Shahih Tafsir Ibnu Katsir Surat al-Faatihah (5) Tafsir ad-Diin Kata ad-diin berarti pembalasan dan perhitungan. Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman: "Di hari itu, Allah akan memberi mereka balasan yang setimpal menurut semestinya." (QS. An-Nuur: 25) Dia juga berfirman: "Apakah sesungguhnya kita benar-benar (akan dibangkitkan) untuk diberi pembalasan?" (QS. Ash-Shaaffaat: 53) Yakni pembalasan dan perhitungan. Dalam sebuah hadits, Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Al-Kayyis (orang cerdas dan kuat) adalah orang yang senantiasa bermuhasabah (mengintrospeksi dirinya) dan beramal untuk (kehidupan) setelah kematian." (60) Artinya, ia akan senantiasa menghisab dirinya, sebagaimana yang dikatakan oleh 'Umar radhiyallaahu 'anhu: "Hisablah diri kalian sendiri sebelum kalian dihisab, dan timbanglah diri ('amal) kalian sebelum diri ('amal) kalian ditimbang. Dan bersiaplah untuk menghadapi hari yang besar, yakni hari dip

Shahih Tafsir Ibnu Katsir: Surat al-Faatihah (3-4/2)

Shahih Tafsir Ibnu Katsir Surat al-Faatihah (3-4/2) Makna Yaumud Diin Ibnu 'Abbas radhiyallaahu 'anhuma berkata: "Hari Pembalasan adalah hari Perhitungan bagi semua makhluk, disebut juga hari Kiamat. Mereka diberi balasan sesuai dengan 'amalnya. Jika 'amalnya baik, maka balasannya juga baik. Dan jika 'amalnya buruk, maka balasannya pun buruk kecuali bagi orang yang diampuni." (56) Hal serupa juga dikatakan oleh Shahabat lainnya radhiyallaahu 'anhum, Tabi'in dan juga para 'ulama Salaf. Dan inilah pendapat yang jelas. Raja dan Raja Diraja adalah Allah Raja yang hakiki adalah Allah 'Azza wa Jalla, Dia berfirman: "Dialah Allah Yang tidak ada ilah (yang berhak diibadahi dengan benar) selain Dia, Raja, Yang Mahasuci, Yang Mahasejahtera." (QS. Al-Hasyr: 23) Dalam kitab ash-Shahiihain (Shahiih al-Bukhari dan Shahiih Muslim), diriwayatkan sebuah hadits marfu' dari Abu Hurairah radhiyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu '

Shahih Tafsir Ibnu Katsir: Surat al-Faatihah (3-4)

Shahih Tafsir Ibnu Katsir Surat al-Faatihah (3-4) Al-Faatihah, Ayat 3 Firman Allah Subhaanahu wa Ta'aala: "Ar-Rahmaanir Rahiim." Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. (QS. 1: 3) Telah dijelaskan pada pembahasan basmalah, sehingga tidak perlu diulang kembali. Al-Qurthubi berkata: "Allah menyifati diri-Nya dengan ar-Rahmaan dan ar-Rahiim setelah Rabbul 'aalamiin, untuk menyertai anjuran (targhiib) setelah peringatan (tarhiib). Sebagaimana firman Allah Subhaanahu wa Ta'aala: "Kabarkan kepada hamba-hamba-Ku, bahwa sesungguhnya Akulah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan bahwa sesungguhnya adzab-Ku adalah adzab yang sangat pedih." (QS. Al-Hijr: 49-50) Dan juga firman-Nya: "Sesungguhnya Rabbmu amat cepat siksaan-Nya, dan sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Al-An'aam: 165) (54) Selanjutnya al-Qurthubi mengatakan: "Ar-Rabb merupakan peringatan, sedangkan ar-Rahmaan dan ar-Rahiim merupakan anjuran." Da

Meningkatkan Ibadah di Sepuluh Hari Terakhir dan Mencari Lailatul Qadr (2) | Kajian Ramadhan

Majaalisu Syahru Ramadhaan. Syaikh Muhammad bin Shalih al-'Utsaimin rahimahullaah. Kajian Keduapuluh Dua. Kajian Ramadhan. Meningkatkan Ibadah di Sepuluh Hari Terakhir dan Mencari Lailatul Qadr (2). Allah menyatakan bahwa ia adalah malam yang penuh berkah disebabkan karena banyaknya kebaikan, keberkahan dan keutamaannya. Di antara berkahnya adalah diturunkannya al-Qur-an yang penuh berkah di malam itu. Allah juga menyifatinya sebagai waktu dimana segala urusan yang penuh hikmah itu dijelaskan. Maksudnya, ketika itu urusan yang penuh hikmah itu disampaikan secara terperinci dari Lauh Mahfuzh, kepada para Malaikat pencatat mengenai segala hal yang akan terjadi atas perintah dari Allah pada tahun itu, baik yang berupa rezeki, ajal, kebaikan, keburukan dan sebagainya dari setiap urusan yang penuh dengan hikmah di antara urusan-urusan Allah yang sama sekali tidak mengandung cacat, kekurangan, kebodohan dan kebatilan. Semuanya itu menjadi takdir dari Dzat Yang Maha Perkasa lagi Maha

Shahih Tafsir Ibnu Katsir: Surat al-Faatihah (2/3)

Shahih Tafsir Ibnu Katsir Surat al-Faatihah (2/3) Alif Laam pada Kata al-Hamdu untuk Istighraq Alif Laam pada kata al-hamdu dimaksudkan untuk istighraq, yakni untuk mencakup segala jenis dan bentuk pujian hanya bagi Allah semata. Sebagaimana disebutkan dalam hadits: "Ya Allah, bagi-Mu segala pujian seluruhnya, dan bagi-Mu seluruh kerajaan. Di tangan-Mu seluruh kebaikan dan kepada-Mu kembali segala urusan." (52) Makna ar-Rabb Ar-Rabb adalah pemilik, penguasa dan pengatur. Menurut bahasa, kata Rabb ditujukan kepada tuan dan kepada siapa yang berbuat untuk perbaikan. Semua itu benar bagi Allah Ta'ala. Kata ar-Rabb tidak digunakan untuk selain Allah, kecuali jika disambung dengan kata lain setelahnya, misalnya rabbud daar (pemilik rumah). Sedangkan nama ar-Rabb (secara mutlak) hanya boleh digunakan oleh Allah 'Azza wa Jalla. Dan ada yang mengatakan bahwa itu adalah al-ismul a'zham (nama yang agung). Makna al-'Aalamiin Al-'Aalamiin adalah jamak dari 'alam y

Shahih Tafsir Ibnu Katsir: Surat al-Faatihah (2/2)

Shahih Tafsir Ibnu Katsir Surat al-Faatihah (2/2) Ucapan-ucapan Salaf tentang al-Hamdu Dan diriwayatkan oleh selain Abu Ma'mar, dari Hafsh, ia berkata: "'Umar radhiyallaahu 'anhu berkata kepada 'Ali radhiyallaahu 'anhu -dan para Shahabat radhiyallaahu 'anhum berada di sisinya-: 'Kami telah mengetahui tentang Laa ilaaha illallaah, Sub-haanallaah, dan Allaahu Akbar. Lalu apa al-Hamdulillaah itu?' Maka 'Ali menjawab: 'Ia adalah kalimat yang disukai oleh Allah Ta'ala bagi diri-Nya dan Dia meridhainya bagi diri-Nya serta menyukai kalimat itu diucapkan'." (46) Dan Ibnu 'Abbas radhiyallaahu 'anhu berkata: "Al-Hamdulillaah adalah kalimat syukur. Apabila seorang hamba mengucapkan al-hamdulillaah, maka Allah berfirman: 'Hamba-Ku telah memuji-Ku." Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim. (47) Keutamaan al-Hamdu Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullaah meriwayatkan dari al-Aswad bin Sari' radhiyallaahu 'anhu, ia berkata: &

Meningkatkan Ibadah di Sepuluh Hari Terakhir dan Mencari Lailatul Qadr | Kajian Ramadhan

Majaalisu Syahru Ramadhaan. Syaikh Muhammad bin Shalih al-'Utsaimin rahimahullaah. Kajian Keduapuluh Dua. Kajian Ramadhan. Meningkatkan Ibadah di Sepuluh Hari Terakhir dan Mencari Lailatul Qadr. Segala puji bagi Allah. Dzat yang mengetahui segala yang terbuka maupun rahasia, yang mengalahkan orang-orang sombong dengan kemuliaan dan keperkasaan-Nya. Ia kuasa menghitung tetesan air yang mengalir di sungai. Yang mendatangkan kegelapan malam kemudian menghapusnya dengan cahaya fajar. Ia memberikan pahala yang penuh kepada para hamba-Nya yang beribadah kepada-Nya dan menyempurnakannya. Ia mengetahui mata yang berkhianat dan apa yang tersembunyi di dalam dada. Allah memberikan rezeki secara menyeluruh kepada para makhluk-Nya tanpa terkecuali, sehingga tidak pernah membiarkan seekor semut pun yang ada di pasir atau anak burung di dalam sarangnya. Semuanya butuh kepada-Nya. Allah mengutamakan sebagian dari makhluk-Nya atas sebagian yang lain, sampai pun mengenai waktu. Allah menjadikan

Shahih Tafsir Ibnu Katsir: Surat al-Faatihah (2)

Shahih Tafsir Ibnu Katsir Surat al-Faatihah (2) Al-Faatihah, Ayat 2 Al-Hamdulillaahi Rabbil 'aalamiin Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam. (QS. 1: 2) Makna Kata al-Hamdu, -pent. Abu Ja'far bin Jarir berkata: "Makna al-Hamdulillaah adalah bersyukur kepada Allah Subhaanahu wa Ta'aala semata dan bukan kepada sesembahan selain-Nya, bukan juga kepada makhluk yang telah Dia ciptakan, atas segala nikmat yang telah Dia anugerahkan kepada para hamba-Nya yang tidak terhingga jumlahnya. Kenikmatan tersebut berupa kemudahan berbagai sarana untuk menaati-Nya dan anugerah berupa kekuatan fisik untuk dapat melaksanakan kewajiban-kewajiban dari-Nya. Selain itu Dia telah memberikan rizki kepada mereka di dunia serta melimpahkan berbagai macam kenikmatan dalam hidup mereka, yang (pada dasarnya) mereka sama sekali tidak memiliki hak atas hal itu. Pelimpahan nikmat ini disertai dengan peringatan dan seruan kepada mereka agar menggunakan nikmat-nikmat itu sebagai sebab-sebab (sarana-

Shahih Tafsir Ibnu Katsir: Surat al-Faatihah (1/7)

Shahih Tafsir Ibnu Katsir Surat al-Faatihah (1/7) Mereka mengatakan: "Ini menunjukkan bahwa Nama ar-Rahmaan, lebih mengandung rahmat karena keumumannya di dua negeri (dunia dan akhirat) dan untuk seluruh makhluk-Nya. Adapun ar-Rahiim dikhususkan bagi orang-orang yang beriman. Akan tetapi disebutkan dalam sebuah do'a Rasulullah: "Rahmaan (Pengasih) di dunia dan akhirat dan Rahiim (Penyayang) pada keduanya." (Dalam do'a ini Rahmaan dan Rahiim meliputi dunia dan akhirat, -pent). Nama ar-Rahmaan khusus bagi Allah dan tidak boleh diberikan kepada selain-Nya. Sebagaimana firman Allah Subhaanahu wa Ta'aala: "Katakanlah: 'Serulah Allah atau serulah ar-Rahmaan. Dengan Nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai al-Asmaa-ul Husna (Nama-nama yang terbaik)." (QS. Al-Israa': 110) Dan juga firman-Nya: "Dan tanyakanlah kepada Rasul-rasul Kami yang telah Kami utus sebelummu: 'Adakah Kami menentukan ilah-ilah untuk diibadahi selain Allah Yang Maha

Keutamaan Sepuluh Hari Terakhir Bulan Ramadhan (4) | Kajian Ramadhan

Majaalisu Syahru Ramadhaan. Syaikh Muhammad bin Shalih al-'Utsaimin rahimahullaah. Kajian Keduapuluh Satu. Kajian Ramadhan. Keutamaan Sepuluh Hari Terakhir Bulan Ramadhan (4). Diriwayatkan dari 'Aisyah radhiyallaahu 'anhuma bahwa ia berkata: "Jika Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam ingin mengerjakan i'tikaf, maka beliau mengerjakan shalat fajar (Shubuh), kemudian beliau Shallallaahu 'alaihi wa Sallam masuk ke tempat, i'tikaf." Lantas 'Aisyah meminta izin kepada beliau Shallallaahu 'alaihi wa Sallam (untuk turut beri'tikaf), beliau pun mengizinkannya, lalu 'Aisyah mendirikan tenda. Selanjutnya Hafshah radhiyallaahu 'anha meminta kepada 'Aisyah agar memintakan izin untuknya, lalu 'Aisyah melakukannya, dan selanjutnya Hafshah mendirikan tenda. Ketika Zainab radhiyallaahu 'anha melihat hal itu, maka ia pun melakukan hal yang sama. Ketika Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam melihat adanya beberapa tenda, maka bel

Shahih Tafsir Ibnu Katsir: Surat al-Faatihah (1/6)

Shahih Tafsir Ibnu Katsir Surat al-Faatihah (1/6) Tafsir ar-Rahmaan ar-Rahiim "...Maha Pemurah lagi Maha Penyayang." (QS. 1: 1) Ar-Rahmaan ar-Rahiim merupakan dua Nama dalam bentuk mubalaghah (bermakna lebih) yang berasal dari satu kata ar-Rahmaan. Namun, Nama ar-Rahmaan memiliki makna yang lebih dari ar-Rahiim. Dalam pernyataan Ibnu Jarir, dapat dipahami adanya kesepakatan mengenai hal ini. Al-Qurthubi mengatakan bahwa dalil yang menunjukkan bahwa nama ini musytaq (terbentuk) dari kata lain adalah hadits yang diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dari 'Abdurrahman bin 'Auf radhiyallaahu 'anhu bahwasanya ia mendengar Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Allah Ta'ala berfirman: 'Aku adalah ar-Rahmaan, Aku telah menciptakan rahim (kekerabatan). Aku telah menjadikan untuknya nama dari Nama-Ku. Barangsiapa menyambungnya, maka Aku akan menyambungnya. Dan barangsiapa memutuskannya, maka Aku akan memutuskannya." (41) Al-Qurthubi berkata: &qu

Keutamaan Sepuluh Hari Terakhir Bulan Ramadhan (3) | Kajian Ramadhan

Majaalisu Syahru Ramadhaan. Syaikh Muhammad bin Shalih al-'Utsaimin rahimahullaah. Kajian Keduapuluh Satu. Kajian Ramadhan. Keutamaan Sepuluh Hari Terakhir Bulan Ramadhan (3). Orang yang berakal tentu tidak akan mau menjadikan setan sebagai wali selain Allah, padahal ia tahu bahwa setan itu selalu memusuhinya, tindakan seperti itu bertentangan dengan akal sehat dan keimanannya. Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman: "Patutkah kamu mengambil dia dan turunan-turunannya sebagai pemimpin selain dari-Ku, sedang mereka adalah musuhmu? Amat buruklah iblis itu sebagai pengganti (Allah) bagi orang-orang yang zhalim." (QS. Al-Kahfi (18): 50) "Sungguh setan itu musuh bagimu, maka anggaplah ia sebagai musuhmu. Sesungguhnya setan itu mengajak golongannya supaya menjadi penghuni Neraka yang menyala-nyala." (QS. Fathir (35): 6) Di antara keistimewaan sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan ini adalah bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam mengerjakan i'tik

Shahih Tafsir Ibnu Katsir: Surat al-Faatihah (1/5)

Shahih Tafsir Ibnu Katsir Surat al-Faatihah (1/5) Makna Lafzhul Jalaalah (اللّه) (Allah) merupakan nama untuk Rabb Tabaaraka wa Ta'aala. Dikatakan bahwa Allah adalah al-ismul a'zham (nama yang paling agung), karena nama itu menyandang semua sifat. Sebagaimana Allah Ta'ala berfirman: "Dialah Allah Yang tidak ada ilah (yang berhak diibadahi dengan benar) selain Dia, Yang Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, Dialah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Dialah Allah Yang tidak ada ilah (yang berhak diibadahi dengan benar) selain Dia, Raja, Yang Mahasuci, Yang Mahasejahtera, Yang Mengaruniakan keamanan, Yang Maha Memelihara, Yang Mahaperkasa, Yang Mahakuasa, Yang Memiliki segala Keagungan, Mahasuci Allah dari apa yang mereka persekutukan. Dialah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk rupa, Yang mempunyai Nama-nama yang paling baik. Bertasbih kepada-Nya apa yang ada di langit dan di bumi. Dan Dialah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana." (QS. Al-Hasyr:

Shahih Tafsir Ibnu Katsir: Surat al-Faatihah (1/4)

Shahih Tafsir Ibnu Katsir Surat al-Faatihah (1/4) Disunnahkan membaca basmalah sebelum memulai setiap pekerjaan Oleh karena itu disunnahkan membaca basmalah pada awal setiap ucapan maupun perbuatan. Disunnahkan juga membacanya pada awal khutbah berdasarkan dalil yang ada. Dan juga disunnahkan membacanya sebelum masuk ke kamar kecil (toilet), berdasarkan hadits dalam masalah itu. (36) Demikian juga sebelum berwudhu' berdasarkan hadits dalam Musnad al-Imam Ahmad dan juga dalam kitab Sunan dari riwayat Abu Hurairah, Sa'id bin Zaid dan Abu Sa'id radhiyallaahu 'anhum secara marfu', Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Tidak sempurna wudhu' bagi orang yang tidak menyebut Nama Allah (mengucapkan basmalah) padanya." (37) Hadits ini hasan. Demikian pula disunnahkan membacanya sebelum makan, berdasarkan hadits dalam Shahiih Muslim, bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah bersabda kepada anak tiri beliau, 'Umar bin Abi S

Shahih Tafsir Ibnu Katsir: Surat al-Faatihah (1/3)

Shahih Tafsir Ibnu Katsir Surat al-Faatihah (1/3) Beberapa pendapat lain mengenai bacaan basmalah beserta dalilnya, -pent. Sebagian ulam lainnya berpendapat bahwa basmalah tidak dibaca secara jahr dalam shalat. Inilah yang shahih dari para khalifah yang empat radhiyallaahu 'anhum, 'Abdullah bin Mughaffal, dan beberapa golongan ulama Salaf maupun Khalaf. Ini pula yang menjadi pendapat madzhab Abu Hanifah, ats-Tsauri dan Ahmad bin Hanbal rahimahumullaah. Adapun menurut Imam Malik, basmalah tidak dibaca sama sekali, baik secara jahr maupun sirr. Mereka berdalil dengan hadits yang terdapat dalam Shahiih Muslim dari 'Aisyah radhiyallaahu 'anhuma, ia berkata: "Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam membuka shalat dengan takbir dan bacaan al-hamdu lillaahi Rabbil 'aalamiin." (30) Diriwayatkan pula dalam Shahiih al-Bukhari dan Shahiih Muslim dari Anas bin Malik radhiyallaahu 'anhu, ia menceritakan: "Aku pernah mengerjakan shalat di belakang Nabi Sh

Shahih Tafsir Ibnu Katsir: Surat al-Faatihah (1/2)

Shahih Tafsir Ibnu Katsir Surat al-Faatihah (1/2) Apakah basmalah dibaca sirr (pelan) atau dibaca jahr (keras) pada shalat jahriyah Mengenai bacaan basmalah secara jahr (dikeraskan), maka yang berpendapat bahwa basmalah itu bukan termasuk ayat al-Faatihah, ia tidak membacanya secara jahr. Demikian juga yang mengatakan bahwa basmalah adalah satu ayat dari awal al-Faatihah. Adapun mereka yang berpendapat bahwa basmalah merupakan bagian pertama dari setiap surat, dalam hal ini mereka berbeda pendapat. Imam asy-Syafi'i berpendapat bahwa basmalah dibaca secara jahr bersama al-Faatihah dan juga surat-surat lainnya. Inilah madzhab sekelompok Shahabat, Tabi'in serta para imam, baik Salaf maupun Khalaf. Di antara Shahabat yang membacanya secra jahr adalah Abu Hurairah, Ibnu 'Umar, Ibnu 'Abbas dan Mu'awiyah radhiyallaahu 'anhum. Ibnu 'Abdil Barr dan al-Baihaqi meriwayatkan dari 'Umar dan 'Ali radhiyallaahu 'anhuma. Al-Khatib menukilnya dari khalifah yang e

Keutamaan Sepuluh Hari Terakhir Bulan Ramadhan (2) | Kajian Ramadhan

Majaalisu Syahru Ramadhaan. Syaikh Muhammad bin Shalih al-'Utsaimin rahimahullaah. Kajian Keduapuluh Satu. Kajian Ramadhan. Keutamaan Sepuluh Hari Terakhir Bulan Ramadhan (2). Dalam Shahiihain disebutkan bahwa 'Aisyah radhiyallaahu 'anhuma berkata: "Ketika telah masuk sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, maka Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam mengencangkan sarung, menghidupkan malam dan membangunkan keluarganya." Dalam al-Musnad disebutkan pula bahwa 'Aisyah berkata: "Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam mengisi dua puluh hari bulan Ramadhan dengan mengerjakan shalat dan menyempatkan untuk tidur. Namun ketika tiba sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, maka beliau Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersungguh-sungguh dan mengencangkan sarung." Hadits-hadits ini menjadi dalil mengenai keutamaan sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. Sebab, Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam meningkatkan kesungguhan beliau di dalam beribadah jauh

Shahih Tafsir Ibnu Katsir: Surat al-Faatihah (1)

Shahih Tafsir Ibnu Katsir Surat al-Faatihah (1) Al-Faatihah, Ayat 1 Basmalah adalah ayat ke-1 dari surat al-Faatihah بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ Bismillaahir Rahmaanir Rahiim Dengan menyebut Nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. (QS. 1: 1) Para Shahabat radhiyallaahu 'anhum membuka Kitabullah dengan membacanya. Dan para ulama telah sepakat bahwa Bismillaahir Rahmaanir Rahiim adalah salah satu ayat dari surat an-Naml. Tetapi mereka berbeda pendapat, apakah basmalah itu merupakan ayat yang berdiri sendiri pada awal setiap surat, atau merupakan bagian dari awal masing-masing surat dan ditulis pada pembukaannya, atau merupakan salah satu ayat dari setiap surat. Di antara ulama yang menyatakan bahwa basmalah adalah ayat dari setiap surat kecuali at-Taubah adalah Ibnu 'Abbas, Ibnu 'Umar, Ibnuz Zubair, Abu Hurairah, dan 'Ali radhiyallaahu 'anhum. Sedangkan dari kalangan Tabi'in adalah 'Atha', Thawus, Sa'id bin Jubair, Makhul dan az-Z

Shahih Tafsir Ibnu Katsir: Surat al-Faatihah (0/10)

Shahih Tafsir Ibnu Katsir Surat al-Faatihah (0/10) Penamaan syaitan Dalam bahasa Arab, kata syaitan berasal dari kata sya-thana (شَطَنَ) yang berarti jauh. Jadi tabi'at syaitan itu sangat jauh dengan tabi'at manusia. Dan karena kefasikannya itu ia sangat jauh dari kebaikan. Ada juga yang mengatakan bahwa kata syaitan itu berasal dari kata syaa-tha (شَاطَ)= terbakar, karena ia diciptakan dari api. Dan ada juga yang mengatakan bahwa kedua makna tersebut benar, tetapi makna yang pertama lebih tepat. Menurut Sibawaih, bangsa Arab mengatakan: "tasyai-thana fulaanun (تَشَيْطَنَ فُلَانٌ)", berarti si Fulan itu berbuat seperti perbuatan syaitan. Jika kata syaitan itu berasal dari kata syaa-tha tentunya mereka akan mengatakan: tasyai-tha. Maka menurut pendapat yang benar, kata syaitan itu berasal dari kata sya-thana yang berarti jauh. Oleh karena itu mereka menyebut syaitan untuk setiap pendurhaka baik dari kalangan jin, manusia maupun hewan. Allah Subhaanahu wa Ta'aala be

Keutamaan Sepuluh Hari Terakhir Bulan Ramadhan | Kajian Ramadhan

Majaalisu Syahru Ramadhaan. Syaikh Muhammad bin Shalih al-'Utsaimin rahimahullaah. Kajian Keduapuluh Satu. Kajian Ramadhan. Keutamaan Sepuluh Hari Terakhir Bulan Ramadhan. Segala puji bagi Allah, Dzat yang memiliki keagungan dan kekekalan, kebesaran dan kesombongan, keperkasaan yang tiada bandingnya, Maha Esa, Rabb yang menjadi sandaran, Raja yang tidak membutuhkan seseorang, dan Mahaagung yang tidak bisa ditangkap oleh penalaran pikiran. Dia Mahakaya sehingga tidak pernah membutuhkan makhluk-Nya, sedangkan selain-Nya selalu butuh kepada-Nya. Dia memberikan petunjuk kepada siapa saja yang Ia kehendaki sehingga orang itu akhirnya menjadi beriman kepada-Nya dan beristiqamah kemudian mendapatkan kenikmatan tidur malam, lalu ikut bersama orang-orang yang jauh dari tempat tidur untuk melaksanakan shalat malam demi meraih kedudukan yang mulia di sisi Allah. Jika engkau melihat mereka, maka dalam kegelapan malam sebagian dari mereka ada yang memohon ampunan kepada Allah mengenai kesal

Shahih Tafsir Ibnu Katsir: Surat al-Faatihah (0/9)

Shahih Tafsir Ibnu Katsir Surat al-Faatihah (0/9) Di antara manfaat isti'aadzah Di antara manfaatnya adalah untuk menyucikan dan mengharumkan mulut dari kata-kata yang buruk dan tidak berfaedah. Isti'aadzah ini digunakan untuk membaca firman-firman Allah. Artinya, memohon pertolongan kepada Allah sekaligus menyatakan pengakuan atas kekuasaan-Nya, kelemahan dirinya sebagai seorang hamba dan ia tidak berdaya melawan musuh yang sejati (syaitan), yang bersifat bathin (tidak terlihat) dan tidak seorang pun mampu menolak dan mengusirnya kecuali Allah yang telah menciptakannya. Karena dia tidak menerima pemberian dan tidak dapat dipengaruhi dengan kebaikan. Berbeda dengan musuh dari jenis manusia. Sebagaimana ditunjukkan oleh ayat al-Qur-an tentang tsalaatsin minal matsaani (tiga perkara yang diulang-ulang) dan firman Allah Subhaanahu wa Ta'aala: "Sesungguhnya hamba-hamba-Ku, kamu tidak dapat berkuasa atas mereka. Dan cukuplah Rabbmu sebagai Penjaga." (QS. Al-Israa':