Skip to main content

Posts

Showing posts from July, 2015

Shahih Tafsir Ibnu Katsir: Surat al-Baqarah (7)

Shahih Tafsir Ibnu Katsir Surat al-Baqarah (7) Al-Baqarah, Ayat 7 "Allah telah mengunci mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat." (QS. 2: 7) As-Suddi mengatakan: "Khatamallaahu artinya Allah telah menutup dengan sesuatu yang melekat (thaba'a)." (44) Berkaitan dengan ayat ini Qatadah mengatakan: "Syaitan telah menguasai mereka karena mereka mentaatinya. Maka Allah mengunci mati hati dan pendengaran mereka, serta pandangan mereka ditutup, hingga tidak dapat melihat petunjuk, tidak dapat mendengarkan, memahami ataupun berfikir." (45) Ibnu Juraij meriwayatkan dari Mujahid, ia mengatakan bahwa kata khatama dalam firman Allah: "Khatamallaahu 'alaa quluubihim 'Allah mengunci mati hati mereka', artinya adalah ath-thab'u yaitu melekatnya dosa di hati, lalu dosa-dosa itu senantiasa mengelilinginya dari segala arah, sehingga berhasil bertemu (melekat kuat) dengan hati. Pertemuan

Adabul Mufrad (42)

Kitab Adabul Mufrad (42) Kitab Berbakti kepada kedua orang tua Bab 21: Jangan memutus siapa yang pernah berhubungan dengan ayahmu, kalau tidak cahaya (iman)mu akan menjadi gelap. 42. Sa'ad bin Ubadah az-Zuraqy dari ayahnya mengatakan, "Aku pernah duduk di masjid Madinah bersama Amru bin 'Utsman. Lalu datanglah 'Abdullah bin Salam dan duduk bersandar pada keponakannya. Dia kemudian meninggalkan majelis dan kemudian kembali. Dia berkata, 'Apa yang kau inginkan wahai Amru bin 'Utsman (dua atau tiga kali)? Demi yang mengutus Muhammad dengan dasar kebenaran, sesungguhnya itu ada di Kitabullah (dua kali). Janganlah engkau memutus siapa yang pernah menyambung hubungan keluarga dengan ayahmu, kalau tidak cahayamu akan dimatikan.'" * Isnadnya Dha'if. Bersambung... === Maraji'/ Sumber: Kitab: Adabul Mufrad, Penulis: Imam al-Bukhari rahimahullaah, Penerjemah: Muhammad Khalid Abri, Penerbit: Syiar Semesta - Indonesia, Cetakan I, Mei 2004

Adabul Mufrad (41)

Kitab Adabul Mufrad (41) Kitab Berbakti kepada kedua orang tua Bab 20: Bakti kepada orang yang pernah berhubungan dengan ayahnya. 41. 'Abdullah bin 'Umar ra-dhiyallaahu 'anhuma berkata, "Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda: 'Sesungguhnya sebaik-baik bakti adalah seorang pria yang menyambung hubungan dengan shahabat ayahnya.'" Bersambung... === Maraji'/ Sumber: Kitab: Adabul Mufrad, Penulis: Imam al-Bukhari rahimahullaah, Penerjemah: Muhammad Khalid Abri, Penerbit: Syiar Semesta - Indonesia, Cetakan I, Mei 2004 M. === Layanan GRATIS Konsultasi, Estimasi Biaya, dan Survei Lokasi: Rangka Baja Ringan, Genteng Metal & Plafon Gypsum Telp/ SMS/ WA: 085778018878, BB: 269C8299 http://www.bajaringantangerang.com === As-Salamu 'alaikum pembaca setia baitulkahfitangerang.blogspot.com , bisakah anda menjadi agen properti? Bisakah anda meraih keuntungan dengan memposisikan diri di antara pemilik dan pembel

Shahih Tafsir Ibnu Katsir: Surat al-Baqarah (6)

Shahih Tafsir Ibnu Katsir Surat al-Baqarah (6) Al-Baqarah, Ayat 6 Golongan Kafir, -pent. "Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, apakah kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak juga akan beriman." (QS. 2: 6) Allah Sub-haanahu wa Ta'aala berfirman: "Sesungguhnya orang-orang kafir", yaitu orang-orang yang menutupi kebenaran dan menyembunyikannya. Dan Allah telah menetapkan hal itu bagi mereka, baik mereka diberi peringatan ataupun tidak. Mereka akan tetap kafir dan tidak mempercayai apa yang engkau (Muhammad) bawa kepada mereka. Sebagaimana firman Allah Sub-haanahu wa Ta'aala: "Sesungguhnya orang-orang yang telah pasti terhadap mereka kalimat Rabbmu, tidaklah akan beriman, meskipun datang kepada mereka segala macam keterangan, hingga mereka menyaksikan adzab yang pedih." (QS. Yunus: 96-97) Dan Allah berfirman tentang orang-orang yang keras kepala dari kalangan Ahli Kitab: "Dan sesungguhnya jika kamu mend

Shahih Tafsir Ibnu Katsir: Surat al-Baqarah (5)

Shahih Tafsir Ibnu Katsir Surat al-Baqarah (5) Al-Baqarah, Ayat 5 "Mereka itulah orang-orang yang tetap mendapat petunjuk dari Rabbnya, dan merekalah orang-orang yang beruntung." (QS. 2: 5) Hidayah dan Keberuntungan bagi Orang-orang yang Beriman Allah Sub-haanahu wa Ta'aala berfirman: "Mereka itulah", yaitu orang-orang yang menyandang sifat-sifat di atas, yakni beriman kepada perkara-perkara yang ghaib, mendirikan shalat, mengeluarkan infaq dari rizki yang Allah berikan kepada mereka, beriman kepada apa yang diturunkan kepada Rasul-Nya dan para Rasul sebelumnya, serta meyakini adanya kehidupan akhirat. Dan semua itu menuntut mereka mempersiapkan diri untuk menghadapinya dengan mengerjakan 'amal shalih dan meninggalkan semua yang Dia haramkan. "Yang tetap mendapat petunjuk", maksudnya mereka senantiasa mendapat pancaran cahaya, penjelasan, serta petunjuk dari Allah Sub-haanahu wa Ta'aala. "Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung",

Shahih Tafsir Ibnu Katsir: Surat al-Baqarah (4/2)

Shahih Tafsir Ibnu Katsir Surat al-Baqarah (4/2) Allah juga berfirman: "Hai orang-orang yang telah diberi al-Kitab, berimanlah kamu kepada apa yang telah Kami turunkan (al-Qur-an) yang membenarkan Kitab yang ada padamu." (QS. An-Nisaa': 47) Allah juga berfirman: "Katakanlah: 'Hai Ahli Kitab, kamu tidak dipandang beragama sedikitpun, hingga kamu menegakkan ajaran-ajaran Taurat, Injil dan al-Qur-an yang diturunkan kepadamu dari Rabbmu." (QS. Al-Maa-idah: 68) Dan Allah telah menyebutkan tentang orang-orang yang beriman secara keseluruhan yang memenuhi semua itu dalam firman-Nya: "Rasul telah beriman kepada al-Qur-an yang diturunkan kepadanya dari Rabbnya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, Malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, dan Rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): 'Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari Rasul-rasul-Nya." (QS. Al-Baqarah: 285) Dan juga firman-Nya: "Orang

Shahih Tafsir Ibnu Katsir: Surat al-Baqarah (4)

Shahih Tafsir Ibnu Katsir Surat al-Baqarah (4) Al-Baqarah, Ayat 4 "Dan mereka yang beriman kepada al-Kitab (al-Qur-an) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat." (QS. 2: 4) Ibnu 'Abbas ra-dhiyallaahu 'anhuma berkata: "Firman Allah: 'Dan mereka yang beriman kepada al-Kitab (al-Qur-an) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat', maksudnya adalah mereka membenarkan apa yang engkau (Muhammad shallallaahu 'alaihi wa sallam) bawa dari Allah Sub-haanahu wa Ta'aala dan apa yang dibawa oleh para Nabi sebelummu. Mereka tidak membeda-bedakan di antara para Rasul tersebut serta tidak mengingkari apa yang mereka bawa dari Rabb mereka." (40) "'Dan mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat', yakni akan adanya hari Kebangkitan, Kiamat, Surga, Neraka, Hisab dan Timban

Adabul Mufrad (40)

Kitab Adabul Mufrad (40) Kitab Berbakti kepada kedua orang tua Bab 20: Bakti kepada orang yang pernah berhubungan dengan ayahnya. 40. 'Abdullah bin 'Umar ra-dhiyallaahu 'anhuma berkata, "Ada seorang badui yang berada di tengah perjalanan, dimana ayah badui itu adalah teman 'Umar bin al-Khaththab. Orang badui itu berkata, 'Bukankah engkau putera fulan?' 'Abdullah bin 'Umar menjawab, 'Benar.' 'Abdullah bin 'Umar lalu memberikan padanya unta yang dinaikinya dan melepas sorban yang dipakainya dari kepalanya dan diberikan kepada orang tersebut. Orang-orang di situ berkata, 'Bukankah sudah cukup kalau engkau berikaan dua dirham saja?' 'Abdullah bin 'Umar menjawab, 'Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda: 'Jagalah orang yang pernah berhubungan hubungan keluarga dengan ayahmu dan jangan engkau memotongnya itu menyebabkan Allah akan mematikan cahayamu.'" * Dha'if. Bersambung... ==

Adabul Mufrad (39)

Kitab Adabul Mufrad (39) Kitab Berbakti kepada kedua orang tua Bab 19: Bakti kepada kedua orang tua sesudah kematiannya. 39. Ibnu 'Abbas ra-dhiyallaahu 'anhuma berkata, "Ada seorang yang bertanya (pada Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam), 'Wahai Rasulullah, ibuku telah meninggal dan belum memberi wasiat, apakah ada manfaat baginya jika aku bersedekah dari hartanya?' Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda, 'Ya.'" Bersambung... === Maraji'/ Sumber: Kitab: Adabul Mufrad, Penulis: Imam al-Bukhari rahimahullaah, Penerjemah: Muhammad Khalid Abri, Penerbit: Syiar Semesta - Indonesia, Cetakan I, Mei 2004 M. === Layanan GRATIS Konsultasi, Estimasi Biaya, dan Survei Lokasi: Rangka Baja Ringan, Genteng Metal & Plafon Gypsum Telp/ SMS/ WA: 085778018878, BB: 269C8299 http://www.bajaringantangerang.com === As-Salamu 'alaikum pembaca setia baitulkahfitangerang.blogspot.com , bisakah anda menjadi agen

Adabul Mufrad (38)

Kitab Adabul Mufrad (38) Kitab Berbakti kepada kedua orang tua Bab 19: Bakti kepada kedua orang tua sesudah kematiannya. 38. Abu Hurairah ra-dhiyallaahu 'anhu berkata, "Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda: 'Jika mati seorang hamba akan terputuslah darinya 'amalannya kecuali dari tiga hal: Sedekah jariyah, 'ilmu yang bermanfaat atau anak yang yang shalih yang mendo'akannya.'" Bersambung... === Maraji'/ Sumber: Kitab: Adabul Mufrad, Penulis: Imam al-Bukhari rahimahullaah, Penerjemah: Muhammad Khalid Abri, Penerbit: Syiar Semesta - Indonesia, Cetakan I, Mei 2004 M. === Layanan GRATIS Konsultasi, Estimasi Biaya, dan Survei Lokasi: Rangka Baja Ringan, Genteng Metal & Plafon Gypsum Telp/ SMS/ WA: 085778018878, BB: 269C8299 http://www.bajaringantangerang.com === As-Salamu 'alaikum pembaca setia baitulkahfitangerang.blogspot.com , bisakah anda menjadi agen properti? Bisakah anda meraih keuntungan

Adabul Mufrad (37)

Kitab Adabul Mufrad (37) Kitab Berbakti kepada kedua orang tua Bab 19: Bakti kepada kedua orang tua sesudah kematiannya. 37. Muhammad 'Abdullah bin Sirrin berkata, "Ketika kami berada di rumah Abu Hurairah pada suatu malam, dia berkata, 'Ya Allah ampunilah Abu Hurairah dan ibuku dan bagi siapa yang memohon ampun bagi keduanya.'" 'Abdullah bin Sirrin berkata, "Maka kami memohon ampun bagi keduanya sampai kami masuk ke dalam do'a Abu Hurairah." Bersambung... === Maraji'/ Sumber: Kitab: Adabul Mufrad, Penulis: Imam al-Bukhari rahimahullaah, Penerjemah: Muhammad Khalid Abri, Penerbit: Syiar Semesta - Indonesia, Cetakan I, Mei 2004 M. === Layanan GRATIS Konsultasi, Estimasi Biaya, dan Survei Lokasi: Rangka Baja Ringan, Genteng Metal & Plafon Gypsum Telp/ SMS/ WA: 085778018878, BB: 269C8299 http://www.bajaringantangerang.com === As-Salamu 'alaikum pembaca setia baitulkahfitangerang.blogspot.com , bisakah anda me

Adabul Mufrad (36)

Kitab Adabul Mufrad (36) Kitab Berbakti kepada kedua orang tua Bab 19: Bakti kepada kedua orang tua sesudah kematiannya. 36. Abu Hurairah ra-dhiyallaahu 'anhu berkata, "Ada seorang yang meninggal yang terangkat derajatnya. Orang itu bertanya: 'Wahai Rabb, apa ini?' Maka dijawab: 'Anakmu mendo'akanmu.'" Bersambung... === Maraji'/ Sumber: Kitab: Adabul Mufrad, Penulis: Imam al-Bukhari rahimahullaah, Penerjemah: Muhammad Khalid Abri, Penerbit: Syiar Semesta - Indonesia, Cetakan I, Mei 2004 M. === Layanan GRATIS Konsultasi, Estimasi Biaya, dan Survei Lokasi: Rangka Baja Ringan, Genteng Metal & Plafon Gypsum Telp/ SMS/ WA: 085778018878, BB: 269C8299 http://www.bajaringantangerang.com === As-Salamu 'alaikum pembaca setia baitulkahfitangerang.blogspot.com , bisakah anda menjadi agen properti? Bisakah anda meraih keuntungan dengan memposisikan diri di antara pemilik dan pembeli? Jawab: BISA 1) tanpa punya pengalaman

Adabul Mufrad (35)

Kitab Adabul Mufrad (35) Kitab Berbakti kepada kedua orang tua Bab 19: Bakti kepada kedua orang tua sesudah kematiannya. 35. Usaid bin 'Ali bin Ubaid berkata bahwa ayahnya pernah mendengar Abu Usaid berkata kepada orang-orang, "Pernah kami bersama Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam, lalu ada seseorang yang bertanya, 'Wahai Rasulullah, apakah aku dapat berbakti kepada kedua orang tuaku sepeninggal keduanya?' Beliau shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda: 'Benar, ada empat: Do'a bagi keduanya, permintaan ampun bagi keduanya, memenuhi janji keduanya dan menghormati teman keduanya, serta menyambung hubungan keluarga yang tidak kalian dapatkan kecuali dari keduanya.'" * Dha'if. Bersambung... === Maraji'/ Sumber: Kitab: Adabul Mufrad, Penulis: Imam al-Bukhari rahimahullaah, Penerjemah: Muhammad Khalid Abri, Penerbit: Syiar Semesta - Indonesia, Cetakan I, Mei 2004 M. === Layanan GRATIS Konsultasi, Estimasi Biaya

Shahih Tafsir Ibnu Katsir: Surat al-Baqarah (3/3)

Shahih Tafsir Ibnu Katsir Surat al-Baqarah (12) ...wa yuqiimuunash shalaata wa mimmaa razaqnaahum yunfiquun ...yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rizki yang Kami anugerahkan kepada mereka. (QS. Al-Baqarah: 3) Makna Mendirikan Shalat Ibnu 'Abbas ra-dhiyallaahu 'anhuma mengatakan: "Wa yuqiimuunash shalaata 'Mendirikan shalat', berarti mendirikan shalat dengan seluruh kewajibannya." (32) Adh-Dhahhak meriwayatkan dari Ibnu 'Abbas, ia mengatakan: "Mendirikan shalat berarti mengerjakan dengan menyempurnakan ruku', sujud, dan bacaannya dengan penuh kekhusyu'an dan menghadapkan hati kepada Allah di dalamnya." (33) Qatadah berkata: "(Mendirikan shalat) berarti berusaha mengerjakannya tepat waktu, serta menjaga wudhu', ruku', dan sujudnya." (34) Sedangkan Muqatil bin Hayyan mengatakan: "(Mendirikan shalat) berarti menjaga untuk selalu mengerjakannya tepat waktu, menyempurnakan wudhu', ruku', sujud, baca

Shahih Tafsir Ibnu Katsir: Surat al-Baqarah (3/2)

Shahih Tafsir Ibnu Katsir Surat al-Baqarah (3/2) Yang Dimaksud dengan al-Ghaib Adapun tentang maksud dari al-ghaib, terdapat berbagai ungkapan 'ulama Salaf yang beragam dan semua benar serta sesuai dengan apa yang dimaksud. Tentang firman Allah, "Yaitu mereka yang beriman kepada yang ghaib." (QS. Al-Baqarah: 3) Abu Ja'far ar-Razi meriwayatkan dari ar-Rabi' bin Anas, dari Abul 'Aliyah, ia mengatakan: "Mereka beriman kepada Allah, Malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, hari Akhir, Surga dan Neraka serta pertemuan dengan Allah. Mereka pun mengimani adanya kehidupan setelah kematian serta adanya hari kebangkitan. Dan semua itu adalah perkara ghaib." Hal senada juga dikatakan oleh Qatadah bin Di'amah. (28) Sa'id bin Manshur meriwayatkan dari 'Abdurrahman bin Yazid, ia mengatakan: "Kami duduk-duduk bersama 'Abdullah bin Mas'ud. Maka kami pun mengenang para Shahabat Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam dan apa y

Shahih Tafsir Ibnu Katsir: Surat al-Baqarah (3)

Shahih Tafsir Ibnu Katsir Surat al-Baqarah (3) Al-Baqarah, Ayat 3 Al-la-dziina yu'-minuuna bil ghaibi... (Yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib... (QS. 2: 3) Makna Iman Abu Ja'far ar-Razi meriwayatkan dari al-'Alla' bin al-Musayyab bin Rafi', dari Abu Ishaq, dari Abul Ahwash, dari 'Abdullah, ia berkata: "Iman itu adalah pembenaran." (23) 'Ali bin Abi Thalhah dan juga yang lainnya menceritakan dari Ibnu 'Abbas ra-dhiyallaahu 'anhuma, ia mengatakan: "Yu'-minuuna 'Mereka yang beriman', maknanya adalah mereka membenarkan." (24) Sedangkan Ma'mar mengatakan dari az-Zuhri bahwa iman adalah 'amal. (25) Abu Ja'far ar-Razi meriwayatkan dari ar-Rabi' bin Anas: "Yu'-minuuna 'Mereka yang beriman', maknanya mereka takut." (26) Ibnu Jarir mengatakan: "Yang lebih baik dan tepat adalah mereka harus menyifati diri dengan iman kepada yang ghaib, baik melalui ucapan, perbuatan maupun keya

Shahih Tafsir Ibnu Katsir: Surat al-Baqarah (2/2)

Shahih Tafsir Ibnu Katsir Surat al-Baqarah (2/2) Makna Muttaqin Diriwayatkan dari Ibnu 'Abbas ra-dhiyallaahu 'anhu, ia berkata: "Al-muttaqiin adalah orang-orang mukmin yang sangat takut berbuat syirik kepada Allah dan senantiasa berbuat taat kepada-Nya." Diriwayatkan juga dari Ibnu 'Abbas, ia berkata: "Al-muttaqiin adalah orang-orang yang senantiasa menghindari siksaan Allah Ta'ala dengan tidak meninggalkan petunjuk yang diketahuinya dan mengharapkan rahmat-Nya dalam mempercayai apa yang terkandung dalam petunjuk tersebut." Qatadah berkata: "Al-muttaqiin adalah mereka yang disifati oleh Allah Sub-haanahu wa Ta'aala dalam firman-Nya: "(Yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib dan mendirikan shalat," (QS. Al-Baqarah: 3) dan ayat selanjutnya. Dan pendapat yang dipilih oleh Ibnu Jarir bahwa ayat ini mencakup semua itu, dan pendapat inilah yang benar. At-Tirmidzi dan Ibnu Majah meriwayatkan dari 'Athiyyah as-Sa'di ra-dhiyall

Adabul Mufrad (34)

Kitab Adabul Mufrad (34) Kitab Berbakti kepada kedua orang tua Bab 18: Menawarkan Islam pada ibu yang beragama nashrani. 34. Abu Hurairah ra-dhiyallaahu 'anhu berkata, "Tidak ada seorang pun dari golongan yahudi dan nashara kecuali pasti dia mencintaiku. (Akan halnya) ibuku kuharapkan dia masuk Islam tetapi dia menolak. Lalu aku katakan padanya (sekali lagi) dia tetap menolak. Maka kutemui Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam dan kukatakan pada beliau, 'Do'akanlah ibuku.' Beliau shallallaahu 'alaihi wa sallam lalu mendo'akannya. Sesudah itu kutemui ibuku dan kudapati pintunya sedang tertutup. Ibuku berkata, 'Wahai Abu Hurairah, aku telah masuk Islam.' Maka Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam kuberitahu dan kukatakan, 'Do'akanlah aku dan ibuku.' Beliau shallallaahu 'alaihi wa sallam kemudian berdo'a: اَللَّÙ‡ُÙ…َّ عَبْدُÙƒَ Ø£َبُÙˆْ Ù‡ُرَÙŠْرَØ©َ ÙˆَØ£ُÙ…ُّÙ‡ُ Ø£َØ­ِبَّÙ‡ُÙ…َا Ø¥ِÙ„َÙ‰ النَّاسِ Allaahumma 'abduka a

Adabul Mufrad (33)

Kitab Adabul Mufrad (33) Kitab Berbakti kepada kedua orang tua Bab 17: Do'a kedua orang tua 33. Abu Hurairah ra-dhiyallaahu 'anhu berkata: "Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda: 'Tidak ada bayi yang berbicara dalam buaian kecuali 'Isa putera Maryam dan Juraij.' Lalu ada yang bertanya, 'Wahai Rasulullah, siapa Juraij?' Beliau shallallaahu 'alaihi wa sallam lalu bersabda: 'Juraij adalah seorang rahib yang bertempat tinggal pada rumah peribadatannya. Lalu ada seorang penggembala yang menggiring sapinya di bagian bawah tempat peribadatannya. Dan ada seorang wanita dari suatu desa menemui penggembala itu. Lalu datanglah ibu Juraij pada suatu hari dan memanggilnya, 'Wahai Juraij.' Juraij ketika itu sedang shalat. Dia lalu bertanya dalam hatinya, 'Ibuku atau shalatku?' Rupanya dia mengutamakan shalatnya. Ibunya lalu memanggil yang kedua kalinya. Juraij bertanya lagi dalam hatinya, 'Ibuku atau shalatku?' Rupanya

Adabul Mufrad (32)

Kitab Adabul Mufrad (32) Kitab Berbakti kepada kedua orang tua Bab 17: Do'a kedua orang tua 32. Abu Hurairah ra-dhiyallaahu 'anhu berkata, "Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda: 'Tiga macam do'a yang terkabul, tidak diragukan lagi, yaitu: Do'a orang yang dizhalimi, do'a orang yang bepergian dan do'a kedua orang tua pada anaknya.'" Bersambung... === Maraji'/ Sumber: Kitab: Adabul Mufrad, Penulis: Imam al-Bukhari rahimahullaah, Penerjemah: Muhammad Khalid Abri, Penerbit: Syiar Semesta - Indonesia, Cetakan I, Mei 2004 M. === Layanan GRATIS Konsultasi, Estimasi Biaya, dan Survei Lokasi: Rangka Baja Ringan, Genteng Metal & Plafon Gypsum Telp/ SMS/ WA: 085778018878, BB: 269C8299 http://www.bajaringantangerang.com === As-Salamu 'alaikum pembaca setia baitulkahfitangerang.blogspot.com , bisakah anda menjadi agen properti? Bisakah anda meraih keuntungan dengan memposisikan diri di antara pemilik d

Shahih Tafsir Ibnu Katsir: Surat al-Baqarah (2)

Shahih Tafsir Ibnu Katsir Surat al-Baqarah (2) Tiga Golongan Manusia dalam Menghadapi al-Qur-an, -pent Al-Baqarah, Ayat 2 Golongan Mukmin, -pent Dzaalikal kitaabu laa raiba fiihi hudal lilmuttaqiin "Kitab (al-Qur-an) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertakwa." (QS. 2: 2) Tidak Ada Keraguan di dalam al-Qur-an Yang dimaksud dengan al-Kitab adalah al-Qur-an. Sedangkan ar-raib adalah keraguan. As-Suddi meriwayatkan dari Abu Malik, dari Abu Shalih, dari Ibnu 'Abbas, dari Murrah al-Hamdani, dari Ibnu Mas'ud, dan dari beberapa orang Shahabat Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam: Laa raiba fiihi maknanya adalah tidak ada keraguan di dalamnya. (19) Hal senada juga dikatakan oleh Abud Darda', Ibnu 'Abbas, Mujahid, Sa'id bin Jubair, Abu Malik, Nafi' maula Ibnu 'Umar, 'Atha', Abul 'Aliyah, ar-Rabi' bin Anas, Muqatil bin Hayyan, as-Suddi, Qatadah, dan Isma'il bin Abi Khalid. Ibnu Abi Hatim mengatakan: "

Menguak Misteri Khidir Dalam Pandangan Sunnah: Pengantar (5)

Menguak Misteri Khidir Dalam Pandangan Sunnah Pengantar (5) Metode Tahqiq (Revisi) 1. Nash (teks) yang berupa perkataan, hikayat dan lainnya yang disebutkan dalam kitab ini aku rujuk kembali pada sumber-sumber pertamanya (aslinya), seperti kitab al-Bidayah wa al-Nihayah, al-Hilyah dan lainnya. 2. Memberikan keterangan periwayatan hadits-hadits Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam yang disebutkan, meskipun sedikit. Aku juga memberikan keterangan tentang ayat-ayat al-Qur-an yang dikutip. 3. Memberikan biografi singkat beberapa orang yang disebutkan dalam sanad, agar kita dapat melihat dengan jelas tentang posisi mereka dalam tingkatan orang-orang yang layak dipercaya. Aku juga memberikan biografi singkat pada orang yang disebutkan mengatakan sesuatu berkaitan dengan tema-tema tertentu. 4. Memperhatikan beberapa perbedaan lafazh (redaksi) asli yang berasal dari sumber-sumber asli, yang juga meriwayatkan cerita dan hikayat yang sama. 5. Menyiapkan biografi tentang penulis kitab ini, dan

Menguak Misteri Khidir Dalam Pandangan Sunnah: Pengantar (4)

Menguak Misteri Khidir Dalam Pandangan Sunnah Pengantar (4) 7. Karya-karya 1. Fat-h al-Baari, syarah "Shahiih al-Bukhari". Beliau mulai menulisnya pada tahun 817 H, dan diselesaikan pada hari pertama bulan Rajab tahun 842 H, dan telah dicetak beberapa kali. 2. Al-Ishaabah fi Tamyiz ash-Shahaabah, dicetak Dar Shadir, Beirut. 3. Lisaan al-Miizaan, dicetak oleh Dairatu al-Ma'arif, di Haidar Abad al-Dakkan. 4. Tahdziibu at-Tahdziib, dicetak di Mesir dan India. 5. Taqriibu at-Tahdziib, dicetak di Dar Kitab al-Arabi. 6. Ta'jiil al-Manfa'ah bi Zawaaid Rijaalu al-A'immah al-Arba'ah, dicetak Dar al-Mahasin, Kairo tahun 1386 H. 7. Al-Dirar al-Kaaminah fi A'yaani al-Mi'ah ats-Tsaaminah, dicetak Dar al-Jail, Beirut. 8. Syarh Nukhbatul Fikr, dicetak beberapa kali. 9. Al-Ihtifaal bi Bayaani Ahwaal ar-Rijaal. 10. Nuzhatul Albaab fil Alqaab. 11. Tabshiiru al-Muntabih bi Tahriiri al-Musytabih. 12. Tuhfatu Ahlu al-Hadits 'an Syuyukhi al-Hadits. 13. Ta'riifu

Menguak Misteri Khidir Dalam Pandangan Sunnah: Pengantar (3)

Menguak Misteri Khidir Dalam Pandangan Sunnah Pengantar (3) 4. Para Syaikh Imam Hafizh Ibnu Hajar al-Asqalani sangat gemar mencari ilmu hingga berguru kepada sekian banyak syaikh. Dengan demikian beliau mempunyai banyak guru dalam sekali waktu. Bila menghadapi persoalan, beliau langsung berkonsultasi kepada mereka. Pada masa itu jarang sekali ada orang yang mampu berguru kepada sekian banyak orang, tetapi beliau mampu mengumpulkan para syaikh itu untuk menjadi gurunya. Setiap syaikh yang dijadikan gurunya mempunyai kemampuan keilmuan yang hebat, dan mempunyai spesialisasi dalam bidang yang dikuasainya. Di antara para syaikh beliau adalah Ibrahim bin Ahmad at-Tanukhi al-Ba'labaki, yang terkenal dengan ilmu qira'atnya, az-Zain al-Iraqi, terkenal dengan ilmu hadits. Al-Haitsami, al-Balqayuni, dan Majdi ad-Din al-Fairuz Abadi, dalam bidang bahasa Arab. Al-Izz bin Jama'ah, dengan penguasaan bermacam-macam ilmu. Beliau juga mempelajari ilmu tentang Abu 'Abbas dari Ahmad bin &

Menguak Misteri Khidir Dalam Pandangan Sunnah: Pengantar (2)

Menguak Misteri Khidir Dalam Pandangan Sunnah Pengantar (2) Tentang Penulis 1. Asal-usul Beliau adalah Ahmad bin 'Ali bin Muhammad bin 'Ali bin Ahmad al-Kannani, al-Asqalani, Syaikh al-Islam dan Imam yang hafizh (istilah untuk para penghafal al-Qur-an) di zamannya. Beliau juga dijuluki sebagai Abu al-Fadhl, dan dikenal sebagai Ibnu Hajar. Mengenai hal ini as-Sakhawi berpendapat bahwa, julukan tersebut telah dipakai oleh para leluhurnya. Sedang Ibnu al-Imad mengatakan bahwa, julukan tersebut dinisbahkan kepada keluarga al-Hajar. 2. Riwayat Hidup Beliau dilahirkan di Mesir pada tahun 773 H. Ayahnya meninggal di saat Ibnu Hajar masih kecil pada bulan Rajab tahun 779 H. Dengan demikian, beliau hidup dalam keadaan yatim. Sejak kecil beliau telah mulai belajar menghafal al-Qur-an. Beliau juga terkenal cepat menghafal. Ketika umurnya baru mencapai sembilan tahun beliau telah hafal al-Qur-an. Hal itu tercapai berkat bimbingan Syaikh Sadru ad-Din ash-Shufti. Mengenai riwayatnya, al-Hafi

Adabul Mufrad (31)

Kitab Adabul Mufrad (31) Kitab Berbakti kepada kedua orang tua Bab 16: Menangisnya kedua orang tua 31. Thaisalah mendengar 'Abdullah bin 'Umar ra-dhiyallaahu 'anhuma berkata, "Menangisnya kedua orang tua adalah termasuk kedurhakaan dan dosa besar." Bersambung... === Maraji'/ Sumber: Kitab: Adabul Mufrad, Penulis: Imam al-Bukhari rahimahullaah, Penerjemah: Muhammad Khalid Abri, Penerbit: Syiar Semesta - Indonesia, Cetakan I, Mei 2004 M. === Layanan GRATIS Konsultasi, Estimasi Biaya, dan Survei Lokasi: Rangka Baja Ringan, Genteng Metal & Plafon Gypsum Telp/ SMS/ WA: 085778018878, BB: 269C8299 http://www.bajaringantangerang.com === As-Salamu 'alaikum pembaca setia baitulkahfitangerang.blogspot.com , bisakah anda menjadi agen properti? Bisakah anda meraih keuntungan dengan memposisikan diri di antara pemilik dan pembeli? Jawab: BISA 1) tanpa punya pengalaman apapun di bidang properti 2) tanpa modal 3) tetap di pekerjaan at

Adabul Mufrad (30)

Kitab Adabul Mufrad (30) Kitab Berbakti kepada kedua orang tua Bab 15: Akibat durhaka kepada kedua orang tua. 30. Imran bin Hushain ra-dhiyallaahu 'anhu berkata, "Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda: 'Apa pendapat kalian mengenai perbuatan zina, minum khamr dan mencuri?' Para Shahabat ra-dhiyallaahu 'anhum menjawab, 'Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.' Beliau shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda: 'Itu adalah kekejian dan bagi pelakunya ada balasan. Maukah kalian kuberitahukan mengenai dosa-dosa yang paling besar? Mempersekutukan Allah 'Azza wa Jalla dan durhaka kepada orang tua.' Beliau shallallaahu 'alaihi wa sallam saat itu duduk bertelekan lalu bersabda: 'Dan ucapan palsu.'" * Isnadnya Dha'if. Bersambung... === Maraji'/ Sumber: Kitab: Adabul Mufrad, Penulis: Imam al-Bukhari rahimahullaah, Penerjemah: Muhammad Khalid Abri, Penerbit: Syiar Semesta - Indonesia, Ceta

Adabul Mufrad (29)

Kitab Adabul Mufrad (29) Kitab Berbakti kepada kedua orang tua Bab 15: Akibat durhaka kepada kedua orang tua. 29. Abu Bakrah ra-dhiyallaahu 'anhu berkata, "Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Tidak ada dosa yang lebih pantas untuk disegerakan balasannya pada siapa yang melakukannya di dunia ini -ditambah dengan dosa yang disimpan untuknya di akhirat- dari perbuatan yang melampaui batas dan memutus hubungan keluarga." Bersambung... === Maraji'/ Sumber: Kitab: Adabul Mufrad, Penulis: Imam al-Bukhari rahimahullaah, Penerjemah: Muhammad Khalid Abri, Penerbit: Syiar Semesta - Indonesia, Cetakan I, Mei 2004 M. === Layanan GRATIS Konsultasi, Estimasi Biaya, dan Survei Lokasi: Rangka Baja Ringan, Genteng Metal & Plafon Gypsum Telp/ SMS/ WA: 085778018878, BB: 269C8299 http://www.bajaringantangerang.com === As-Salamu 'alaikum pembaca setia baitulkahfitangerang.blogspot.com , bisakah anda menjadi agen properti? B

Shahih Tafsir Ibnu Katsir: Surat al-Baqarah (1/2)

Shahih Tafsir Ibnu Katsir Surat al-Baqarah (1/2) Penggalan huruf-huruf tersebut menunjukkan mukjizat al-Qur-an Dilihat dari sisi lain tentang hikmah disebutkannya huruf-huruf hija-iyyah di awal-awal surat ini, terlepas dari makna yang terkandung di dalamnya, dikatakan bahwa penggalan huruf-huruf yang disebutkan di awal-awal surat dimaksudkan untuk menunjukkan mukjizat al-Qur-an dan menjelaskan bahwa makhluk tidak bisa membuat tandingannya. Padahal ia hanyalah rangkaian dari penggalan huruf-huruf yang biasa mereka gunakan dalam percakapan sehari-hari. Madzhab ini telah disampaikan oleh ar-Razi dalam tafsirnya dari al-Mubarrid dan sejumlah ahli tahqiq. Al-Qurthubi menghikayatkan dari al-Farra' dan Qathrab yang semakna dengan madzhab di atas. Dan pendapat ini didukung oleh az-Zamakhsyari dalam kitab al-Kasysyaaf-nya dan ia mendukung penuh pendapat ini. Dan pendapat inilah yang dipilih oleh Syaikhul Islam Abu 'Abbas Ibnu Taimiyyah ra-dhiyallaahu 'anhu dan guru kami al-Hafizh al

Shahih Tafsir Ibnu Katsir: Surat al-Baqarah (1)

Shahih Tafsir Ibnu Katsir Surat al-Baqarah (1) Bismillaahir Rahmaanir Rahiim Al-Baqarah, Ayat 1 Alif Laam Miim. (QS. 2: 1) Pembicaraan seputar penggalan huruf-huruf di awal surat Penggalan huruf-huruf yang terdapat pada awal beberapa surat adalah huruf-huruf yang hanya Allah saja yang mengetahui maknanya. Pendapat seperti ini diriwayatkan dari Abu Bakar, 'Umar, 'Utsman, 'Ali dan Ibnu Mas'ud ra-dhiyallaahu 'anhum. Ada yang mengatakan bahwa huruf-huruf itu adalah nama-nama surat al-Qur-an. Ada yang mengatakan bahwa itu adalah huruf-huruf pembuka yang dengannya Allah membuka al-Qur-an. Khashif meriwayatkan dari Mujahid, ia mengatakan: "Pembuka seluruh surat-surat al-Qur-an adalah Qaf, Shad, ha mim, Tha sin mim, dan Alif lam ra, dan huruf-huruf hija-iyyah lainnya." Sebagian ahli bahasa Arab mengatakan: "Ia adalah huruf-huruf mu'jam. Allah mencukupkan menyebut sebagian darinya dan tidak menyebutkan selebihnya yang seluruhnya berjumlah 28 huruf, sebagai