Skip to main content

Posts

Showing posts from May, 2015

Kajian Ramadhan: Adab-adab Menjalankan Puasa Wajib (2)

Kajian Ramadhan Kajian Kesepuluh Adab-adab Menjalankan Puasa Wajib (2) Di antara orang-orang yang menjalankan puasa itu ada yang mengabaikan shalat berjama'ah, padahal ini menjadi kewajibannya. Allah Subhaanahu wa Ta'aala telah memerintahkannya dalam Kitab-Nya dengan berfirman: "Apabila kamu berada di tengah-tengah mereka (shahabatmu) lalu kamu hendak mendirikan shalat bersama-sama mereka, maka hendaklah segolongan dari mereka berdiri (shalat) besertamu dan menyandang senjata, kemudian apabila mereka (yang shalat bersamamu) sujud (telah menyempurnakan raka'at), hendaklah mereka pindah dari belakangmu (untuk menghadapi musuh) dan hendaklah datang golongan yang kedua yang belum shalat, lalu hendaklah mereka shalat denganmu, dan hendaklah mereka bersiap siaga dan menyandang senjata." (Qur-an Surat an-Nisa' (4): ayat 102) Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyuruh kita untuk mengerjakan shalat secara berjama'ah dalam keadaan perang dan ketakutan sekalipun. Maka

Adab-adab Menjalankan Puasa Wajib | Kajian Ramadhan

Majaalisu Syahru Ramadhaan. Syaikh Muhammad bin Shalih al-'Utsaimin rahimahullaah. Kajian Ramadhan. Kajian Kesepuluh. Adab-adab Menjalankan Puasa Wajib. Segala puji bagi Allah yang telah memberikan petunjuk kepada makhluk menuju kesempurnaan adab, membukakan kepada mereka perbendaharaan rahmat dan kemurahannya di setiap pintu, menyinari pandangan kaum mukminin sehingga mereka mengerti hakikat dan mencari pahala, serta membutakan pandangan orang-orang yang berpaling dari menaati-Nya sehingga mereka terhalang memperoleh cahaya. Allah memberikan petunjuk kepada mereka itu dengan karunia dan rahmat-Nya serta menyesatkan sebagian yang lain berdasarkan keadilan dan hikmah-Nya. Sesungguhnya yang demikian itu merupakan pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal pikiran. Aku bersaksi bahwa tidak ada sembahan yang benar kecuali hanya Allah, tidak ada sekutu bagi-Nya. Dia adalah Pemilik kerajaan, Maha Perkasa dan Maha Memberi. Aku bersaksi pula bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-N

Kajian Ramadhan: Hikmah Puasa (7)

Kajian Ramadhan Kajian Kesembilan Hikmah Puasa (7) Hikmah puasa yang lainnya adalah adanya manfaat-manfaat kesehatan yang disebabkan mengurangi makan, mengistirahatkan alat pencernaan serta mengendapkan sebagian dari kelembaban-kelembaban dan ampas-ampas yang merugikan badan, dan sebagainya. Betapa besar hikmah yang telah digariskan oleh Allah, dan betapa bermanfaatnya syari'at yang dibuat oleh Allah untuk makhluk-Nya. Ya Allah, pahamkanlah kami terhadap agama kami dan ilhamkan kepada kami rahasia-rahasia dari syari'at-Mu. Luruskanlah urusan agama dan dunia kami. Berilah kami ampunan, dan juga kepada kedua orang tua kami serta seluruh kaum muslimin dengan rahmat-Mu, wahai Dzat Yang Maha Penyayang. Semoga Allah mencurahkan rahmat dan kesejahteraan kepada Nabi Muhammad, kepada keluarga serta kepada para shahabat seluruhnya. Bersambung... === Maraji'/ sumber: Kitab: Majaalisu Syahru Ramadhaan, Penulis: Syaikh Muhammad bin Shalih al-'Utsaimin rahimahullaah,

Kajian Ramadhan: Hikmah Puasa (6)

Kajian Ramadhan Kajian Kesembilan Hikmah Puasa (6) Hikmah puasa yang lainnya adalah bahwa pembuluh darah akan menyempit manakala seseorang itu lapar dan dahaga, sehingga jalan setan di dalam tubuh manusia pun menjadi sempit pula. Sebab, setan itu berjalan di dalam tubuh anak Adam pada pembuluh darah, sebagaimana yang disebutkan dalam kitab Shahihain dari Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam. Dengan demikian bisikan-bisikan setan akan berhenti karena seseorang itu menjalankan puasa, demikian juga kerasnya syahwat dan amarah akan melentur pecah. Oleh karena itu Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Wahai sekalian kaum pemuda, siapa saja di antara kalian yang sudah punya kemampuan, maka hendaklah ia menikah, karena menikah itu lebih bisa menjaga pandangan dan lebih bisa menjaga kemaluan. Sedangkan orang yang belum mampu menikah hendaklah berpuasa, karena puasa itu menjadi perisai baginya." (Mutafaq 'alaih) Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sall

Kajian Ramadhan: Hikmah Puasa (5)

Kajian Ramadhan Kajian Kesembilan Hikmah Puasa (5) Hikmah puasa yang lainnya adalah menyadarkan diri dan menghilangkan sifat kesombongannya sehingga ia akan tunduk kepada kebenaran. Rasa kenyang, banyak minum serta banyak bersetubuh dengan isteri, masing-masing akan menimbulkan kesenangan yang kelewat batas, kesombongan, keangkuhan dan kecongkakan terhadap manusia lain, juga terhadap kebenaran. Sebab, jika jiwa membutuhkan hal-hal semacam ini, maka ia akan menyibukkan diri untuk meraihnya. Jika ada kesempatan baginya untuk melakukan hal itu, maka ia memandang bahwa ia telah beruntung karena meraih apa yang diinginkannya sehingga ia merasa gembira dengan kegembiraan yang tercela serta sombong, sehingga hal inilah yang menyebabkan kehancurannya. Orang yang terjaga adalah orang yang dipelihara oleh Allah Subhaanahu wa Ta'aala. Bersambung... === Maraji'/ sumber: Kitab: Majaalisu Syahru Ramadhaan, Penulis: Syaikh Muhammad bin Shalih al-'Utsaimin rahimahullaah, Pen

Kajian Ramadhan: Hikmah Puasa (4)

Kajian Ramadhan Kajian Kesembilan Hikmah Puasa (4) Hikmah puasa yang lainnya adalah bahwa orang yang kaya akan mengetahui sejauh mana kebesaran nikmat Allah yang telah dianugerahkan oleh-Nya. Allah Subhaanahu wa Ta'aala telah memberikan nikmat kepadanya untuk bisa makan, minum dan bersetubuh, dimana banyak manusia lain yang tidak bisa menikmatinya. Dengan demikian ia akan memuji Allah atas nikmat ini serta bersyukur kepada-Nya atas kemudahan yang diberikan oleh-Nya. Selanjutnya ia akan ingat kepada saudaranya yang miskin yang barangkali selalu saja kelaparan sehingga tumbuh rasa kedermawanan dirinya untuk kemudian bersedekah, memberikan pakaian dan memenuhi kebutuhan orang miskin tersebut. Oleh karena itu Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam adalah manusia yang paling dermawan, dan lebih dermawan lagi adalah di bulan Ramadhan, ketika Jibril sedang menemui beliau Shallallaahu 'alaihi wa Sallam untuk saling memperdengarkan bacaan kitab suci al-Qur-an. Puasa juga

Kajian Ramadhan: Hikmah Puasa (3)

Kajian Ramadhan Kajian Kesembilan Hikmah Puasa (3) Hikmah puasa lainnya adalah bahwa hati akan benar-benar terfokuskan untuk berpikir dan berdzikir. Sebab, sebaliknya, memenuhi syahwat akan melahirkan kelalaian, dan bahkan barangkali akan membuat hati menjadi keras dan membutakannya dari melihat kebenaran. Oleh karena itu, Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam memberikan petunjuk agar makan dan minum ala kadarnya. Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Tidak ada bejana yang lebih jelek yang diisi anak Adam dari perut. Cukuplah kiranya beberapa suap makanan baginya untuk menegakkan tulang punggungnya. Jika tidak dapat dihindarkan, maka sepertiga isi perutnya itu untuk makanan, sepertiganya untuk minuman dan sepertiganya lagi untuk pernapasan." (Hadits Riwayat Imam Ahmad, Imam an-Nasa-i, Imam Ibnu Majah) (16) Dalam kitab Shahih Muslim disebutkan riwayat bahwa Hanzhalah al-Usaidi, salah seorang penulis Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah berk

Kajian Ramadhan: Hikmah Puasa (2)

Kajian Ramadhan Kajian Kesembilan Hikmah Puasa (2) Di antara hikmah Allah itu adalah bahwa Allah menjadikan 'ibadah bermacam-macam, untuk menyaring siapa yang menerima dan ridha serta untuk menyaring orang-orang yang beriman. Di antara manusia itu terkadang ada yang rela dan menerima suatu bentuk 'ibadah dan komitmen kepadanya, namun ada lagi yang membenci jenis lain dan mengabaikannya. Maka Allah menjadikan di antara bentuk 'ibadah itu ada yang berkaitan dengan 'amalan jasmani, seperti shalat, ada pula yang berkaitan dengan harta yang dicintai seperti 'ibadah zakat, ada yang berkaitan dengan 'amalan badan dan sekaligus harta, seperti 'ibadah haji dan jihad, dan ada pula yang berkaitan dengan tindakan menahan diri dari segala keinginan nafsu seperti puasa. Jika seorang hamba telah menjalankan 'ibadah-ibadah ini serta menyempurnakannya sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah tanpa ada perasaan benci atau mengabaikan, lalu ia rela bersusah-payah untuk mela

Hikmah Puasa | Kajian Ramadhan

Majaalisu Syahru Ramadhaan. Syaikh Muhammad bin Shalih al-'Utsaimin rahimahullaah. Kajian Ramadhan. Kajian Kesembilan. Hikmah Puasa. Segala puji bagi Allah yang mengatur siang dan malam, menjadikan bulan dan tahun berputar, Raja yang Mahasuci dan Pemberi keselamatan, Yang mempunyai keagungan dan kelanggengan, dan Yang tersucikan dari segala kekurangan dan keserupaan dengan makhluk. Ia melihat segala yang ada di dalam sumsum dan tulang serta mendengar suara yang tersembunyi dan bisikan. Dia adalah sembahan yang mengasihi dan banyak memberi nikmat serta Rabb Mahakuasa yang sangat keras balasannya. Ia menentukan segala urusan dan menjalankannya dengan sebaik-baik aturan. Ia menggariskan syari'at dan membuatnya penuh dengan hikmah. Dengan kuasa-Nya angin berhembus dan awan berjalan, dengan hikmah dan rahmat-Nya siang dan malam bergantian dana hari-hari terus berjalan. Aku memuji Allah atas keagungan sifat dan pemberian nikmat yang sangat banyak. Aku berterima kasih (syukur) kep

Kajian Ramadhan: Lanjutan Klasifikasi Manusia dalam Menjalankan Puasa dan Hukum-hukum Qadha (10/2)

Kajian Ramadhan Kajian Kedelapan Lanjutan Klasifikasi Manusia dalam Menjalankan Puasa dan Hukum-hukum Qadha (10/2) Jika ia tidak menjalankan puasa sebulan penuh, maka ia pun wajib mengganti sejumlah itu pula. Jika jumlah bulan Ramadhan yang ditinggalkannya adalah tiga puluh hari, maka ia harus mengganti tiga puluh hari, dan jika dua puluh sembilan hari maka ia wajib mengganti sejumlah itu pula. Yang lebih utama adalah bersegera mengqadha puasa yang ditinggalkannya ketika sudah tidak ada lagi udzur. Sebab, hal ini akan lebih cepat kepada kebaikan dan lebih cepat kepada pelunasan tanggungan. Boleh mengulurkannya sampai waktu antara Ramadhan yang ditinggalkannya hingga (sebelum tiba) Ramadhan berikutnya dengan sejumlah hari yang ditinggalkannya. Allah berfirman: "Maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu) memberi makan seorang miski

Kajian Ramadhan: Lanjutan Klasifikasi Manusia dalam Menjalankan Puasa dan Hukum-hukum Qadha (10)

Kajian Ramadhan Kajian Kedelapan Lanjutan Klasifikasi Manusia dalam Menjalankan Puasa dan Hukum-hukum Qadha (10) Golongan kesepuluh: Orang yang perlu berbuka untuk menolak atau menyelamatkan orang lain yang sedang dalam keadaan darurat, seperti menyelamatkan manusia 'yang terlindungi darahnya' dari tenggelam, atau kebakaran, atau keruntuhan, atau tanah longsor dan sebagainya. Jika untuk melakukan penyelamatan seperti itu tidak mungkin bisa kecuali harus dengan memperkuat tubuh dengan makan dan minum, maka ia boleh berbuka, dan bahkan wajib berbuka ketika itu. Sebab, menyelamatkan orang yang terlindungi darahnya dari kebinasaan seperti itu adalah wajib, sedangkan suatu kewajiban jika tidak bisa terlaksana dengan sempurna dengan suatu saranan, maka sarana ini menjadi wajib hukumnya. Sesudah itu ia wajib mengqadha puasanya. Hal yang serupa adalah seperti orang yang perlu makan untuk memperkuat tubuh dalam rangka jihad di jalan Allah dalam berperang melawan musuh, maka ia boleh ber

Kajian Ramadhan: Lanjutan Klasifikasi Manusia dalam Menjalankan Puasa dan Hukum-hukum Qadha (9)

Kajian Ramadhan Kajian Kedelapan Lanjutan Klasifikasi Manusia dalam Menjalankan Puasa dan Hukum-hukum Qadha (9) Golongan kesembilan: Wanita yang menyusui atau hamil, dan ia khawatir terhadap dirinya atau anaknya jika ia menjalankan puasa, maka ia boleh tidak berpuasa. Ini berdasarkan hadits Anas bin Malik al-Ka'bi radhiyallaahu 'anhu bahwa ia berkata: Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Sesungguhnya Allah mengurangi (meringankan) atas orang musafir separuh shalatnya (qashar), serta memberikan keringanan pula atas orang musafir, orang hamil dan orang yang menyusui untuk tidak berpuasa." (Hadits Riwayat lima Imam hadits, sedangkan lafal hadits ini milik Imam Ibnu Majah) Namun demikian mereka harus mengqadhanya sejumlah hari puasa yang ditinggalkannya manakala sudah memungkinkan bagi mereka untuk menjalankannya serta tidak ada lagi kekhawatiran, sebagaimana yang sakit jika ia sudah sembuh. Bersambung... === Maraji'/ sumber: Kit

Lanjutan Klasifikasi Manusia dalam Menjalankan Puasa dan Hukum-hukum Qadha | Kajian Ramadhan

Majaalisu Syahru Ramadhaan Syaikh Muhammad bin Shalih al-'Utsaimin rahimahullaah Kajian Ramadhan. Kajian Kedelapan. Lanjutan Klasifikasi Manusia dalam Menjalankan Puasa dan Hukum-hukum Qadha. Segala puji bagi Allah yang Mahaesa, Mahaagung, Mahaperkasa, Mahakuasa, Mahakuat, dan Mahatinggi yang tidak akan mampu ditangkap oleh akal dan pikiran manusia. Allah menyifati makhluk-Nya dengan sifat 'butuh' dan 'memerlukan' serta menampakkan pengaruh dari kekuasaan-Nya dengan menggilirkan siang dan malam. Ia mendengar rintihan orang yang kesakitan yang mengadukan rasa sakitnya; melihat jalannya semut hitam di kegelapan malam di dalam gua; serta mengetahui segala rahasia yang disimpan oleh hati. Sifat Allah adalah sebagaimana Dzat-Nya, sedangkan orang-orang yang menyerupakan Allah dengan selain-Nya adalah orang-orang kafir. Kita mengakui apa saja yang disifatkan oleh Allah pada diri-Nya sebagaimana yang disebutkan dalam al-Qur-an dan hadits, "Maka apakah orang-orang y

Kajian Ramadhan: Klasifikasi Manusia Berkenaan dengan Kewajiban Puasa (7/3)

Kajian Ramadhan Kajian Ketujuh Klasifikasi Manusia Berkenaan dengan Kewajiban Puasa (7/3) Ketiga: Jika puasanya bisa membahayakannya, maka ia wajib berbuka dan tidak dibenarkan berpuasa. Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman: "Janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu." (Qur-an Surat an-Nisa' (4): ayat 29) "Janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan." (Qur-an Surat al-Baqarah (2): ayat 195) Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pun bersabda: "Sesungguhnya dirimu punya hak atasmu yang harus engkau tunaikan." (Hadits Riwayat Imam al-Bukhari) Di antara hak yang dimaksudkan itu adalah tidak membahayakannya, di samping memang terdapat rukhshah dari Allah Subhaanahu wa Ta'aala untuk tidak berpuasa. Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam juga bersabda: "Tidak boleh membahayakan diri dan tidak boleh membahayakan (orang lain)." (Hadits Riwayat Imam Ibnu Majah dan Imam al-Hakim)

Kajian Ramadhan: Klasifikasi Manusia Berkenaan dengan Kewajiban Puasa (7/2)

Kajian Ramadhan Kajian Ketujuh Klasifikasi Manusia Berkenaan dengan Kewajiban Puasa (7/2) Kedua: Keberatan untuk menjalankan puasa sekalipun tidak membahayakannya. Ia boleh (tidak) berpuasa berdasarkan firman Allah: "Dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka, maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain." (Qur-an Surat al-Baqarah (2): ayat 185) Dimakruhkan baginya berpuasa jika ia keberatan, karena hal itu berarti keluar dari rukhshah (keringanan; kemurahan) yang diberikan oleh Allah dan menyiksa diri sendiri. Dalam hadits disebutkan: "Sesungguhnya Allah senang jika rukhshah yang diberikan oleh-Nya itu diterima sebagaimana Allah pun benci bila dilakukan kemaksiatan terhadap-Nya." (Hadits Riwayat Imam Ahmad, Imam Ibnu Hibban, dan Imam Ibnu Khuzaimah dalam kitab Shahih mereka) (15) Bersambung... === (15) Dalam sanad hadits ini terdapat kekacauan (idhthirab), akan tetapi hadits i

Kajian Ramadhan: Klasifikasi Manusia Berkenaan dengan Kewajiban Puasa (7)

Kajian Ramadhan Kajian Ketujuh Klasifikasi Manusia Berkenaan dengan Kewajiban Puasa (7) Golongan ketujuh: Orang sakit yang bisa diharap kesembuhannya. Ada tiga keadaan bagi orang seperti ini: Pertama: Tidak keberatan untuk menjalankan puasa dn juga tidak membahayakannya. Orang seperti ini tetap wajib berpuasa karena ia tidak punya alasan (udzur) yang membolehkannya untuk tidak berpuasa. Bersambung... === Maraji'/ sumber: Kitab: Majaalisu Syahru Ramadhaan, Penulis: Syaikh Muhammad bin Shalih al-'Utsaimin rahimahullaah, Penerbit: Daruts Tsurayya lin Nasyr - Riyadh, Cetakan I, 1422 H/ 2002 M, Judul terjemahan: Kajian Ramadhan, Penerjemah: Salafuddin Abu Sayyid, Penerbit: al-Qowam - Solo, Cetakan V, 2012 M. === Layanan GRATIS Konsultasi, Estimasi Biaya, dan Survei Lokasi: Rangka Baja Ringan, Genteng Metal & Plafon Gypsum http://www.bajaringantangerang.com === Ary Ambary Ahmad Abu Sahla al-Bantani Sent from my BlackBerry® PIN 269C8299 powered by

Kajian Ramadhan: Klasifikasi Manusia Berkenaan dengan Kewajiban Puasa (6/3)

Kajian Ramadhan Kajian Ketujuh Klasifikasi Manusia Berkenaan dengan Kewajiban Puasa (6/3) Jika seorang musafir merasa keberatan untuk menjalankan puasa, maka sebaiknya ia berbuka dan tidak usah berpuasa dalam perjalanan. Dalam hadits Jabir radhiyallaahu 'anhu sebelumnya disebutkan bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam berbuka puasa manakala orang-orang merasa keberatan untuk menjalankan puasa, maka dikatakan kepada beliau Shallallaahu 'alaihi wa Sallam: "Sebagian orang tetap berpuasa!" Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pun bersabda: "Mereka adalah orang-orang yang 'melanggar', mereka adalah orang-orang yang 'melanggar'." (Hadits Riwayat Imam Muslim) Dalam kitab Shahihain disebutkan juga riwayat dari Jabir radhiyallaahu 'anhu: Bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dalam sebuah perjalanan melihat keramaian dan ada seorang lelaki yang dipayungi (dari sengatan matahari). Beliau Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabd

Kajian Ramadhan: Klasifikasi Manusia Berkenaan dengan Kewajiban Puasa (6/2)

Kajian Ramadhan Kajian Ketujuh Klasifikasi Manusia Berkenaan dengan Kewajiban Puasa (6/2) Jika orang yang bekerja sebagai supir merasa berat untuk menjalankan puasa Ramadhan dalam perjalanan karena cuaca panas misalnya, maka ia bisa mengundurkannya pada saat cuaca dingin sehingga ia merasa ringan dan mudah dalam menjalankan puasa. Yang lebih utama bagi musafir adalah mengerjakan yang paling mudah dan ringan baginya, apakah puasanya atau berbukanya. Jika antara keduanya sama saja, maka berpuasa lebih utama, karena hal itu lebih cepat untuk menunaikan tanggungannya dan lebih menggiatkannya ketika orang-orang lain juga sedangkan menjalankan puasa. Sebab, ini merupakan perbuatan Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam. Disebutkan dalam kitab Shahih Muslim dari Abu Darda radhiyallaahu 'anhu bahwa ia berkata: "Kami pernah bepergian bersama Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pada bulan Ramadhan dalam cuaca yang sangat panas, sampai-sampai masing-masing di antara kami meletakkan

Klasifikasi Manusia Berkenaan dengan Kewajiban Puasa | Kajian Ramadhan

Majaalisu Syahru Ramadhaan. Syaikh Muhammad bin Shalih al-'Utsaimin rahimahullaah. Kajian Ramadhan. Kajian Ketujuh. Klasifikasi Manusia Berkenaan dengan Kewajiban Puasa. Segala puji bagi Allah yang Mahasuci dari segala tandingan, Mahasuci dari segala kekurangan dan kebertentangan, Mahasuci dari mempunyai anak dan isteri. Dia mengangkat tujuh langit yang kukuh nan tinggi tanpa tiang; menjadikan bumi sebagai hamparan yang dikuatkan dengan pasak-pasak yang kukuh; mengetahui segala rahasia hati dan segala yang tersimpan di pikiran; menentukan segala yang sudah dan akan terjadi, baik berupa petunjuk maupun kesesatan. Bahtera para hamba berlabuh di dalam lautan kelembutan-Nya; di padang kecintaan-Nya pasukan berkuda orang-orang zuhud berjalan; dan kepada-Nya puncak tujuan orang-orang yang meniti jalan kebenaran. Dia mengetahui merembetnya semut hitam di tempat yang gelap dan mengetahui segala yang dibisikkan oleh jiwa dalam batinnya. Dia Maha dermawan kepada siapa saja yang meminta k