Skip to main content

Posts

Showing posts from September, 2014

Memahami makna kalimat laa ilaaha illaLLOOH memberikan dua manfaat

Penjelasan kitab Kasyfu Syubuhat Memahami makna kalimat laa ilaaha illaLLOOH memberikan dua manfaat: [1] Pertama: Gembira dengan karunia ALLOH dan rohmat-NYA, sebagaimana disebutkan dalam firman ALLOH: "Katakanlah, 'Dengan karunia ALLOH dan rohmat-NYA hendaknya mereka bergembira. Karunia ALLOH dan rohmat-NYA itu lebih baik daripada apa yang mereka kumpulkan'." (Qur-an Suroh Yunus: ayat 58) Kedua: Hati akan merasa sangat takut. [2] Penjelasan [1] Manfaat tersebut bisa diperoleh karena ALLOH Sub-haanahu wa Ta'aala telah membuka hatimu sehingga engkau dapat memahami dengan benar makna kalimat yang agung ini (laa ilaaha illaLLOOH). Ini merupakan karunia dan rohmat yang besar dari ALLOH Sub-haanahu wa Ta'aala. Engkau patut bergembira, karena hal semacam ini termasuk perbuatan yang diperintahkan oleh ALLOH Sub-haanahu wa Ta'aala. Dalilnya adalah sebagaimana disebutkan oleh Syaikh (Imam Muhammad bin 'Abdul Wahhab) rohimahuLLOOH bahwa kegembiraan seorang hamb

Beberapa hukum dan adab 'Idul Adh-ha yang penuh berkah

Beberapa hukum dan adab 'Idul Adh-ha yang penuh berkah Wahai saudaraku yang kucintai, kami sampaikan salam hormat kami dengan penghormatan Islam, kami ucapkan kepadamu "as-Salaamu 'alaykum wa rohmatuLLOOHI wa barokaatuh", kami menyampaikan salam hormat kepadamu seiring dengan datangnya 'Idul Adh-ha yang penuh berkah, dan kami katakan kepadamu "taqobbalaLLOOHU minnaa wa minka". Kami berharap agar engkau mau menerima dari kami risalah ini, yang kami mohonkan kepada ALLOH 'Azza wa Jalla agar menjadi risalah yang bermanfaat untukmu dan untuk semua kaum Muslimin di seluruh penjuru dunia. Saudaraku sesama Muslim, kebaikan dari segala kebaikan adalah dengan mengikuti petunjuk Rosul shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam dalam setiap permasalahan hidup kita. Oleh karena itulah kami ingin mengingatkan engkau akan beberapa hal yang disunnahkan untuk dikerjakan atau untuk diucapkan pada malam 'Idul Adh-ha yang penuh berkah, di hari Nahr (hari penyembelihan qur

Pemeriksaan, pengobatan dan perawatan tifus (2)

Pemeriksaan, pengobatan dan perawatan tifus (2) Tanda-tanda tifus: Demam: Terjadi akibat luka (peradangan/ infeksi) terutama di usus. Nyeri kepala: Akibat dari naiknya uap panas dari usus (demam). Tidak nafsu makan: Adalah efek dari demam, dimana tubuh tengah konsentrasi berjuang melawan penyakit, atau juga melemahnya kerja empedu hitam yang dikeluarkan limpa (lihat anatomi sistem pencernaan oleh Imam adz-Dzahabi). Mual dan muntah: Akibat dari penekanan organ oleh usus atau organ lain yang bengkak, seperti hati dan limpa. Diare: Terjadi akibat peradangan dan menumpuknya lendir di usus yang harus dikeluarkan. Perasaan tidak enak/ sebah di perut: Akibat obstipasi (sembelit akibat penyumbatan di usus) dan terjebaknya gas di usus. Denyut nadi melemah: (< 65 denyutan) terjadi akibat panas berlebih dan kurangnya kelembaban pada jantung juga melemahnya nafas sehingga menyebabkan panas (energi) jantung melemah. Kadang menyebabkan darah rendah karena nutrisi yang menghantar kelembaban berkur

'Ibadah 'umroh selangkah demi selangkah | Dana Talangan Haji

al-Fiqih al-Islaamii 'Ibadah 'umroh selangkah demi selangkah Disusun oleh Ustadz Abu Minhal hafizhohuLLOOH 'Ibadah 'umroh tidak disangsikan lagi membutuhkan biaya yang tidak sedikit dan membutuhkan waktu yang tidak singkat. Patut disayangkan manakala 'ibadah 'umroh yang dilaksanakan dengan biaya yang tidak murah dan dengan cucuran keringat apabila tidak dilaksanakan sesuai dengan contoh yang pernah dilakukan Rosululloh shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam. Bahkan tidak jarang kaum Muslimin diajari tata cara yang sangat mengikat, menyusahkan, membebani namun tanpa dasar syari'at. Sehingga terkesankan manasik 'umroh membingungkan dan menyulitkan. Banyaknya tata cara dan bacaan do'a yang sangat beragam yang dianggap harus dihafal dan dibaca dalam thowaf, sa'i, dan lainnya. Padahal seharusnya manasik 'umroh ini harus dibuat sesuai dengan tuntunan Rosululloh shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam yang cukup sederhana dan mudah. Agar semua da

Tanda-tanda hajji mabrur | Tidak Semua Hajji Mabrur

al-Mab-hats Ustadz Anas Burhanuddin Tanda-tanda hajji mabrur Pembuka Ajaran Islam dalam semua aspeknya memiliki hikmah dan tujuan tertentu. Hikmah dan tujuan ini diistilahkan oleh para 'ulama dengan maqooshid syarii'ah, yaitu berbagai maslahat yang bisa diraih seorang hamba, baik di dunia maupun di akhiroh. Adapun maslahat akhiroh, orang-orang sholih ditunggu kenikmatan tiada tara yang terangkum dalam sabda Nabi shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam (hadits qudsi): "ALLOH berfirman, 'Telah AKU siapkan untuk hamba-hamba-KU yang sholih kenikmatan yang tidak pernah dilihat mata, tidak pernah didengar telinga, dan tidak pernah terbetik di hati manusia'." (1) Untuk 'ibadah hajji, secara khusus Rosululloh shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam bersabda, "Hajji yang mabrur tidak lain pahalanya adalah Surga." (2) Adapun di dunia, banyak maslahat yang bisa diperoleh ummat Islam dengan menjalankan ajaran agama mereka. Dan untuk 'ibadah hajji khususnya, ada

Syari'at 'ibadah hajji (2) | Tidak Semua Hajji Mabrur

al-Mab-hats Syaikh Kholil Harros rohimahuLLOOH Syari'at 'ibadah hajji (2) Hajji termasuk 'ibadah yang mempunyai pengaruh besar dalam mendidik jiwa, berupa lepas diri dari gemerlap dunia, kembali kepada fitroh aslinya, mengatasi kesulitan-kesulitan dan kepayahan-kepayahan, mengagungkan kehormatan-kehormatan ALLOH 'Azza wa Jalla dengan menahan diri dari setiap gangguan dan tindakan bermusuhan. Oleh karenanya, seorang yang berihrom tidak boleh membunuh binatang buruan, tidak boleh memotong kuku, tidak boleh mencukur rambut, bahkan semua kegiatan 'ibadah hajji itu adalah keselamatan untuk diri dan orang lain. Pelaksanaan 'ibadah hajji adalah bentuk pemenuhan terhadap panggilan ALLOH 'Azza wa Jalla melalui lisan kekasih-NYA, yaitu Ibrohim 'alay-his salam, agar berkunjung ke Baitul Harom. Oleh karenanya, orang yang berhajji mengucapkan niatnya berhajji atau ber'umroh: LabbaikaLLOOHUmma labbaik, labbaika laa syariika laka labbaik, innalhamda wanni'mata

Para pendosa berharap untuk kembali ke dunia saat sakarotul maut

Kematian Para pendosa berharap untuk kembali ke dunia saat sakarotul maut ALLOH Sub-haanahu wa Ta'aala berfirman, "(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata, 'Ya ROBB-ku, kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku berbuat 'amal yang sholih terhadap yang telah aku tinggalkan.' Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan." (Qur-an Suroh al-Mu'minun: ayat 99-100) Syaikh as-Sa'di rohimahuLLOOH menafsirkan, ALLOH mengabarkan bahwa kondisi para pendosa serta orang-orang lalim saat menghadapi kematian ia menyesal karena melihat seperti apa tempat kembalinya, menyaksikan buruknya 'amal perbuatan yang ia lakukan, sehingga ia mengharap untuk dikembalikan lagi ke dunia bukan untuk bersenang-senang dan menuruti hawa nafsu, seperti yang mereka katakan (tercantum dalam al-Qur-an Suroh

Sakarotul maut

Kematian Sakarotul maut Sudah tiba saatnya orang tidur harus bangun, sudah tiba waktunya orang lalai harus sadar sebelum kematian menjelang dengan membawa minuman yang getir, sebelum semua gerakan ini terhenti, sebelum nafas tidak lagi berhembus, sebelum dibawa dan berada di dalam kubur. Imam al-Qurthubi rohimahuLLOOH menjelaskan, ALLOH Sub-haanahu wa Ta'aala menggambarkan beratnya kematian di empat ayat sebagai berikut, Pertama, firman-NYA, "Dan datanglah sakarotul maut dengan sebenar-benarnya." (Qur-an Suroh Qof: ayat 19) Kedua, "Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zholim berada dalam tekanan sakarotul maut." (Qur-an Suroh al-An'am: ayat 93) Ketiga, "Maka mengapa ketika nyawa sampai di kerongkongan." (Qur-an Suroh al-Waqi'ah: ayat 93) Keempat, "Sekali-kali jangan. Apabila nafas (seseorang) telah (mendesak) sampai ke kerongkongan." (Qur-an Suroh al-Qiyamah: ayat 26) Diriwayatkan dari 'Aisyah r

Ilmu kematian termasuk salah satu kunci ghoib

Kematian Ilmu kematian termasuk salah satu kunci ghoib Tidak seorang pun tahu waktu dan tempat kematiannya karena kematiannya adalah bagian dari ilmu ghoib yang hanya diketahui oleh ALLOH semata. ALLOH Sub-haanahu wa Ta'aala berfirman, "Dan pada sisi ALLOH-lah kunci-kunci semua yang ghoib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali DIA sendiri." (Qur-an Suroh al-An'am: ayat 59) Diriwayatkan dari Salim bin 'Abdulloh ro-dhiyaLLOOHU 'anhu dari ayahnya, Rosululloh shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam bersabda, "Kunci-kunci ghoib ada lima, tidak ada yang mengetahui semua itu kecuali ALLOH; 'Sesungguhnya hanya di sisi-NYA sajalah pengetahuan tentang hari Kiamat; dan DIA-lah yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rohim. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya ALLOH Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal

Syari'at 'ibadah hajji | Tidak Semua Hajji Mabrur

Syari'at 'ibadah hajji Rosululloh shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam bersabda, "Barangsiapa berhajji karena ALLOH, lantas dia tidak berbuat keji dan melakukan kefasikan, maka dia pulang bagaikan hari dimana dia dilahirkan ibunya." (Hadits Riwayat Imam al-Bukhori nomor 1424) Kaum muslimin keluar dari bulan Romadhon dalam keadaan telah memiliki bekal berupa kekuatan yang besar dalam kehidupan rohani yang suci; jiwa-jiwa mereka menjadi kuat dan tidak bergantung kepada kebendaan; keinginan-keinginan mereka telah terlatih untuk mengalahkan hawa nafsu syahwat; serta mampu menanggung kepayahan-kepayahan dan melawan hal-hal yang dibenci. Karenanya, mereka memasuki bulan-bulan hajji dalam keadaan telah siap sempurna rohani dan jasmaninya. Mereka telah memiliki kesiapan untuk melaksanakan beban-beban yang terdapat pada kewajiban yang suci (hajji), yang menjadi rukun kelima dari rukun-rukun Islam. Hajji itu seperti puasa, hukumnya wajib sejak dahulu; ALLOH 'Azza wa Jalla t

Syarah Kasyfu Syubuhat (19)

Penjelasan kitab Kasyfu Syubuhat Jika engkau telah benar-benar mengetahui apa yang aku paparkan kepadamu di muka [1], dan engkau pun sudah mengetahui makna syirik yang difirmankan ALLOH Sub-haanahu wa Ta'aala, "Sesungguhnya ALLOH tidak mengampuni dosa syirik dan mengampuni dosa selain itu bagi siapa yang dikehendaki-NYA." (Qur-an Suroh an-Nisa': ayat 48) [2] Dan engkau juga sudah mengetahui agama ALLOH, yang ALLOH telah mengutus para Rosul-NYA sejak pertama hingga yang terakhir untuk membawa agama ini, dan mengetahui bahwa hanya agama inilah yang diterima di sisi ALLOH [3], di samping itu, engkau juga mengetahui bahwa banyak manusia terjerumus ke dalam kesyirikan karena tidak memahami makna kalimat ini [4]. Penjelasan [1] Yakni engkau mengetahui makna sebenarnya dari kalimat tauhid laa ilaaha illaLLOOH. [2] Para 'ulama berselisih tentang masalah ini, apakah mencakup semua jenis syirik atau khusus hanya syirik yang besar saja. Sebagian dari mereka mengatakan bahwa

Syarah Kasyfu Syubuhat (18)

Penjelasan kitab Kasyfu Syubuhat Oleh karena itu, jika engkau telah mengetahui bahwa orang kafir yang paling bodoh saja mengetahui makna kalimat ini [1], maka sangat aneh dan mengherankan jika ada orang yang mengaku Islam, sementara dia tidak tahu makna kalimat tersebut [2]. Bahkan dia menyangka bahwa kalimat tersebut cukup sekedar talaffuzh (melafazhkan) huruf-hurufnya tanpa perlu diyakini maknanya dalam hati. Dan orang yang pandai dari kalangan mereka bahkan menyangka bahwasanya maknanya adalah 'Tidak ada Yang Menciptakan, Yang Memberi rizqi dan Yang Mengatur urusan melainkan ALLOH'. Maka jelas orang seperti ini tidak ada kebaikannya sama sekali, karena sebodoh-bodohnya orang kafir lebih tahu dari tentang makna laa ilaaha illaLLOOH. Penjelasan [1] Yakni mengetahui makna kalimat laa ilaaha illaLLOOH. [2] Syaikh (Imam Muhammad bin 'Abdul Wahhab) rohimahuLLOOH menjelaskan bahwa di antara manusia ada yang mengaku Islam tetapi tidak mengetahui makna kalimat laa ilaaha illaLLOO

Hari-hari raya yang tidak disyari'atkan (5)

50 kesalahan dalam berhari raya Bab III Hari-hari raya yang tidak disyari'atkan 5. Hari raya orang-orang baik Syaikh 'Abdulloh bin 'Abdil 'Aziz at-Tuwaijiri hafizhohuLLOOH berkata, "Di antara perkara baru yang bid'ah dalam bulan Syawwal adalah hari raya orang-orang baik, yaitu pada tanggal delapan di bulan Syawwal." Setelah orang-orang menyempurnakan puasa bulan Romadhon, dan berbuka di hari pertama di bulan Syawwal -yaitu 'Idul Fithri-, mereka pun mulai berpuasa enam hari pertama di bulan Syawwal. Pada hari kedelapan, mereka telah selesai melaksanakan puasa enam hari di bulan Syawwal, lalu mereka pun berbuka dan menamakan hari itu dengan hari raya orang-orang baik. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rohimahuLLOOH berkata, "Adapun mengadakan hari raya selain hari raya yang disyari'atkan, seperti beberapa malam di bulan Robi'ul Awwal, yang dinamakan malam Maulid (12) atau beberapa malam di bulan Rojab (13) atau tanggal delapan Dzulhijjah (14) at

Hari-hari raya yang tidak disyari'atkan (4)

50 kesalahan dalam berhari raya Bab III Hari-hari raya yang tidak disyari'atkan 4. Hari ibu Hari raya ini adalah berasal dari orang-orang kafir, dimana pada hari itu seorang laki-laki memberikan berbagai hadiah kepada ibunya, memberikan ucapan selamat kepadanya, dan mengunjunginya, kemudian setelah itu ia memutuskan hubungan dengannya (dengan tidak mengunjunginya lagi) sepanjang tahun, tidak memperdulikannya. Maka sebagian kaum muslimin pun bertasyabbuh (menyerupai/ meniru) mereka, dan berbuat seperti perbuatan kaum kafir, berupa memberikan berbagai hadiah kepada ibu mereka pada hari tersebut dan memberikan ucapan selamat kepada mereka. Sebagian kaum muslimin menganggapnya termasuk dalam berbuat baik kepada kedua orang tua, yang diperintahkan oleh Islam. Hal ini adalah keliru, dikarenakan beberapa sebab: a. Karena Islam memerintahkan untuk berbuat baik kepada kedua orang tua (setiap hari) sepanjang tahun, bukan hanya dalam satu hari saja. b. Karena hari raya ini, berdasarkan cara d

Hari-hari raya yang tidak disyari'atkan (3)

50 kesalahan dalam berhari raya Bab III Hari-hari raya yang tidak disyari'atkan 3. Sibuk mengunjungi teman dari bersilaturrohmi pada hari 'Id Sebagian manusia sibuk dengan mengunjungi teman dan karib kerabat pada hari 'Id dan melupakan mengunjungi kedua orang tuanya, saudaranya, dan familinya di hari yang diberkahi ini. Maka seorang muslim harus mendahulukan kedua orang tua dan saudaranya dalam bersilaturrohmi dan berkunjung. Tidak mengapa untuk mengunjungi teman dan karib kerabatnya, akan tetapi tidak boleh melebihkan yang utama dari yang paling utama, tidak juga mendahulukan yang penting dari yang paling penting. ALLOH Ta'ala berfirman (dalam hadits qudsi) mengenai silaturrohmi, "Barangsiapa yang menyambungmu (tali silaturrohmi), maka AKU akan menyambung dengannya dan barangsiapa yang memutuskanmu, maka AKU akan memutuskan dengannya." (2) Maknanya: Barangsiapa yang menyambung tali silaturrohminya, maka ALLOH akan menyambung dengannya, yaitu

Syarah Kasyfu Syubuhat (17)

Penjelasan kitab Kasyfu Syubuhat Yang dimaksud dengan kalimat ini [1] adalah maknanya, bukan sekedar lafazhnya. Orang-orang kafir yang bodoh pun mengetahui bahwa maksud perkataan Nabi shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam adalah mengesakan ALLOH Sub-haanahu wa Ta'aala dengan selalu bergantung kepada-NYA dan mengingkari serta berlepas diri dari semua bentuk sesembahan selain ALLOH. Maka dari itu ketika Beliau shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam menyeru kepada mereka, "Katakanlah, 'Laa ilaaha illaLLOOH'. Mereka menjawab, 'Apakah dia hendak menjadikan sesembahan yang banyak ini menjadi satu sesembahan saja? Sungguh, ini adalah sesuatu yang sangat mengherankan." (Qur-an Suroh ash-Shod: ayat 5) [2] Penjelasan [1] Yakni kalimat laa ilaaha illaLLOOH. [2] Kalimat ini sama dengan kalimat sebelumnya. Syaikh (Imam Muhammad bin 'Abdul Wahhab) rohimahuLLOOH hendak menjelaskan bahwa laa ilaaha illaLLOOH bermakna 'Tidak ada sesembahan yang berhak disembah me

Hari-hari raya yang tidak disyari'atkan (2)

50 kesalahan dalam berhari raya Bab III Hari-hari raya yang tidak disyari'atkan 2. Perayaan hari kelahiran para wali Sebagian orang-orang sufi merayakan kelahiran para syaikh, para wali, dan orang-orang sholih, mereka mengadakan kumpul-kumpul dalam perayaan ini, mendirikan kemah, dan berdzikir kepada ALLOH dengan bergoyang dan menari. Berkumpul pula para pedagang dan diadakanlah pasar. Datang pula para murid (pengikut sufi) dari tempat-tempat yang jauh untuk menghidupkan malam kelahiran wali fulan. Semua itu bukanlah berasal dari ajaran Nabi shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam, tidak juga dari salah seorang Shohabat Beliau shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam. Seandainya hal itu baik, tentunya mereka telah lebih dahulu melakukannya. Telah dimaklumi bahwa Abu Bakr ash-Shiddiq ro-dhiyaLLOOHU 'anhu adalah manusia yang paling utama dari ummat ini, setelah Nabi mereka, Nabi Muhammad shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam. Akan tetapi ia tidak pernah mengadakan perayaan hari kelahiran ba

Syarah Kasyfu Syubuhat (16)

Penjelasan kitab Kasyfu Syubuhat Inilah tauhid yang merupakan makna dari kalimat laa ilaaha illaLLOOH [1]. Al-ilah (sesembahan) yang dimaksud orang-orang musyrik adalah berkaitan dengan hal-hal tersebut, baik sesembahan itu berwujud Malaikat, Nabi, wali, pohon, kuburan atau jin. Mereka tidak menganggap bahwa al-ilah (sesembahan) mereka itu adalah dia yang menciptakan, yang memberi rizqi, dan yang mengatur alam semesta, karena mereka mengakui bahwa yang demikian itu adalah hak ALLOH semata, sebagaimana telah aku kemukakan di depan. Akan tetapi, yang mereka maksudkan dengan al-ilah (sesembahan) adalah seperti apa yang dikehendaki orang-orang musyrik pada zaman kita dengan lafazh as-sayyid. Dalam keadaan mereka seperti itu, datanglah Nabi shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam menyeru kepada kalimat tauhid, yaitu kalimat laa ilaaha illaLLOOH [2]. Penjelasan [1] Tauhid yang diseru oleh Nabi shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam merupakan makna dari kalimat laa ilaaha illaLLOOH, yang artinya tid

Syarah Kasyfu Syubuhat (15)

Penjelasan kitab Kasyfu Syubuhat Engkau telah mengetahui [1] bahwa pengakuan mereka terhadap tauhid rububiyah belum memasukkan mereka ke dalam Islam; dan bahwa 'ibadah yang mereka tujukan kepada para Malaikat, para Nabi atau para wali untuk mendapat syafa'at (pertolongan mereka) serta bertaqorrub (pendekatan diri) kepada ALLOH adalah hal-hal yang menjadikan darah dan harta mereka menjadi halal. Dengan demikian, engkau mengetahui jenis tauhid yang diseru oleh para Rosul tetapi ditolak oleh orang-orang musyrik [2]. Penjelasan [1] Kalimat ini "wa 'arofta" ma'thuf (bersambung) kepada "fa idzaa tahaqqoqta". [2] Syaikh (Imam Muhammad bin 'Abdul Wahhab) rohimahuLLOOH mengatakan bahwa tauhid yang dida'wahkan para Rosul ALLOH adalah tauhid uluhiyah. Orang-orang musyrik di zaman Nabi shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam, sekali pun mereka mengakui tauhid rububiyah, namun Nabi shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam tetap menghalalkan darah dan harta mereka

Fatawa: Siapakah orang yang berhak menerima daging hewan qurban?

Fatawa: Siapakah orang yang berhak menerima daging hewan qurban? Soal: Siapakah yang berhak menerima daging binatang qurban dan apa hukum memberikan daging hewan qurban kepada yang menyembelih? Banyak kaum muslimin di negeri kami, jika mereka telah menyembelih hewan qurban maka mereka tidak segera membagikan daging hewan tersebut pada hari yang sama, namun mereka tunda sampai besok. Saya tidak tahu, apakah itu Sunnah atau perbuatan itu mendatangkan pahala? Jawab: Orang yang melakukan 'ibadah qurban boleh mengkonsumsi daging hewan qurbannya, sebagiannya boleh diberikan kepada orang-orang faqir untuk mencukupi kebutuhan mereka pada hari itu, diberikan kepada kerabat untuk menyambung silaturohim, diberikan kepada tetangga sebagai bantuan dan boleh juga diberikan kepada teman-teman untuk mengokohkan ikatan persaudaraan. Menyegerakan pembagian hewan qurban pada hari raya lebih baik daripada hari kedua dan seterusnya sebagai penghibur bagi mereka pada hari itu. Berdasarkan keumuman fir

Fatawa: Bermaksiat setelah berhajji

Fatawa: Bermaksiat setelah berhajji Soal: AlhamduliLLAH, ALLOH 'Azza wa Jalla telah memberikan taufiq kepada saya untuk melaksanakan 'ibadah hajji setahun yang lalu. Namun sayang, beberapa bulan sepulang saya dari hajji, saya terbujuk syaithon dan melakukan beberapa perbuatan dosa besar. Saya memohon ampun kepada ALLOH 'Azza wa Jalla dan sangat menyesali perbuatan itu. Pertanyaan saya, bagaimanakah hukum 'ibadah hajji yang pernah saya lakukan? Apakah dianggap batal, gugur atau bagaimana, sehingga saya berkewajiban mengulanginya? Karena 'ibadah hajji saya itu telah sirna akibat perbuatan dosa saya ini. Ataukah 'ibadah saya itu tidak gugur? Dan saya cukup bertaubat saja, tidak mengulangi perbuatan dosa itu serta dosa itu tidak berpengaruh terhadap 'ibadah yang pernah saya lakukan? Ini yang membuat saya bingung. Jawab: Jika faktanya sesuai dengan cerita anda, maka 'ibadah hajji anda tidak batal; karena perbuatan dosa yang anda lakukan adalah setelah melak

Fatawa: Tahukah si mayit?

Fatawa: Tahukah si mayit? Soal: Jika ada seseorang yang melakukan 'ibadah qurban atas nama bapaknya yang telah wafat atau dia bershodaqoh, mendo'akannya atau menziarohi kuburnya, apa si mayit tahu bahwa ini dari anaknya Fulan? Jawab: Yang dijelaskan oleh teks-teks syari'at bahwa orang yang sudah meninggal bisa mendapatkan manfaat dari shodaqoh serta do'a dari orang yang masih hidup. Dan 'ibadah qurban itu termasuk jenis shodaqoh. Jika niat orang yang bershodaqoh atas nama orang yang sudah meninggal itu ikhlash dalam shodaqohnya atau do'anya, maka orang yang sudah meninggal bisa mendapatkan manfaat; serta orang yang bershodaqoh dan berdo'a mendapatkan pahala, sebagai karunia dan rohmat dari ALLOH 'Azza wa Jalla. Cukuplah bagi si pelaku, bahwa ALLOH 'Azza wa Jalla mengetahui keikhlasannya dan kebagusan 'amalnya serta memberikan balasan bagi kedua belah pihak. Adapun tentang si mayit, apakah dia mengetahui siapa yang memberikan kebaikan kepada

Hadits sholat arba'in (3) | Dana Talangan Haji

Al-Mab-hats Hadits sholat arba'in (3) Disusun oleh Ustadz Asatinizamani Lc hafizhohuLLOOH Kesimpulan Hadits yang mengandung perintah untuk sholat sebanyak empat puluh kali sholat (arba'in sholah) di Masjid Nabawi adalah hadits yang dho'if (lemah), sebagaimana dijelaskan tadi. Bahkan bisa dihukumi hadits munkar (34), karena menyelisihi hadits-hadits lainnya yang mengandung perintah untuk sholat selama empat puluh hari tanpa pengkhususan Masjid Nabawi (arba'in yaum atau arba'in shobah atau arbain lailah). Walaupun kita perhatikan bahwa hadits-hadits yang menyebutkan arba'in yaum atau arba'in shobah atau arba'in lailah, semuanya tidak lepas dari 'illat (cacat), baik yang terlihat dan diketahui ataupun tidak, ditambah lagi adanya banyak perbedaan (idhtirob) dalam redaksi (matan)nya, bersifat umum dan sebagiannya lagi ada yang mengkhususkan sholat tertentu. Namun, dengan berkumpulnya sejumlah riwayat itu, bisa kita katakan bahwa haditsnya menjadi hasan li

Hadits sholat arba'in (2) | Dana Talangan Haji

Al-Mab-hats Hadits sholat arba'in (2) Disusun oleh Ustadz Asatinizamani Lc hafizhohuLLOOH Senada tapi tak sama Kemudian, ada hadits yang hampir senada dengan hadits ini yaitu yang diriwayatkan oleh Imam at-Tirmidzi (7), Imam Bahsyal (8) dalam kitabnya Taariikh Waasith (9), Imam Ibnu 'Adi dalam kitab al-Kaamil (10) dan Imam al-Baihaqi dalam kitab Su'abul Iman (11), semua dengan sanad masing-masing, dari Salm bin Qutaibah Abu Qutaibah dari Thu'mah bin 'Amr dari Habib..., dari Anas bin Malik ro-dhiyaLLOOHU 'anhu, dari Rosululloh shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam. Hanya saja dalam riwayat Imam at-Tirmidzi rohimahuLLOOH disebutkan bahwa riwayatnya, "...dari Habib bin Abu Tsabit dari Anas bin Malik ro-dhiyaLLOOHU 'anhu." Sedangkan dalam riwayat Imam Ibnu 'Adi rohimahuLLOOH dijelaskan bahwa Habib itu adalah orang yang dijuluki al-Hadzdzaa'. Adapun riwayat Imam Bahsyal dan Imam al-Baihaqi rohimahumaLLOOH disebutkan, "...dari Habib dari Anas

Hadits sholat arba'in | Dana Talangan Haji

Al-Mab-hats Hadits sholat arba'in Disusun oleh Ustadz Asatinizamani Lc hafizhohuLLOOH *) Keinginan kuat agar selamat dari adzab api Neraka dan selamat dari kemunafikan telah memotivasi banyak orang untuk melakukan sholat berjama'ah selama empat puluh kali di Masjid Nabawi. Sholat ini disebutkan dengan sholat arba'in. Patut diselidiki, bagaimanakah derajat hadits tersebut? Berikut sedikit penjelasannya: "Barangsiapa melaksanakan sholat di Masjidku sebanyak empat puluh sholat, tanpa ada satu sholat pun yang tertinggal; niscaya ia akan dijauhkan dari Neraka, selamat dari siksaan dan dijauhkan dari sifat kemunafikan." Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam kitab al-Musnad (1) dan Imam ath-Thobroni dalam kitab al-Mu'jamul Awsath (2), dengan sanad mereka dari: 'Abdurrohman bin Abir Rijal, dari Nubaith bin 'Umar, dari Anas bin Malik ro-dhiyaLLOOHU 'anhu, dia mengatakan bahwa Rosululloh shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam bersabda: (sebagaimana reda

Menyorot sholat arba'in di Masjid Nabawi (3) | Dana Talangan Haji

Al-Mab-hats Menyorot sholat arba'in di Masjid Nabawi (3) Disusun oleh ustadz Anas Burhanuddin MA hafizhohuLLOOH Ada arba'in lain Selain arba'in di atas ada arba'in dengan bentuk lain dengan dalil yang lebih shohih, yaitu hadits berikut: Dari Anas bin Malik ro-dhiyaLLOOHU 'anhu, Rosululloh shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam bersabda, "Barangsiapa yang sholat karena ALLOH 'Azza wa Jalla empat puluh hari secara berjama'ah tanpa ketinggalan takbir yang pertama, dicatatkan baginya dua kebebasan; kebebasan dari Neraka dan kebebasan dari kemunafikan." (Hadits Riwayat Imam at-Tirmidzi nomor 241, dihukumi hasan oleh Imam al-Albani, dan Imam al-'Iroqi mengatakan: Para perowi tsiqoh) (6) Di banding arba'in yang di atas, arba'in ini memiliki beberapa perbedaan, yaitu: 1. Jumlah bilangan sholatnya dua ratus sholat dalam empat puluh hari. Bandingkan dengan empat puluh sholat dalam delapan hari. Karenanya, sebagian orang yang pernah mencoba meng'